Home  /  Berita  /  Peristiwa

'Australia Dipimpin Rezim Gangguan Kejiwaan', Benny Rhamdani: Usir Dubes Australia dari Indonesia

Australia Dipimpin Rezim Gangguan Kejiwaan, Benny Rhamdani: Usir Dubes Australia dari Indonesia
Senator Sulawesi Utara Benny Rhamdani. (Gonews.co/Muslikhin)
Senin, 09 Januari 2017 12:12 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Luka itu kembali dibuat menganga. Goresan kepedihan lewat penghinaan kembali dibubuhkan Australia di wajah Indonesia. Kali ini Pancasila sebagai simbol negara Indonesia, jadi sasaran tembak. Perih pun melobangi sayap Sang Garuda.

Perlawanan pun tak henti disuarakan. Salah satunya dari Wakil Ketua Komite I Dewab Perwakilan Daerah Republik Indonesia  (DPD RI) Benny Ramdhani. Apa yang dilakulan oleh negeri kanguru ke Indonesia dianggap sudah sangat keterlaluan.

"Ya ini kan penghinaan terhadap Indonesia yah dan yang dihinakan itu adalah ideologi. Ini penghinaan sudah keterlaluan. Penghinaan ini sudah beberapa kali," ungkap Brani kepada GoNews.co, Senin (9/1/2017).

"Pertama saat telpon SBY sebagai simbol negara disadap tahun 2013, kedua Perdana Menteri sendiri sempat ungkit, permasalahkan bahkan tanda petik menagih kembali bantuan kemanusiaan Australia untuk aceh. Sekarang yang dihina ini ideologi itu sesuatu yang tidak bisa dimaafkan," sambungnya.

Penghinaan terhadap ideologi itu dinilai sebagai langkah yang tidak bisa dimaafkan. Apalagi yang kali ini dihina adalah Pancasila sebagai dasar ideologi negara.

"Simbol negara ini ada tiga. Presiden, Bendera Merah Putih dan Pancasila. Presiden itu simbol tapi bisa berganti tiap lima tahun. Tapi dunia ini bubar ideologi kita tetap pancasila dan bendera tetap merah putih," tegasnya.

Atas perlakuan Australia ini, Indonesia harus berani mengambil sikap yang lebih tegas. Tidak hanya sekedar menghentikan sementara kerjasama bidang militer. Pria yang akrab disapa Brani ini bahkan mendesak Jokowi untuk tunjukkan ke Australia bahwa Indonesia adalah negara berdaulat secara politik. 

"Itu kan Trisakti tuh. Kalau pemerintah sekarang komitmen terhadap Trisakti dimana Trisakti pertama itu berdaulat politik, maka tunjukkan ke Australia, kita tidak bisa diintervensi atau ditekan oleh kekuatan politik mereka bahkan dihina seperti itu," imbaunya.

"Tunjukan bahwa kita bangsa besar, kita bukan bangsa penakut yang bermental inlander. Sejarah sudah membuktikan bahwa negara ini dibangun dengan modal perjuangan yang luar biasa dari para paglawan. Toh kita bisa usir para penjajah belanda, sekutu dan jepang. Tunjukkan itu ke Australia," tambahnya.

Ada beberapa langkah tegas yang dianggapnya bisa dilakukan Pemerintah Indonesia sebagai langkah perlawanan yang tegas untuk negara Australia. Pemerintah pun diminta segera memulangkan Duta Besar Australia ke negara asalnya.

"Yang dimaksud lebih tegas itu adalah tarik duta besar kita di Australia. Kemudian usir atau pulangkan duta besar Australia ke negaranya. Dan lebih tegas lagi hentikan hubungan ekonomi kita. Karena negara kita itu menjadi negara tujuan ekspor kedelapan dari Australia. Jadi Australia sebenarnya sangat berkepentingan berkaitan dengan ekonominya di negara kita," tegasnya.

Tindakan bela diri Australia lewat permintaan maaf yang disampaikan oleh Panglima Militer Australia pun dianggap tidak cukup. Hal itu seharusnya dilakukan oleh sang Perdana Menteri.

