Home  /  Berita  /  Umum
Nasional

Terpanggil Melayani Pasien di Daerah Terpencil, Dokter Ahli Bedah Asal Padang Ini Jual Rumah untuk Bangun Rumah Sakit Apung

Terpanggil Melayani Pasien di Daerah Terpencil, Dokter Ahli Bedah Asal Padang Ini Jual Rumah untuk Bangun Rumah Sakit Apung
Dokter Lie Augustinus Dharmawan. (kompas.com)
Selasa, 18 Agustus 2015 23:50 WIB
Penulis: Hermanto Ansam
JAKARTA, GOSUMBAR.COM - Hari itu, pada Maret 2009, dokter Lie Augustinus Dharmawan dan timnya telah berkemas dan akan meninggalkan Pulau Kei Kecil, Maluku Tenggara, Nusa Tenggara Timur. Selesai sudah kegiatan Lie memberikan pengobatan gratis di pulau tersebut.

Saat siap melanjutkan perjalanan pulang, tiba-tiba datang seorang ibu dengan anak perempuannya. Ibu itu membawa anak berusia 9 tahun yang mengerang kesakitan. Ususnya  terjepit. Mengapa mereka baru datang? Sementara warga lainnya telah selesai berobat karena sudah datang sejak posko pengobatan dibuka.

Demi mencapai posko pengobatan,  warga dari Saumalaki itu butuh waktu 3 malam 2 hari dengan naik kapal. Perjuangan mereka untuk bisa mendapat pelayanan kesehatan tak sekedar perjalanan yang jauh, tetapi juga ongkos besar yang harus dikeluarkan. Ibu dan anak perempuannya itu juga harus mencari uang terlebih dahulu untuk bisa menyewa kapal dan membeli bahan bakar minyak.

"Barang yang sudah kami kemas, kami buka lagi. Lalu kami lakukan pembedahan," kenang Lie mengawali ceritanya saat ditemui Kompas.com di Rumah Sakit Husada, Jakarta.

Anak perempuan yang sangat kuat, pikir Lie saat mengenang pasiennya itu. Dokter spesialis bedah ini mengatakan, secara teori medis, usus yang terjepit paling lambat dalam waktu 6-8 jam harus segera dioperasi. Jika tidak, akan terjadi kematian jaringan, kemudian pecah. Nyawa jadi taruhannya.

Selesai tindakan operasi, wajah anak itu terus terbayang-bayang oleh Lie. Saat berdoa sebelum tidur, pria kelahiran, Padang 16 April 1946 itu merasa berdialog dengan sang pencipta. Akhirnya, Lie menyatakan kepada Tuhan bahwa ia bersedia melayani.

Berawal dari peristiwa itu, panggilan hati Lie semakin kuat untuk bisa lebih banyak lagi menjangkau orang-orang di daerah terpencil.

Rumah Sakit Apung

Menanggapi panggilan tersebut, Lie kemudian menjual satu rumah, menyisihkan penghasilannya setiap bulan sebagai dokter untuk membangun rumah sakit apung (RSA). Mulanya, ia membeli kapal kayu seharga sekitar Rp550 juta.

Secara bertahap, kapal itu disulap menjadi rumah sakit. Di dalam RSA terdapat kamar bedah, ruang perawatan, rontgen, USG, dan EKG selayaknya rumah sakit. Di atas kapal itu, Lie melakukan pembedahan, baik minor maupun mayor dibantu tenaga medis lainnya yang tergabung dalam doctorSHARE.

Lie ingin warga yang sakit tak perlu melakukan perjalanan jauh dan mengeluarkan ongkos besar seperti yang terjadi pada anak perempuan yang ia temui di Pulau Kei Besar.

“Kita sudah punya jalan tol di mana-mana. Ada 17.500 pulau, dihubungkan oleh laut. Itu kan jalan tol yang sudah diberikan Tuhan untuk kita,” kata Lie.

