Home  /  Berita  /  GoNews Group
Wonderful Indonesia 2016

Pesona Indonesia di Festival Wisata Religi Manaqib 2016, Berdampak Positif terhadap Ekonomi Rakyat

Pesona Indonesia di Festival Wisata Religi Manaqib 2016, Berdampak Positif terhadap Ekonomi Rakyat
Ribuan Jamaah dan pengunjung, memadati areal Festival Manaqib 2016 di Ciamis Jawa Barat. (humas)
Minggu, 20 Maret 2016 18:58 WIB
Penulis: Daniel Caramoy
JAKARTA- Wisata religi, betulkah berdampak signifikan pada ekonomi rakyat? Menpar Arief Yahya menjawab: benar 100 persen. Pergeseran orang dari satu titik kota ke kota yang lain di dalam negeri, itu sudah dihitung sebagai wisata.

Karena mereka akan membelajakan uangnya selama berwisata, sekalipun motifnya untuk kepentingan religi. “Sebenarnya, orang Umrah dan Haji itu dalam konteks pariwisata juga disebut wisata. Arab Saudi mendapatkan pundi-pundi devisa besar dari wisata ziarah ke tempat-tempat bersejarah itu,” kata Menpar Arief Yahya di Jakarta.

Haji, kata dia, lebih dikategorikan sebagai “Destinasi Waktu”, karena orang datang persis pada waktu yang ditentukan. Harus ada prosesi Wukuf di Arafah, 9 Dzulhijah. Sedangkan, Umrah, itu lebih menitik beratkan pada ziarah, tidak harus menunggu waktu tertentu. Dua-duanya, adalah wisata bertema religi. “Anda bisa bayangkan, jutan manusia berkunjung di Makkah dan Madinah untuk menjalankan ibadah. Dalam konteks pariwisata, itu adalah wisata ziarah,” ungkapnya.

Bagaimana dengan wisnus? “Kita punya banyak tempat-tempat berziarah dan selama ini dengan amenitas seadanya sudah hidup. Jika ditembah dengan sentuhan pariwisata, tentu itu akan lebih kuat daya dobrak ekonominya,” ujar Mantan Dirut PT Telkom yang ahli menciptakan portofolio bisnis baru itu.

Seperti halnya, Festival Wisata Budaya Religi Manaqib 2016, yang digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Sirnarasa di Dusun Ciciuri, Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ini. Kemenpar pun mulai membungkus beberapa aktivitas seperti ini sebagai bagian dari wisata religi. Ada pergerakan masyarakat, ada aktivitas kuliner, kerajinan tangan, penyewaan kendaraan, penginapan, souvenir, dan ekonomi kreatif lainnya.

Ribuan pengunjung tumplek blek ke Ciamis. Daerah-daerah di Jawa Barat seperti Cirebon, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Majalengka, Kuningan, Bogor berduyun-duyun datang ke sana. Ada juga yang dari Jawa Tengah seperti Tegal, Pemalang, dan Cilacap. Bahkan dari Jakarta serta Sumatera, seperti Lampung dan Palembang.

Sukses kegiatan ini tak lepas dari support teknologi yang diterapkan Kemenpar. Promosi dilakukan dengan memanfaatkan IT, internet dan sosial media. Kemenpar tak ingin melewatkan potensi jumlah pengguna internet dan tingkat keaktifan netizen dalam mengolah jari dan matanya di dunia maya. Media baru ini benar-benar dimanfaatkan Kemenpar menjadi media promosi.

“Kami mempromosikannya lewat beragam social media. Kemenpar tinggal memikirkan strategi yang lebih besar untuk mengejar target wisman 20 juta di tahun 2019. Tentu dengan menggunakan instrumen digital,” papar Asisten Deputi Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno, Sabtu (20/03/2016).

Hasilnya memang efektif. Masyarakat begitu aktif meluncur di dunia maya. Mulai banyak yang mencari tahu. Masyarakat jadi makin mudah mengakses informasi. Nah, kesempatan-kesempatan inilah yang coba dimanfaatkan Kemenpar sebagai media promosi.

"Saya tahu tauziah, khidmad ilmiah serta zikir akbar di festival ini dari media sosial. Saat membaca dari weblog, saya langsung ke Ciamis," kata Fani Ahmad, pengunjung asal Palembang.

