Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
22 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
23 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
3
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
20 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
4
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
20 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
5
Tekad Bangkit Super Elang Jawan Raih Tiga Poin
Olahraga
21 jam yang lalu
Tekad Bangkit Super Elang Jawan Raih Tiga Poin
6
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
21 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
https://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Diklatnas HIPMI Ajak Anggota HIPMI Tingkatkan Kewaspadaan Nasional

Diklatnas HIPMI Ajak Anggota HIPMI Tingkatkan Kewaspadaan Nasional
Kamis, 13 Oktober 2016 10:43 WIB

JAKARTA - Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada situsi pertarungan triangular ideologi yang bisa berujung disintegrasi.  Di era reformasi yang ditandai dengan demokratisasi justru kehidupan nasional bangsa Indonesia malah jauh dari nilai- nilai kebangsaan. Hal inilah yang diungkapkan oleh Mayjen TNI (Purn) Putu Sastra Wingarta saat acara Diklatnas HIPMI Angkatan IV di Gedung Lemhamnas RI. 

‘’Euforia reformasi telah menjadikan kehidupan nasional salah arah, cenderung kebablasan, sehingga mengabaikan kewaspadaan nasional dari berbagai bentuk ancaman yang menghadangnya,” ujar Putu di Gedung Panca Gatra pada Diklatnas Lemhannas HIPMI, Selasa, (11/10).

Lebih lanjut, Putu menyebutkan 3 problem pokok bangsa Indonesia, antara lain wibawa negara yang terancam, sendi perekonomian bangsa lemah, dan masih banyak kesenjangan sosial di berbagai daerah di seluruh Indonesia, selanjutnya, inteloransi dan krisis kepribadian bangsa sehingga mengikis karakter bangsa. 

‘’Fenomena berbagai konflik sosial sudah masuk tahap penghancuran. Ini disebabkan karena demokrasi kita yang belum matang karena penegakan hukum dan keadilan belum optimal. Parahnya lagi saat ini kebanyakan orang menganggap kekerasan sebagai jalan yang dianggap nalar. Seolah tidak ada lagi car penyelesaian masalah selain jalan kekerasan,” kata Putu.

Untuk itu, Putu mengimbau kepada para pengusaha HIPMI untuk dapat meningkatkan kewaspadaan nasional dari cara yang paling sederhana dulu. Yakni memupuk kepedulian terhadap diri sendiri dulu, kedua kepedulian  terhadap keluarga, baru bisa muncul kepedulian terhadap negara. “Kalau terhadap diri dan keluarga saja ia tidak peduli bagaimana ia bisa peduli terhadap bangsanya,” imbuh Putu.

Di era modern ini, sambung Putu, ancaman diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan, potensi, baik alamiah atau hasil rekayasa bisa berbentuk fisik maupun non fisik. Baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.  “Ancaman yang datangnya dari luar negeri adalah agresi dari negara lain, berdasarkan perkiraan, ancaman, dalam bentuk ini kecil kemuningkinannya. Ancaman yang lebih memunkinkan adalah ancaman non tradisional yaitu setiap aksi yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa,” jelasnya.

Untuk itu, kewaspadaan nasional terhadap berbagai kesenjangan sosial sangat berkaitan langsung dengan kualitas nasionalisme. “Nasionalisme saat ini adalah harus membebaskan Indonesia dari keterbelakangan, membangkitkan kebanggaan terhadap bangsa sendiri,” tutup Putu. ***

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:GoNews Group, Ekonomi
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/