Home  /  Berita  /  Peristiwa

Inilah Keseruan Ajo Uni dan Ratusan Anak Kemenakan, Cucu Cicit H Kari Wahid Jakarta Saat Halal Bihalal

Inilah Keseruan Ajo Uni dan Ratusan Anak Kemenakan, Cucu Cicit H Kari Wahid Jakarta Saat Halal Bihalal
Susana Halal Bihalal, keluarga besar tokoh masyarakat Pariaman, alm. H Kari Sahid di Blok M Jakarta. (Muslikhin/GoNews)
Sabtu, 30 Juli 2016 20:49 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Silaturahmi dan halal bihalal keluarga besar tokoh populer dikalangan masyarakat Pariaman Sumatera Barat, yakni H Kari Wahid berlangsung malam ini di Komplek Blok M Squaare Jakarta, Sabtu (30/07/2016).

Ratusan anak, cucu, menantu dan Kemenakan Haji Kari Wahid yang hadir dalam acara tersebut. Mereka datang dari berbagai daerah seperti Bandung, Jakarta, Padang, Medan, Riau dan kota-kota besar lainya di Indonesia untuk berkumpul bersilaturahmi dan temu muka.

Keseruan-keseruan juga terjadi, dimana sesama anak cucu, Kemenakan, menantu sebagian tidak saling kenal satu sama lain. Disaat berkenalan sambil menikmati hidangan itulah terlihat tawa dan senyum mengenang kelucuan-kelucuan kisah masing-masing.

Guna mengenang H Kari Wahid, acara tersebut juga diisi dengan pemutaran foto-foto dan film dokumenter keluarga. Selain itu juga diisi dengan tausiyah agama.

Ada yang menarik dalam keterangan salah satu cucunya. Karena menurutnya diantara 10 anak kandung H Kari Wahid, yakni sejarah tentang kesuksesan dalam perantauan yang dilakukan H Sagi Wahid, dimana dalam kisahnya, ia mengarungi samudera kehidupan dari Kampung Auah Malintang ke Jakarata, dengan terombang ambing demi perbaikan nasib.

Tradisi merantau bagi orang minang sesungguhnya sudah berlangsung lama dan berjalan secara turun menurun sejak dulu kala hingga sekarang.

H Sagi yang dilahirkan di ranah minang kampung Auah Malintang Kecamatan Sungai Garingiang Padang Pariaman, Sumatera Barat, adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara dari pasangan H Kari Wahit dan Hj. Djamara.

H Sagi disarankan oleh orang tuanya untuk belajar dagang dengan udanya di Kota Padang. Setelah memiliki pengalaman dagang, H Sagi membulatkan tekad untuk berangkat pergi merantau ke Pulau Jawa. Dengan diiringi derai air mata dan doa kedua orangtuanya, H Sagi naik kapal Bogowonto dari Teluk Bayur Menuju negeri seberang untuk mengadu nasib.

Batang gasan aihnyo nan janiah tampek mandi mandi dek H Sagi jo kawan kawan samo gadang di kampuang salamoko ditinggalkannyo dan seakan menjadi saksi bisu atas kepergian H Sagi ke rantau orang.

Padahal waktu itu, rasanya berat sekali bagi H Sagi untuk mrninggalkan kampung halamannya, apalagi selama ini belum pernah berpisah dengan kedua orang tuanya, ditambah harus rela berjauhan dengan sang kekasihnya, Hj Karlina.

Namun demi untuk memperbaiki nasib serta membahagiakan kedua orang tua dan kekasihnya, kelak kalau sudah menjadi istri, H Sagi iklas untuk pergi merantau.

Setiba di Jakarta, untuk tempat tinggal sementara menumpang di ruamh kenalannya orang sunda yang sebelumnya sudah kenal saat masih di Padang.

Tidak lama kemudian barulah H Sagi mencari tempat untuk berdagang, alhamdulillah dalam tempo yang tidak begitu lama H Sagi mendapat sewaan sebuah kios di lantai II Pasar Mayestik Kebayoran Jakarta.

Setelah itu, barulah H Sagi mulai berdagang secara kecil kecilan dengan modal seadanya yang dibawa dari Padang. Sebulan pertama sekitar tahun 1975, dagangan H Sagi kadang kadang laku kadang tidak, karena baru mulai belajar dagang di Ibukota yang sangat ketat persaingannya. Walu demikian, dengan semangat yang menggelora H Sagi tetap bersabar dan tekun dalam menghadapi kerasnya tantangan hidup di Jakarta dengan tingkat gangguan selalu datang dari preman preman pasar kala itu.

Ketika itu kehidupan H Sagi betul betul prihatin sehingga harus pandai mengatur keuangan, karena kalau tidak modal yang sedikit akan cepat habis. Apalagi di perantauan, H Sagi hanya hidup sebatang kara tidak ada sanak famili untuk tempat mengadu.

Dalam mengarungi kehidupan selama di perntauan, banyak sekali suka duka yang dialaminya. Namun biduk kehidupan itu tetap didayungnya tanpa kenal lelah dan keluh kesah. Kadang kala H Sagi pernah mengalami makan satu kali satu hari untuk berhemat mempertahankan modal yang sangat minim agar dapat bertahan lama hidup di rantau orang.

Singkat cerita usaha yang dirintisnya itu secara bersusah payah ini menunjukan adanya perkembangan menggembirakan. Hal ini tentunya berkat doa restu kedua orang tua dan sang kekasih di kampuang. tidak lama kemudian H Sagi mampu membeli sebuah toko di dekat kontrakannya. Tidak sampai disitu, secara bertahap toko yang dimilikinya terus bertambah, baik di Jakarta maupun di Kota padang.

Sesungguhnya, kunci sukses bagi H Sagi dalam menjalani kehidupan di rantau yang terpenting menurut pengakuan cucunya, adalah 'Nawaetu' dalam berusaha. Kiat lainnya, ia senantisa menghindarkan hal hal yang dilarang agama , karena hal itu pasti akan merusak tatanan kehidupan, seperti, mabuk mabukan, berjudi, keluar malam dan lain lain, katanya mantap, saat berkemapatan bincang bincang dg Kabar Indonesia di salah satu tokonya di kawasan Blok M Jakarta.

Nah dari kisah perjalanan hidup H Sagi selama berjuang berusaha di perantauan, menurutnya bisa diambil hikmahnya untuk diteladani oleh siapapun bukan hanya keluarga besarnya saja.

Ketaatannya dalam menjalankan perintah agama serta sifatnya yang tetap bersahaja tidak sombong, rendah hati dan kepeduliannya terhadap sanak famili dan kampung halamannya. Sabagai rasa mensyukuri nikmat yang telah diperolehnya itu, ia secara rutin selalu menyisihkan rezekinya dengan membayar zakat dan sumbangan juga ia berikan bagi kepentingan sosial seperti untuk pembangunan Mesjid, sekolah Pondok pesantren, insfrastruktur dan lain-lain, baik di Jakarta maupun di kampung halamannya. (***)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/