https://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Diplomasi Sawit RI di Eropa, Mendag: Parlemen Prancis Beri Sinyal Positif

Diplomasi Sawit RI di Eropa, Mendag: Parlemen Prancis Beri Sinyal Positif
Mendag Thomas
Sabtu, 13 Februari 2016 22:52 WIB
Penulis: Syafri Ario
JAKARTA- Pertemuan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dengan Senator Fraksi Ekologi Prancis Ronan Dantec, Kamis (11/2/2016), memberikan harapan positif bagi kelangsungan akses pasar minyak kelapa sawit Indonesia di Prancis dan Uni Eropa.

Permintaan Mendag Thomas bagi pembatalan draf Amandemen No. 367 ditanggapi sangat baik. "Saya khusus bertemu dengan anggota senat dari Fraksi Ekologi, Senator Ronan Dantec, dan responnya positif," ungkap Thomas kepada legislatif.co, Sabtu (13/2/2016)

Mendag Thomas juga melakukan pertemuan dengan Rapporteur RUU Keanekaragaman Hayati, Jerome Bignon. Menurut Mendag, Jerome menegaskan bahwa rencana pemberlakuan pajak secara progresif pada minyak sawit, namun tidak pada minyak bunga matahari dan minyak nabati lainnya, masih dalam tahap pembahasan di parlemen. Draf ini baru akan diputuskan Majelis Nasional Prancis pada Maret 2016.

Respon Positif ini melegakan Pemerintah Indonesia. Karena itu, Mendag berkomitmen akan melakukan komunikasi secara terus-menerus dengan Pemerintah maupun Parlemen Prancis.

"Proses pengesahan draf amandemen masih akan melalui beberapa tahapan, di tingkat Komisi Lingkungan Hidup, selanjutnya ke Majelis Nasional. Rentang waktu yang ada akan saya gunakan sebaik-baiknya untuk terus berkomunikasi dan melakukan lobi ke sejumlah pihak, terutama Fraksi Ekologi,” lanjut Thomas.

Mendag Thomas memandang, pajak progresif bukan solusi yang tepat. Perlu dipikirkan langkah kreatif menjembatani kepentingan pelestarian lingkungan hidup yang sejalan dengan perdagangan yang berkeadilan (fairness of trade). Selain itu, Indonesia meminta Prancis tetap menerapkan prinsip-prinsip WTO dalam menyusun kebijakannya.

"Melalui koridor bilateral Indonesia-Prancis, kita giatkan dialog kedua negara. Saya yakin kedua pihak akan mencapai titik temu,” ujarnya.

Menurutnya, faktor kunci kasus ini adalah minimnya informasi tentang minyak kelapa sawit yang dipahami baik oleh pemerintah, parlemen, maupun masyarakat Prancis. Hal ini menyebabkan semua informasi tentang produk minyak sawit kurang akurat. Akhirnya keputusan yang diambil pun menjadi kurang baik. Karena itu, ke depan pemerintah akan melakukan kampanye publik secara intensif ***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77