Home  /  Berita  /  GoNews Group
Wonderful Indonesia 2016

Ketua ASITA Asnawi Bahar: Kita Perlu Travel Mart

Ketua ASITA Asnawi Bahar: Kita Perlu Travel Mart
Ketua Asita, Asnawi Bahar. (net)
Selasa, 15 Maret 2016 17:18 WIB
Penulis: Daniel Caramoy
BERLIN-JERMAN- ITB Berlin juga memantik banyak inspirasi buat Ketua ASITA Asnawi Bahar. Dia mengikuti dari hari pertama sampai penutupan Internationale Tourismus Bourse, pasar turis terbesar di dunia ini.

“Indonesia harus punya Travel Mart seperti ini, tempat bertemunya sesama perusahaan tour and travel bertemu, seller dan buyer, karena potensi Indonesia sangat bagus,” jelas Asnawi Bahar di Paviliun Indonesia ITB Berlin.

“Saat ini masih belum berimbang, antara outbond dan inbound. Orang Indonesia yang ke luar negeri masih 30 juta, sedangkan turis yang masih baru 10 juta. Tugas kita ke depan adalah memperbanyak inbound, arus wisman yang masuk ke tanah air. Karena tidak bisa melarang orang Indonesia untuk pergi ke luar negeri, yang bisa dilakukan adalah memperbanyak yang ke dalam negeri,” sebut Asnawi.

Salah satu mimpinya adalah, menjadi host Travel Mart di tanah air. Malaysia punya MATTA Fair, yang kemudian dikembangkan ke negara-negara bagian, dalam satu tahun bisa lebih dari 7 seri. Singapore, Thailand, Filipina, Jepang, Korea, Hongkong, China, India, Australia, Dubai, semua punya. “Sayang, kita belum punya,” aku Asnawi Bahar.

Menurut Asnawi, pariwisata kita hidup karena domestic market yang semakin kuat. Daya beli masyarakat Indonesia semakin kuat. Di era global saat ini, dia tidak ingin Indonesia hanya dijadikan target market bagi negara-negara lain, termasuk ASEAN yang semakin agresif. MEA – Masyarakat Ekonomi Asean sudah mulai, jika internal tidak disiapkan dengan matang, boleh jadi, kita hanya menjadi pasar potensial saja.

Namun, Asnawi percaya dengan proses yang sedang dijalankan Menpar Arief Yahya, termasuk pengembangan destinasi dan industri pariwisata yang semakin gencar dan cepat. Sementara promosi ke manca negara dengan berbagai saluran komunikasi juga besar-besaran untuk menancapkan brand Wonderful Indonesia. “Saya lihat, progress pembangunan untuk memperkuat sector pariwisata ini sudah mulai kuat,” ujarnya.

“Ini langkah awal yang cepat dan baik. Respons pasar juga positif. Di depan, ada banyak tantangan yang sudah harus cepat ditangani dengan baik. Jangan sampai potensi yang sudah ada dan dimiliki Indonesia itu tidak bisa dioptimalkan dengan baik,” kata dia.

Menpar Arief Yahya menjelaskan, pengembangan destinasi ini tidak seperti lari sprint 100 meter. Sekarang dilepas tembakan start, 9-10 detik kemudian sudah diketahui siapa-siapa pemenangnya. Pekerjaan pariwisata itu tidak ada yang bersifat jangka pendek. Semuanya, medium dan panjang. Mungkin karena ini, tidak banyak kepala daerah yang tertarik menjadikan sector pariwisata sebagai leading sector pembangunan di daerahnya.

Karena investisi yang ditanam saat ini, baru akan running 2-3 tahun, lalu mulai kelihatan respons publiknya setelah 5 tahun. Sementara masa kerja bupati walikota hanya 5 tahun, sehingga kalaupun jadi, hanya dicatat dalam prasasti atau monument sebagai pejabat yang meresmikan objek wisata saja. Mungkin karena inilah, pariwisata dianggap “tidak seksi”, selama ini.

Tetapi Menpar Arief Yahya yakin, makin banyak kepala daerah, bupati, walikota dan gubernur yang meyakini bahwa pembangunan jangka menangah dan panjang itu penting. Karena masyarakat akan mendapatkan benefit lebih sustain, berkelanjutan, dan jangka panjangnya. Hanya pariwisata yang memiliki nilai keberlangsungan yang lebih panjang. “Istilahnya, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” kata Menpar Arief Yahya.

Dia mencontohkan Bali, di saat pertumbuhan ekonomi nasional 5 persen, Pulau Dewata lebih dari 7 persen. Pariwisata itu masuk kategori gelombang ke-4, setelah tiga gelombang Alfin Toefler selesai, yakni agriculture, manufactur, dan information technologi. Gelombang ke empat adalah cultural industri atau creative industri.

“Pariwisata termsuk cultural/creative industri. Ke depan, akan semakin kuat. Bahkan sangat berpotensi menggeser oil and gas, coal dan kelapa sawit,” ucap Arief Yahya.

Gambar besar ini berkali-kali disampaikan Menpar Arief Yahya di banyak momentum. Bahwa pariwisata itu sudah masuk dalam lima besar prioritas pembangunan nasional, setelah Infrastruktur, Energi, Pangan, dan Maritim. Oleh karena itulah pariwisata melakukan percepatan pembangunan. (*/dnl)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/