Lie mengungkapkan segala persoalan pelayanan kesehatan yang terjadi di daerah terpencil. Misalnya, jika ada puskesmas, tetapi tidak ada tenaga kesehatan. Jika ada puskesmas dan tenaga kesehatan, terkadang obatnya yang tidak ada. Atau, ada fasilitas seperti USG, tetapi tidak ada listrik menyala di daerah tersebut.  

“Ketika kita datang ke suatu daerah, tak hanya dengan berbekal kemauan baik. Kita juga harus bawa barang-barang yang dibutuhkan,” ungkap pria yang akrab disapa Papi ini.

Dengan keterbatasan akses dan infrastruktur di daerah terpencil, Lie bersama DoctorSHARE melakukan 'jemput bola' menggunakan rumah sakit apung.

Doctor SHARE atau Yayasan Dokter Peduli sendiri didirikan oleh Lie bersama Lisa Suroso mendirikan doctorSHARE atau Yayasan Dokter Peduli. Menurut Lie saat ini ada sekitar 250 petugas medis yang tergabung dengan doctorSHARE. Semua ikut membantu pengobatan gratis di daerah kepulauan, terpencil atau pedalaman. Pembiayaannya berasal dari donasi masyarakat.

Meninggalkan Jerman

Menjadi dokter sudah cita-cita Lie dari kecil. Dorongan menjadi dokter begitu kuat ketika adiknya meninggal dunia karena diare. Namun, keinginan Lie meraih mimpinya tak berlangsung mulus. Ia ditolak kuliah kedokteran di sejumlah universitas karena dinilai tak berbakat jadi dokter berdasarkan hasil tes psikologi.

Lie dipandang sebelah mata. Apalagi, sepeninggal ayahnya, keluarga Lie hidup serba kekurangan. Tetapi, semangat Lie tak pernah  surut. Tekad dan semangatnya akhirnya membuahkan hasil. Ia diterima kuliah di Jerman. Keluarga langsung mengumpulkan uang untuk biaya keberangkatan Lie ke Jerman.

Singkat cerita, Lie mulai belajar bahasa tahun 1967 di Studien Kollef Fakultas Filosofi. Kemudian, tahun  1974, Lie berhasil menyelesaikan pendidikan dan meraih gelar MD (Medical Doctor).

Di Jerman, ayah  tiga anak itu membiayai kuliahnya sendiri sambil bekerja. Lie juga mendapat empat gelar spesialis di Jerman, yakni ahli bedah umum, bedah toraks, bedah jantung, dan bedah pembuluh darah.

Hidup Lie di Jerman, bisa dibilang jauh lebih makmur dibanding ketika di Indonesia. Lie memiliki kedudukan yang baik di salah satu rumah sakit besar di Jerman. Bahkan, Lie sempat ditawari menjadi warga negara Jerman. Tetapi, ia menolak.

Sukses sebagai dokter di Jerman bukan pilihannya. Pria yang pernah menjadi pengurus Perhimpunan Dokter Indonesia di Jerman itu tak lupa pada impiannya sejak awal, yaitu menjadi dokter yang dapat mengobati banyak orang yang tidak mampu atau tidak mendapat akses pelayanan medis.

Lie memutuskan untuk kembali ke Indonesia, meski saat itu kedatangannya ke tanah air dipersulit. Di Indonesia, Lie juga harus memulai karirnya dari nol.

"Sejauh-jauh burung terbang, dia akan kembali mendarat. Hujan emas di negara orang, hujan batu di negara kita tetap kita cintai," ucap Lie yang kini menjabat Kepala Bagian Bedah di Rumah Sakit Husada, Jakarta.

Lie mengingatkan, dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai suku, etnis, agama, dan ras adalah satu kesatuan Republik Indonesia. Mereka memiliki hak mendapat pelayanan kesehatan yang sama, tanpa dibeda-bedakan.***

Sumber:kompas.com
Kategori:Umum
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77