Home  /  Berita  /  Umum

Menyambut Tahun 2016 di Payakumbuh, Kuliner Malam Bergairah

Menyambut Tahun 2016 di Payakumbuh, Kuliner Malam Bergairah
Para pedagang, kuliner malam seperti martabak mesir H.Wan Payakumbuh kecipratan reski menyambut tahun 2016(f/dok)
Jum'at, 01 Januari 2016 17:16 WIB
Penulis: M.Siebert

PAYAKUMBUH- Ribuan masyarakat yang memenuhi pusat kota, juga memberi keuntungan kepada pedagang kuliner malam disepanjang Jalan Sudirman, Jalan Sukarno-Hatta dan Jalan A. Yani Payakumbuh. 

Keterangan Ketua Asosiasi Pedagang Kali Lima (APKL) H. Nusyirwan, rata-rata omset anggotanya meningkat 30 sampai 50 persen. Pedagang musiman, kembang api, juga ikut kecipratan laba lumayan besar. Tak terkecuali pedagang terompet, serta kafe kopi, kopmil lainnya.

“Sangat mengairahkan para pedagang  kuliner di malam menyambut tahun baru 2016 ini, rata-rata omset penjualan kami meningkat. Bukan hanya pedagang kembang api yang bergairah, tetapi pedagang musiman, dan puluhan orang pedagang makanan malam kuliner) juga kecipratan reski yang lumayan,”ungkapnya menjawab gosumbar.com.

Di Payakumbuh, penyambutan malam old and new itu, tidak hanya melakukan pesta kembang api, juga pada sejumlah titik menggelar organ tunggal dan main kim. Seperti dilakukan Radio Pass dan pemilik Restoran Pergaulan di Jalan Sukarno-Hatta. Sementara itu, Pemuda Muhammadyah Payakumbuh juga menggelar wirid pengajian di Masjid Ansharullah Jalan Sudirman Payakumbuh, dengan Buya Desembri P. Chaniago.

Wisata Kuliner Malam

Wisata kuliner malam di kota Payakumbuh yang hanya berjarak sekitar 27 km di timur Bukittinggi dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit.Payakumbuh, sudah lama dikenal sebagai kota kuliner yang justru hidup dan bergairah pada malam hari.

Terletak 514 meter di atas permukaan laut dengan populasi hanya 116.000 jiwa itu, cuaca Payakumbuh yang tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin, terasa cocok bagi warga untuk beraktivitas di luar rumah di malam hari.

Di sepanjang jalan utama Soekarno-Hatta yang merupakan perlintasan dari Pekanbaru menuju Bukittinggi, terlihat ratusan tenda yang menjajakan berbagai jenis makanan, mulai dari yang berat sampai ringan, serta berbagai jenis minuman panas atau pun dingin.

Lidah masyarakat setempat tampaknya sudah mulai “berdamai” dengan makanan non-Minang, karena di beberapa tempat, juga tersedia warung pecel lele atau bakso. Selera “urang awak sejati” memang terkenal rewel karena sulit menerima makanan yang tidak pedas atau tidak bersantan.

Bagi mereka yang menggemari makanan khas Minang dengan spesifik Payakumbuh, tersedia sate danguang-danguang, martabak mesir, rendang telur, atau minuman kawa daun (daun kopi seduh) dan ampiah dadiah (sejenis yogurt dari susu sapi).

Selain tenda-tenda makanan tradisional, juga sudah banyak bertebaran cafe-cafe dengan interior modern yang menyajikan menu barat, dilengkapi layar televisi layar lebar dan organ tunggal.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/