Home  /  Berita  /  Ekonomi

Dana Mengalir Hampir 2 Milyar, Desa Wisata Lukisan Alam Rantih di Sawahlunto Butuh Manajer Ulung

Dana Mengalir Hampir 2 Milyar, Desa Wisata Lukisan Alam Rantih di Sawahlunto Butuh Manajer Ulung
Rumah pondok terbuat dari kayu olahan siap menanti kunjungan wisatawan pecinta alam. Namun sarana ini masih terbatas ditengah mengalir derasnya dana bantuan (Foto: Indra Yosef D/GoSumbar)
Jum'at, 20 Mei 2016 07:21 WIB
Penulis: Indra Yosef

SAWAHLUNTO - Desa Wisata Rantih, sekitar 6 km dari pusat kota tua Sawahlunto terus menjadi pusat perhatian banyak kalangan. Disamping punya potensi alam yang aduhai bagi penikmat wisata alam, desa dengan populasi penduduk  sekitar 600 jiwa tersebut sangat mengundang daya tarik wisatawan, baik lokal, domestik dan mancanegara.

Tapi desa yang dihiasi lukisan alam mengagumkan ini masih belum mampu mengembangkan diri dan siap menerima kedatangan pengunjung dalam skala besar secara maksimal. Kondisi ini terbentur karena belum mendapatkan sentuhan manajemen pengelolaan yang benar dan terpola secara baik dan profesional.

Hal ini disadari Budiman, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang juga pengelola objek wisata Desa Wisata Rantih ini mengatakan, perkembangan Desa Wisata Rantih masih butuh sentuhan kerjasama dengan pihak lain, serta dukungan pemerintah agar semua potensi yang terpapar di desa tersebut mampu tergarap maksimal.

Sejak Rantih dijadikan sebagai Desa Wisata tahun 2010 silam, kata Budiman, ketika berbincang dengan GoSumbar.com, di Rantih, Ahad (15/5), sudah banyak aliran dana yang diterimanya dari berbagai sumber seperti dari program PNPM Pariwisata Kementerian tahap pertama sebesar Rp 70 juta pada tahun 2010, kemudian dilanjutkan tahap kedua dan ketiga ditahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing sebesar Rp 100 juta dan Rp 75 juta, plus bantuan lain sebesar Rp 25 juta untuk pembelian alat kesenian.

Menurut Budiman, dana tersebut digunakan untuk pembangunan 5 unit rumah pondok berbahan kayu olahan dengan kapasitas masing-masing dua penghuni. Kemudian 4 gazebo, 3 fasilitas cuci mandi dan kakus yang terpisah dengan pondok, dua speaker aktif, 3 unit sampan bermesin, dan alat kesenian tradisonil talempong. Namun untuk sampan hanya tinggal mesinnya, bangkai sampan sudah tak ditemukan lagi. Sedangkan gazebo juga sudah tidak layak pakai karena sudah lapuk dan tak terurus.

Bantuan terus mengalir lagi untuk desa wisata tersebut, pada tahun 2013 muncul dana bantuan dari PNPM Mandiri Perkotaan sebesar Rp 1 milyar yang dimanfaatkan untuk fasilitas infrastruktur dam pengaman bibir sungai sepanjang 100 meter kiri-kanan, kemudian pembangunan jalan sepanjang 200 meter ke Ranguang. Lalu ada lagi tambahan dan sebesar Rp 60 juta pada tahun 2015 untuk pembangunan batu beronjong tepian air terjun Sungai Bikan.

“InsyaAlllah tahun ini kami dapat lagi dana bantuan dari dana sumber dana desa sebesar Rp 150 juta untuk membangun aula berukuran 6x12 m plus mushalla berukuran 4x4 m semuanya akan dibangun dengan material berbahan kayu,” ungkap Budiman biasa dipanggil Budi tersebut, saat di dampingi rekannya Adrinal, Ketua Pengelola Objek Wisata Desa Rantih.

Budi masih berharap, untuk tahun 2017 Pemkot masih ingin menggelontorkan dana APBD sebesar Rp 550 juta.

”InsyaAllah kami mendapatkan dana lagi dari ABPD yang telah di setujui DPRD sebesar Rp 550 juta untuk mendukung sarana dan fasilitas outbond,” tambah Budi.

Jika di total keseluruhan, dana yang terserap untuk pengembangan objek wisata Desa Wisata Rantih mencapai Rp 1,480 milyar hingga tahun ini. Jika di 2017 direalisasikan lagi dana Rp 550 juta, maka total keseluruhan dana untuk sebuah desa wisata ini berjumlah Rp 1,98 milyar, cukup fantastis.

Namun dari penelusuran dilapangan, pengelolaan manajemen Desa Wisata Rantih belum maksimal, masih banyak persoalan yang harus diselesaikan dan disempurnakan untuk mendukung terkelola dengan baiknya impian Desa Rantih siap seratus persen sebagai Desa Wisata yang memiliki khasanah alami dalam menjawab antrian kunjungan wisatawan.

Pemerintah kota sudah selayaknya melakukan pendampingan yang komprehensif, memberikan masukan dan pembinaan terhadap pengelolaan, baik manajemen dan promosi serta pengembangan SDM para pengelola dengan mendatangkan inisiator, motivator, inspirator dan mentor berpengalaman dalam mengelola desa wisata. Perlu dipahami, anggaran yang mengalir tersebut harus dipertanggungjawabkan secara terbuka karena itu adalah uang rakyat yang bersumber dari APBN dan APBD.

Selain itu, sebagai pengelola Desa Wisata Rantih, Budiman dan Adrial siap bekerja sama dengan lembaga promosi lainnya seperti dengan Asosiasi Homestay Sawahlunto dalam mengembangkan destinasi wisata kota tua Sawahlunto dengan kombinasi konsep Desa Wisata Rantih.

“Kami siap bekerjasama dengan Asosiasi Homestay Sawahlunto dalam mengembangkan destinasi wisata Desa Wisata Rantih. Namun perlu pembicaraan yang lebih jauh dalam sistim pengelolaannya sehingga saling menguntungkan,” tutur Budi dan Adrinal mantan pelaut yang pernah bekerja disebuah kapal pesiar tersebut.(Ind)

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77