Home  /  Berita  /  Umum

Distribusi Raskin di Siberut Barat Tak Merata, Ada Warga yang Terpaksa Beli Seharga Rp90 Ribu per Karung

Distribusi Raskin di Siberut Barat Tak Merata, Ada Warga yang Terpaksa Beli Seharga Rp90 Ribu per Karung
Masyarakat di Siberut Utara, Mentawai membawa beras raskin dengan perahu.
Sabtu, 31 Oktober 2015 18:57 WIB
Penulis: Heri Pamalis
SIMALEGI, MENTAWAI - Distribusi beras miskin (Raskin) di tiga desa di Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai  sebanyak 61 ton menimbulkan kemelut di tengah masyarakat. Warga di sana mengeluh mulai dari persoalan harga hingga pada sistem distribusi yang terindikasi bermasalah.

Persoalan pertama yang ditemui masyarakat adalah masalah harga di titik distribusi, yang semula ditetapkan panitia bekerjasama denga pihak kecamatan sebesar Rp 37 ribu per karung. Namuan kenyataannya dijual Rp26 ribu per karung.

Warga keberatan panitia menaikkan harga penjualan raskin sampai dengan Rp13 ribu per karung. Sebab warga membeli langsung di titik distribusi awal, yakni di aula kantor Camat Siberut Barat.  

“Tidak seharusnya panitia mengambil untung hingga Rp13 ribu per karung. Raskin itu haknya masyarakat miskin, bukan untuk dijadikan bisnis oleh siapa pun termasuk oknum pemerintah,” kata Afrinta, warga Betaet Utara.

Ia minta kepada aparat penegak hukum di Kabupaten Kepulauan Mentawai agar menindak oknum yang mempermainkan harga tersebut.

Selain masalah harga, warga juga kecewa dengan sistem distribusi raskin yang tidak merata. Menurut Kepala Dusu Tengah Barat, Germa, masyarakat Tengah yang terdiri dari 2 dusun dan masyarakat Muara yang juga terdiri dari 2 dusun, tidak ada satu KK pun yang mendapat jatah raskin.

“Kami sangat kecewa. Pada saat kami datang ke Betaet dua hari setelah pendidtribusian dibuka, tidak ada lagi beras yang tersisa. Padahal kami yang berada di kampung jauh dari pusat kecamatan, sebelumnya dapat kabar bahwa distribusi raskin akan dilakukan dalam jangka waktu 5 hari,” keluh Germa.

Masyarakat dari empat dusun tersebut dan juga sebagian besar masyarakat di Dusun Sakaladhat dan Sute’uleu, merasa sangat kecewa seolah-olah telah diabaikan oleh pemerintah desa maupun Kecamatan.

“Kami sangat kecewa dengan kebijakan Camat sebagai kepala wilayah di sini. Ternyata Camat tidak mempedulikan masyarakat miskin seperti kami,” ucap Kardinal, salah satu warga Tengah Barat.

Karena tak dapat jatah, warga beberapa dusun tersebut terpaksa harus membeli beras raskin kepada warga lain harga bervariasi mulai dari Rp45 ribu hingga Rp90 ribu per karung. “Saya sempat membeli 1 karung dari warga dengan harga Rp90 ribu,” ujar Salatiel, warga Tengah dengan nada kecewa.  

Sementara itu Martinus, Kepala Dusun Betaet Selatan, yang juga terlibat sebagai panitia raskin, mengakui memang ada warganya yang tidak mendapat raskin karena terkecoh dengan pengumuman panitia mengenai tenggang waktu distribusi.

“Sebenarnya memang bukan semata kelalaian warga, sebab awalnya kami panitia mengumumkan bahwa pendistribusian raskin dilakukan 5 hari, namun kenyataannya baru 3 hari berjalan beras sudah dilelang bebas,” ungkap Martinus.

Hal itu juga dibenarkan oleh Bruno Tasiritubui, anggota BPD Simalegi perwakilan Betaet Selatan. Bruno mengatakan, sepanjang pendistribusian raskin yang pernah terjadi di Kecamatan Siberut Barat, tahun 2015 ini merupakan kejadian paling buruk yang membuat masyarakat ribut.

“Ini kejadian yang sangat memprihatinkan. Raskin seolah-olah dijadikan bisnis. Jangankan dusun yang jauh, yang ada di pusat kecamatan saja ada warga yang tidak kebagian karena raskin dijual bebas,” kata Bruno.

Linus Taelagat, salah satu panitia raskin mengaku bahwa penjualan raskin sempat berjalan tertib selama dua hari. Namun masuk hari ketiga penjualan tidak terkontrol lagi. Menurut Linus, penjualan secara bebas berawal datangnya warga Simatalu membeli beras dalam jumlah banyak.

Suru Ogok, salah satu warga Betaet Utara, mengatakan, di hari pertama dia sempat membeli 3 karung beras dan panitia mengatakan kepadanya bahwa beras boleh dibeli lagi setelah 5 hari ke depan. Namun baru hari ketiga dia mendapat kabar bahwa beras sudah habis dilelang.

“Saya sangat kecewa. Padahal panitia sudah mengumumkan bahwa penjualan raskin dilakukan selama 5 hari. Namun kenyataannya masih 3 hari berjalan, ternyata beras sudah dilelang dan saya tidak mengetahuinya sehingga saya tidak sempat membeli,” kata Suru Ogok.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Rakhim, warga Betaet yang memiliki gangguan penglihatan. “Bahkan mereka sampai tidak ingat bahwa ada warga yang buta seperti saya yang membutuhkan perhatian dan pertolongan. Apa salahnya mereka memberitahu bahwa beras akan dijual bebas, setidaknya saya masih bisa beli 1 karung lagi,” ungkap Rakhim.(heri)

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/