Jalani Balapan dalam Kabut Asap, Tiga Pebalap dari Banyuwangi Racing Cycling Club Team Ini Alami Sesak Nafas
Penulis: jontra
Akibatnya, tiga pebalap dari Banyuwangi Racing Cycling Club Team (BRCC) terpaksa gagal finis dan memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Parahnya, ketiga pebalap ini mengaku tak bisa mengikuti etape ke-6 yang akan start di Bukittinggi hari ini.
Saat disambangi ke tempat mereka menginap di kamar 363 Hotel Pusako Bukittinggi, ketiga pebalap ini mengaku kecewa dan menyesal mengikuti ajang bergengsi internasional tersebut. Bahkan, ketiga pebalap ini mengakui jika TdS tahun 2015 ini hancur dan paling terburuk dalam sejarahnya sejak pertama kali diadakan 7 tahun silam.
“Ajang tahun ini benar-benar hancur, pelayanan panitia kurang maksimal, persoalan kabut asap yang membuat mata kami perih, pusing dan tenggorokan sakit. Bahkan ada peserta dari luar negeri ngotot ingin pulang kampung,” ujar Herwin Jaya sambil memegangi tenggorokannya.
Herwin yang ditemui bersama dua rekan lainnya Eko Setiawan dan Rendra Bayu Nugroho mengaku kecewa karena kabut asap yang meningkat membuat mereka harus berhenti separuh jalan karena mengalami sesak nafas.
“Kita udah gak kuat, makanya langsung berhenti, parahnya itu si Eko digigit tawon pada kakinya. Setelah memberi tahu panitia kami langsung aja kembali ke Hotel” tambah Herwin.
Baik Eko, Herwin maupun Rendra menceritakan bahwa sejak awal etape TdS 2015 tahun ini pelayanan panitia juga kurang maksimal dan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sesak nafas, Ketiga pembalap ini terpaksa berhenti mengikuti balapan dikawasan payakumbuh setelah putar balik dari kelok Sembilan.
“Jujur saja kita kecewa tahun ini, banyak sekali perbedaannya dari tahun-tahun kemarin. Mulai dari personil yang kurang hingga pelayanan penginapan.
Bahkan, waktu di Sijunjung kemarin ada peserta dari luar negeri yang tak dapat penginapan, mereka bahkan ngotot ingin pulang ke negara asalnya, asli hancur banget untuk tahun ini” ujar Herwin yang mengaku sudah mengikuti TdS sejak pertama kali diadakan pada tahun 2009 lalu.
Sementara itu Eko Setiawan mengaku selama perlombaan sejak etape awal tahun ini merasakan sesak nafas, pusing dan mata perih selama mengikuti perlombaan.
“Gara-gara kabut ini, capeknya minta ampun, belum lagi mata kita perih, pusing, panas, dan bikin nafas sesak,” ujarnya sambil melihatkan kakinya yang digigit tawon.
Sementara itu, Rendra mengungkapkan bahwa untuk BRCC sendiri diikuti oleh enam pembalap, namun untuk etape di Bukittinggi hanya akan diikuti oleh tiga pembalap.
“Kami bertiga mungkin gak ikut, kita mungkin istirahat dahulu, tapi masih ada teman tiga lagi yang mewakili BRCC” pungkasnya.(**)
Kategori | : | Bukittinggi, Olahraga |