"Ini sudah penghinaan berulang-ulang. Minta maaf saja tidak cukup. Karena yang minta maaf hanya panglima militernya. Harus perdana menterinya langsung yang meminta maaf atas nama negara Australia," katanya.

Jika Indonesia terperangkap dalam permainan Australia dengan permintaan maafnya, Brani yakin penghinaan-penghinaan berikut akan beruntun menghujani Indonesia kedepan.

"Kalau ini berjalan, minta maaf itu diterima dan hubungan bilateralnya dipulihkan kembali saya meyakini penghinaan-penghinaan ini akan kembali terjadi," ujarnya.

Ini bahkan dinilai bukan masalah kesalahan atau kekeliruan sehingga dengan mudah bisa meminta maaf. Penghinaan ini disebut sebagai permasalahan mindset Australia.

"Ini persoalan mindset Australia, hati-hati. Ini mindset Australia yang memang pada dasarnya kebencian mereka terhadap negara kita itu sudah jadi cara pandang mereka," jelasnya.

Australia diminta harus merubah mindset mereka terhadap indonesia. Ini bisa terjadi jika Indonesia bisa menunjukkan ke Australia seberapa kuat bangsa Indonesia. 

"Harus ditunjukkan bahwa kita bukan bangsa penakut yang bermental inlader, bukan negara yang secara ekonomis bergantung pada Australia dan kita bukan negara yang bisa diintimidasi dengan kekuatan militer. Hanya dengan itu lah (tindak tegas) tadi. Pasti mindset Australia akan berubah. Jika tidak, bersiaplah pengulangan sejarah penghinaan Australia akan terus terjadi," ulasnya.

Penghinaan yang dilayangkan negeri Kanguru ke Indonesia ini bahkan membawa Senator Asal Sulawesi Utara ini pada satu kesimpulan. Australia dinilai tengah dipimpin oleh rezim yang mengalami gangguan kejiwaan.

"Kesimpulannya, karena ini bicara mindset, patut dicurigai Australia tidak sekedar paranoid terhadap Indonesia, tapi Australia sedang dipimpin oleh rezim yang mengalami gangguan kejiwaan. Karena itu udah berulang-ulang. Bayangin bicara soal bantuan kemanusiaan, mana ada negara yang mau ungkit lagi atau tagih lagi bantuan kemanusiaan yang sudah diberikan. Cuma Australia itu. Jadi sinisme dan kebencian mereka itu sudah keterlaluan," ketusnya.

Meski meminta agar negara berbuat lebih atas penghinaan Australia ini, Brani tak luput melayangkan apresiasi terhadap ketegasan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dalam membela kedaulatan Indonesia, meski dicerca dan dituding ingin duduk di kursi RI 1.

"Salut dengan Panglima TNI. Tentu kita berikan apresiasi karena sikap tegas yang sudah ditunjukkan Panglima TNI dia sudah menunjukkan sikap prajurit bahkan patriot yang sejati, berbicara soal harga diri bangsa dan kedaulatan negara yang disentuh melalui penghinaan Australia. Tapi juga sangat disesalkan jika Presiden atas nama negara hanya mengambil sikap menghentikan sementara kerjasama milite. Harus ada ketegasan negara yang dilakukan oleh seorang Jokowi mewakili rakyat. Hentikan kerjasama militer, kerjasama ekonomi, tarik duta besar kita, pulangkan duta besar mereka di Indonesia," pungkas Brani.

Diketahui, kerja sama dan latihan militer yang hendak dibangun antara Indonesia dan Australia batal. Hal itu akibat adanya penemuan beberapa materi penghinaan terhadap Indonesia dan Pancasila di pangkalan militer Perth, Australia.

Seperti yang dilansir Stuff.nz pada 4 Januari 2017, sebuah sumber mengungkapkan, penemuan materi pelatihan militer Australia oleh pasukan khusus Indonesia atau Kopassus itu saat melakukan latihan bersama beberapa waktu lalu.

Dalam pelatihan militer tersebut, terdapat materi yang terpampang pada dinding pangkalan militer Perth yang menghina dasar negara Indonesia, Pancasila. Oleh militer Australia, Pancasila dipelesetkam menjadi PANCAGILA, dengan membuat "lima prinsip gila". ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/