Home  /  Berita  /  Umum

Subhanallah... Pemuda Aceh Ini Berhasil Tuntaskan Hafalan 30 Juz Alquran dalam Waktu 14 Hari

Subhanallah... Pemuda Aceh Ini Berhasil Tuntaskan Hafalan 30 Juz Alquran dalam Waktu 14 Hari
Teuku Akbar Maulana
Kamis, 10 Desember 2015 23:45 WIB
PEMUDA itu berdiri di atas karang besar di tepi pantai berpasir putih. Dia mengenakan setelan celana hitam, kemeja koko berlengan pendek, berpeci hitam. Di lehernya tersemat kain berwarna merah.

Tiga orang lain berdiri mengelilinginya. Dua dari tiga orang itu membawa mushaf Alquran, sementara satu lagi memegang mikrofon dan mengarahkan kepada pemuda tadi.

Pemuda itu menggenggam sebuah telepon seluler. Sejenak dia berbicara melalui ponsel tersebut. Suara seorang wanita terdengar cukup keras. Tidak berapa lama berbincang, pemuda itu mulai sesenggukan dan berusaha mengucapkan kalimat dalam bahasa Arab.

Pemuda itu ternyata tengah membaca Surat An Nas, surat penutup dari Kitab Suci Alquran.

Namun bacaan pemuda itu tersendat. Suaranya sesenggukan saat memasuki ayat ke empat dari enam ayat itu. Tangisnya pecah.

Orang-orang yang mengelilingi memintanya mengulang. Pemuda itu kembali mengulang. Meski suara tangis haru itu masih terdengar, namun dia berhasil menyelesaikannya.

Wanita dari seberang telepon langsung berucap,"Mak bahagia, Nak. Kebahagiaan Mak tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.” Pemuda itu langsung membalas kalimat wanita yang ternyata Ibunya. “Kita sujud sama-sama ya, Mak ? Kita sujud syukur sama-sama ya. Sekarang ya, Mak?” pemuda itu berkali-kali mengulang ajakannya.

Pemuda itu segera mengambil posisi menghadap kiblat dan bersujud. Gerakannya diikuti oleh beberapa orang yang sedari tadi menyimak bacaan pemuda itu. Mereka bersujud bahagia dan syukur karena seorang lagi pemuda telah lulus dan sanggup menghafal keseluruhan isi Alquran.

Teuku Akbar Maulana, pemuda asal Aceh ini menyelesaikan hafalan Alquran hanya dalam waktu 14 hari. Dan itu diselesaikannya setelah dia jauh-jauh pulang dari Turki, tempat dia melanjutkan studinya, untuk mengikuti program karantina menghafal Alquran yang digelar Yayasan Hamasah di Belitung.

Proses Berliku Menghafal Alquran

Akbar merupakan salah satu peserta karantina asal Aceh. Sebenarnya, kini dia sedang tinggal di Turki untuk melanjutkan pendidikan. Pemuda ini punya kisah panjang tentang bagaimana awal dia mencoba hafal Alquran.

Semua bermula saat dia mendapat pelajaran Tahsin pada usia 13 tahun di Pondok Pesantren Modern Darul Ulum, Banda Aceh. Tahsin merupakan mata pelajaran pondok pesantren dengan muatan hafalan ayat-ayat Alquran. Pesantren tersebut mewajibkan setiap santrinya menyetorkan hafalan Alquran minimal tiga lembar dalam satu semester. Hal itu sebagai syarat penilaian para santri untuk bisa naik tingkat.

Kala itu, Akbar mengaku tidak begitu lancar membaca Alquran. Hal itu berpengaruh pada daya hafalnya. Alhasil, kemampuan Akbar dalam menghafal masuk kategori buruk.

“Saat memberikan hafalan, saya sering lupa dan mempunyai hafalan yang qabih (buruk). Saat itu saya sangat sedih, nilai QQT (Qiraatul Quran wa Tajwid) saya adalah yang paling rendah yaitu 6,” kata Akbar seperti dikutip dream.co.id.

Melihat teman-temannya begitu fasih menghapal Alquran membuat Akbar termotivasi untuk memperbaiki hafalan. Ditambah buku-buku agama yang kebanyakan menyatakan menghafal Alquran begitu bermanfaat, niat Akbar semakin kuat. Dia lalu berusaha menghapal juz 30 sebagai permulaan dan berhasil tuntas dalam waktu empat bulan.

“Alhamdulillah, saya masuk kelas tahfiz. Saya dipilih juga untuk masuk kamar tahfiz selama dua tahun. Dan semenjak itu hafalan saya begitu pesat, sampai tamat SMP saya menamatkan tiga setengah juz,” ungkap Akbar.

Dalam menjalani proses hafalan, Akbar berada di bawah bimbingan Muhammad Ridho. Pembimbing itu ditunjuk langsung oleh ustaz pengasuh Ponpes Modern Darul Ulum Banda Aceh, Ustaz Muhammad Al Fajri. Akbar mengaku menjalani proses hafalan dengan tertatih-tatih.

