Orgen Tunggal di Pariaman Bikin Miris, di Luar Negeri pun Tak Ada yang Sevulgar Ini
Penulis: .
Keprihatinan mendalam diungkap anggota DPR RI yang juga tokoh masyarakat Padang Pariaman, John Kenedy Azis.
Ia mengaku sangat miris melihat maraknya hiburan organ tunggal yang jauh dari kesopanan, adab dan ajaran agama Islam di kampung halamannya, Piaman.Nyaris pada setiap hiburan organ tunggal selalu dilengkapi dengan penyanyi wanita yang tampil dengan pakaian sangat minim, seksi dan jogetannya yang mengundang birahi. Padahal penontonnya beragam, ada remaja, anak-anak, pelajar/mahasiswa dan orang tua.
Hiburan organ tunggal seperti itu tidak saja pada acara-acara kepemudaan, tapi nyaris terjadi setiap hiburan pesta pernikahan. Jam tayangnya pun hingga dinihari.Saat itu juga ada praktik ‘saweran’ atau pemberian uang dari penonton kepada penyanyi yang tampil seksi dengan dandanan minornya. Bahkan terkadang ada juga penonton yang iseng yang menyelipkan uang ‘saweran’ dibaju dan bagian belahan dada ‘artis’ organ tunggal yang tampil seksi dan menantang tersebut.
Politisi Partai Golkar itu sangat khawatir, praktik-praktik seperti itu merusak pikiran dan moral para anak-anak, pelajar, remaja atau generasi muda pada umumnya. Hal itu juga akan dapat menjerumuskan generasi muda dalam pergaulan bebas, yang jelas-jelas berisiko besar dan dapat mengancam masa depan.Keprihatinan dan kekhawatiran itu disampaikan secara terbuka oleh John Kenedy Azis di hadapan Bupati Padang Pariaman Drs Ali Mukhni, para ulama, pengurus MUI, LKAAM Padang Pariaman dan sejumlah tokoh masyarakat pada acara silaturahmi di Pendopo Rumah Dinas Bupati, Selasa (1/9) di Pariaman.
John Kenedy merasa perlu menyampaikan keprihatinan serta rasa khawatirnya, karena kondisi yang melapaui batas norma-norma kesopanan, adab, adat dan agama itu terjadi di kampung halamannya sendiri.Padahal saat dia berkeliling ke berbagai provinsi di Indonesia bahkan sejumlah negara di beberapa benua, untuk acara hiburan di tempat terbuka dan apalagi di tempat pesta pernikahan, dia tidak pernah menemukan praktik-praktik seperti itu. Terkecuali di tempat hiburan tertutup, seperti di club malam, diskotek dan sejenisnya.
John Kenedy pun mengajak para stakeholder di Padang Pariaman mengambil langkah-langkah strategis, sehingga kondisi dan praktik-praktik seperti itu secara berangsur dapat diminimalisir.Harapan akhirnya, hiburan yang tidak mendidik tersebut dapat dihentikan dan diganti dengan yang mendidik, seperti hiburan musik dan tarian tradisional minangkabau. Melalui cara seperti ini, moral generasi muda tidak rusak, dan hiburan musik dan tarian tradisional pun bisa tetap lestari. ***