Home  /  Berita  /  Ekonomi

Jadi Penghasil Beras Terbesar di Pesisir Selatan, Kambang Timur Malah Minim Sarana dan Prasarana

Jadi Penghasil Beras Terbesar di Pesisir Selatan, Kambang Timur Malah Minim Sarana dan Prasarana
Hamparan padi di sawah milik petani di Kambang, Lengayang, Pessel.
Minggu, 10 Januari 2016 11:00 WIB

PAINAN - Minimnya ketersedian sarana yang berfungsi untuk menunjang kelancaran ekonomi seperti sarana jalan dan irigasi, menjadi salah satu penyebab beberapa nagari di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumbar, terkendala dalam mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakatnya.

Kondisi itu juga dialami oleh masyarakat di beberapa kampung di Nagari Kambang Timur Kecamatan Lengayang. Nagari yang memiliki potensi besar di bidang pertanian dan perkebunan itu, diakui sebagai salah satu nagari pemasok beras terbesar di Pessel.

Karena produksi berasnya besar dan mampu memenuhi kebutuhan lokal dan luar daerah, sehingga tidaklah mengherankan setiap kali nagari itu memasuki musim panen padi, harga beras akan menjadi murah di Pessel.

Wali Nagari Kambang Timur, Sondri KS mengatakan kepada pesisirselatan.go.id (laman resmi Pemkab Pessel) Kamis (7/1/2016) bahwa selain karet, kakao, minyak nilam, dan gambir, Nagari Kambang Timur termasuk salah satu nagari pemasok beras terbesar di Pessel. 

"Luasnya lahan pertanian yang bisa dikembangkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam, perlu mendapat jaminan oleh pemerintah agar potensi yang besar itu benar-benar bisa diandalkan sebagai penopang ekonomi. Diantara sarana yang dibutuhkan itu adalah ketersedian irigasi dan jalan Usaha Tani (UT). Sebab dua sarana itu memang saling terkait agar kelancaran produksi dan kelangsungan usaha masyarakat petani tidak terganggu," katanya.

Dijelaskanya bahwa di nagari itu total luas lahan pertanian baik yang tadah hujan, maupun yang memiliki irigasi lancar mencapai 3.500 hektar.

"Berdasarkan luas itu, sehingga jika dibagi dengan total jumlah kepala keluarga (kk) yang berjumlah sebanyak 3.444 kk sebagai mana saat ini, maka rata-rata kepemilikan lahan di nagari ini lebih dari 1 hekter per kk. Jika kelangsungan masa bercocok tanam rata-rata dua kali dalam satu tahun tercapai, maka produksi beras dari nagari ini akan mencapai 28 ribu ton dalam satu tahun. Itu dengan angka produksi rata-rata hanya sebesar 4 ton per hektar," jelasnya.

Berdasarkan kalkulasi kasar itu saja, sehingga kata Sondri sangatlah wajar jika nagari itu menjadi pemasok beras terbesar untuk Pessel. Dan setiap kali musim panen datang, membuat harga beras menjadi stabil di dalam daerah, terutama sekali di Kecamatan Lengayang. 

Ditambahkanya bahwa di nagari itu memang sudah menjadi sebuah kebiasaan atau budaya oleh masyarakat tani, setiap setelah musim panen selesai, lahan yang sebelumnya ditanam padi, disela dengan cara menanam tanaman palawija, dan sayuran.

"Pola itu diyakini oleh masyarakat akan bisa mengembalikan humus tanah supaya kembali subur. Sedangkan pola yang juga sangat dipertahankan hingga saat ini oleh masyarakat petani adalah sistem tanam serentak. Pola ini dulunya sanga dikenal dengan sebutan Pola Lengayang (PL). Dan beberapa kecamatan di daerah ini memang mengadopsi apa yang sudah dilakukan oleh masyarak petani yang sudah turun temurun ini," ungkapnya.

Lebih jauh dijelaskan bahwa selain lahan yang sudah digarap saat ini, di nagari itu ternyata masih ada seluas 5 ribu hektar lahan lagi yang bisa dikembangkan untuk lahan perkebunan dan pertanian.

"Karena lahan yang seluas itu, berada di luar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), sehingga sangat memungkinkan untuk diolah dan dikembangkan," katanya.

Ditambahkanya bahwa sebagai wali nagari, dia memang berharap potensi lahan seluas itu bisa digarap oleh masyarakat untuk menunjang peningkatan ekonomi, terutama yang bergerak di sektor pertanian dan perkebunan. (***)

Editor:Calva
Kategori:Pesisir Selatan, Ekonomi
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77