“Proses hafalan saya kala itu ya hancur. Tetapi saya memulai dengan niat yang lurus dengan motto ‘hafal dulu, hafal lagi, dan hafal terus’. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit bagus, bagus, dan bagus." Dan yang unik, jika akhirnya dia menutup hafalan dengan surat An Nas sebenarnya surat itu pulalah yang pertama harus dia hafal.

Terdapat sumber motivasi lain yang mendorong Akbar berusaha menghafal. Dia selalu ingin membahagiakan orangtuanya.

“Saya berpikir orangtua saya banyak sekali berkorban untuk anaknya mulai dari kandungan melahirkan yang akan rela mengorbankan nyawa. Maka dari itu, saya bercita-cita untuk ingin memberikan mahkota terindah kepada kedua orangtua saya,” ungkap dia.

Di tengah perjalanan berproses, Akbar masuk dalam daftar penerima beasiswa Turkey Diyanet Foundation. Akbar berkesempatan melanjutkan pendidikan di Turki. Alhasil, proses hafalan terhambat. Waktu itu, dia sudah hafal sekitar empat juz.

“Ketika sampai di Turki, saya mengulang bacaan yang telah saya hafal dahulu, dan kemudian saya mencoba hafalan metode Turki Utsmani yang metodenya dengan menghafal halaman terakhir di setiap juznya,” terang Akbar.

Metode baru itu membuat Akbar kewalahan. Dia lalu memutuskan untuk kembali menggunakan metode yang selama ini dia terapkan. Alhasil, dia mampu menambah tiga juz, sehingga jumlah hafalannya sebanyak tujuh juz.

Tinggalkan Turki Demi 30 Juz

Keputusan untuk mengikuti program karantina 30 hari hafal Alquran diambil Akbar secara tidak sengaja. Dia mengaku sempat membuka akun media sosial Facebook miliknya. Secara tidak sengaja, Akbar melihat poster program tersebut di akun milik teman bernama Azka Sa’dan, yang nantinya juga menjadi teman dalam program karantina tersebut.

Akbar sempat tidak percaya dengan isi poster tersebut. Dia berpikir tidak mungkin hafal Alquran genap 30 juz bisa dilakukan dalam 30 hari. Untuk mengatasi rasa penasarannya, Akbar lalu membuka situs dari penyelenggara program itu. Informasi pada situs tersebut membuat Akbar tertarik untuk berpartisipasi.

“Jika kesempatan ini saya sia-siakan, saya akan merugi, dan ditambah lagi kesibukan di sekolah, di luar sekolah, sangat padat. Maka dengan bertawakal, saya bismillah untuk mengambil dan mendaftar program ini,” ungkap dia.

Tetapi, Akbar menghadapi kendala saat mendaftar program ini. Penyebabnya, sekolah-sekolah Turki tengah menjalani masa ujian yang kebetulan waktunya sama dengan pelaksanaan program tersebut, yaitu sejak 23 Mei. Akbar berusaha mengurus perizinan dan hampir gagal. Dia baru dibolehkan meninggalkan sekolah di Turki pada tanggal 30 Mei, dan program itu sudah berjalan sekitar setengah bulan dan hanya tersisa 14 hari bagi Akbar.

“Saya datang terlambat karena harus mengikuti ujian terlebih dahulu. Tetapi itu tidak menghalangi semangat saya untuk menghafal Alquran,” ungkap dia.

Sesampai di Indonesia, Akbar langsung menyesuaikan diri. Sisa waktu yang ada benar-benar dia manfaatkan untuk bisa menggenapkan hafalan 30 juz.

“Sehari kami hafalan selama 15 jam,” terang Akbar.

Proses hafalan di program itu setiap hari dimulai sejak pukul 03.00 dini hari. Para peserta menjalankan salat Tahajud, lantas menghafal hingga waktu salat Subuh dan kembali menghafal sampai pukul 07.00 pagi, lalu istirahat. Hafalan kembali dimulai pukul 08.00 pagi usai salat Dhuha hingga pukul 11.00 WIB.

Para peserta diberi kesempatan untuk tidur selama satu jam dan bangun pukul 12.00 untuk melaksanakan salat Zuhur dan makan siang hingga pukul 13.00 WIB.

“Dilanjutkan dengan menghafal dan setoran sampai jam 16.00. Setelahnya kami diberi waktu mandi sampai jam 17.00, terus salat Maghrib dan makan malam sampai jam 18.00. Dari jam 18.00 sampai jam 23.00 kami terus menghafal dan setoran, lalu tidur,” tutur Akbar.

Aktivitas itu dijalani Akbar dan peserta lain selama berhari-hari hingga program itu berakhir. Suasana yang tenang di lokasi jauh dari keramaian membantu proses hafalan Akbar hingga bisa genap.

“Saya juga tidak tahu kenapa bisa? Saya saja tidak menyangka kenapa bisa,” kata Akbar.

Akbar kini tercatat sebagai peserta program karantina 30 hari hafal Alquran tercepat, hanya dalam waktu 14 hari. Keikutsertaannya dalam program ini merupakan perjalanan terbaik dalam hidupnya.***

Editor:Ridwan Iskandar
Sumber:dream.co.id
Kategori:Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/