Hal ini di sampaikan Marlis (46), salah seorang warga kelurahan Bulakan Balai Kandi Koto Nan Ompek kepada koran ini di Payakumbuh, Senin (16/5). Menurut dia, biasanya setiap pagi hari sudah terdengar bunyi dekukurnya bersahut sahutan antara satu dengan yang lainnya, tapi akhir akhir ini sudah jarang terdengar bahkan kelihatan pun jarang sekali.
“Salah satu penyebab kelangkaan burung balam ini adalah adanya kebiasaan baru sebagian warga masyarakat menembak burung ini utamanya pada malam hari, Hampir setiap malam di pinggir jalan yang ada pohonnya selalu ada`saja yang menembak burung yang sedang bertengger. Kalau ini dibiarkan niscaya burung balam bisa punah di kota ini, “ujarnya.
Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) kota Payakumbuh, Ir. Syamsurial, MSi dirang kerjanya, Senin (16/03), dia sangat menyayangkan praktek ini terjadi karena akan berdampak tidak baik kepada habitat burung balam serta merusak keaneka ragaman hayati di kota Payakumbuh.
Burung Balam ini bukanlah jenis unggas konsumsi untuk dimakan, jadi keberadaannya dilindungi serta perlu dijaga kelestariannya Pemembakan burung ini untuk alasan apapun tidak bisa diterima. Burung Balam ini pernah secara simbolik di lepaskan beberapa waktu yang lalu dilapangan pacuan kuda Kubu Gadang Kota Payakumbuh, ungkapnya.
Lebih jauh Syamsurial menghimbau agar seluruh warga kota dapat hendaknya menjaga kelestarian burung Balam ini kedepan serta menegur apabila ada warga masyarakat yang melakukan penembakan burung ini baik siang maupun pada malam hari.***