Dampak ekonominya luar biasa. Kehadirannya memberi berkah bagi warga lokal dan sekitarnya. Tedy misalnya, penjual beragam buku terkait Abah Gaos, tata cara Manaqib, dan lainnya di depan Ponpes Sirnarasa ini mengaku penjualannya meningkat tajam saat ada festival wisata religi ini. "Kalau ada festival manaqib saya jualan 24 jam. Di luar itu buka sampai pukul 4 sore, "aku Tedy yang sudah berjualan sejak 2012.

Dagangannya laris diborong pengunjung festival. Dari mulai buku, poster tanpa bingkai, kopiah Turki, ikat kepala hingga jaket, semuanya ludes terjual. Dari harga Rp 5000 hingga Rp 300 ribu per item, semua laris.

"Air mineral dalam kemasan botol merek Sirraya alias Sirnarasa-Suralaya juga banyak dicari jamaah. Harganya yang botol kecil Rp 2 ribu, sedang Rp 4 ribu, dan ukuran besar Rp 6 ribu. Air ini diambil dari mata air di kaki Gunung Sawal. Kejernihannya lebih unggul dibanding air mineral merek lain, " pamer Tedy.

Berkah serupa juga dialami Ena, pedagang warung makan di depan Ponpes Sirnarasa. Ibu dua anak ini mengaku mendapat keuntungan berlipat saat ada Festival Wisata Budaya Religi Manaqib. "Kalau ada festival saya buka warung makan ini non stop 24 jam. Kalau hari biasa, buka sampai pukul 11 malam," aku Ena yang sudah 15 tahun berjualan di tempat itu.

Menu yang paling laris dibeli pengunjung saat festival ini antara lain nasi rames, mie rebus, bermacam gorengan seperti cireng, aneka kopi, teh, pulsa, dan rokok.

Begitupun dengan Ratna yang semula berjualan bakso dan es kelapa dari tahun 2012, sejak ada festival budaya religi ini juga membuka warung kelontong di depan rumahnya, tak jauh dari Ponpes. "Alhamdulillah kalau ada festival dagangan saya jadi lebih laris terutama mi rebus, bala-bala, makanan kecil, kopi, teh manis, rokok, dan bakso," aku Ratna.

Berkah rezeki juga didapat oleh beberapa warga yang rumahnya dijadikan homestay di sekitar Ponpes Sirnarasa. Yayat, salah satunya mengaku mendapat keuntungan lebih terutama saat Festival Wisata Budaya Religi Manaqib.

Maklum sejumlah tamu dari luar Ciamis banyak juga yang menginap di homestay yang tersedia. Sisanya memilih di masjid ponpes. "Saya tidak mematok harga. Tamu yang menginap bisa memberi seikhlasnya. Kami juga menyediakan makan dan minum serta makanan kecil seadanya," aku Yayat yang juga merangkap Ketua RT setempat.

Kegiatan Manaqib di Ponpes Sirnarasa berlangsung setiap bulan. Namun yang mendapat dukungan dari Kemenpar menjadi Festival Wisata Budaya Religi Manaqib pada manaqib-manaqib tertentu saja.

Sesuai kalender manaqib 2016, kegiatan religi Islami dua bulan ke depan ini akan kembali berlangsung pada tanggal 18 April dan 17 Mei 2016.

Selain di Ponpes Sirnarasa, manaqib juga rutin digelar di Masjid Al-Hidayah di Dusun Cimuncang, Desa Jayagiri, Kecamatan Panumbangan setiap bulannya. “Di kota lain seperti Jakarta kegiatan festival wisata budaya manaqib juga mendapat dukungan dari Kemenpar. Antara lain di Masjid Istiqlal Jakarta yang diadakan setiap enam bulan sekali dengan label kegiatan Wisata Religi Zikir Nasional Manaqib Qubro. Sedangkan di Banten digelar setiap tiga bulan sekali, dan untuk penyelenggaraan tanggal 10 April 2016 mendatang juga mendapat dukungan dari Kemenpar dengan nama kegiatan Wisata Budaya Religi Banten Berzikir Bersalawat dan Manaqib," terang Raseno. (*/dnl)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/