Home  /  Berita  /  Umum

Karena Minimnya Resapan Air, Jam Gadang Bukittinggi Terancam Ambruk

Karena Minimnya Resapan Air, Jam Gadang Bukittinggi Terancam Ambruk
Jam Gadang Bukittinggi.
Selasa, 17 November 2015 17:22 WIB
Penulis: jontra
BUKITTINGGI, GOSUMBAR.COM - Kawasan Pasar Atas termasuk Jam Gadang di Bukittinggi terancam runtuh, jika pemerintah tidak membuat banyak spot taman hijau di sekelilingnya.

Hal itu dikatakan Ahli Perkotaan dan Tata Ruang, Zul Ifkar Rahim pada Gosumbar, Selasa 17 November 2015 menurutnya, ancaman ini harus menjadi perhatian serius untuk menyelamatkan ikon Kota Bukittinggi dan Provinsi Sumbar pada umumnya.

Disebutkan juga oleh Zul Ifkar, potensi runtuhnya kawasan Pasar Atas itu didasari minimnya resapan air di kawasan Pasar Atas, sehingga perekat tanah di kawasan itu menjadi hilang dan akan mengalami kekeringan meski diguyur hujan lebat, serta lebih gampang rengkah dan terbelah jika terjadi gempa.

“Seperti kita ketahui, Kota Bukittinggi merupakan salah satu daerah yang berada di zona merah gempabumi, karena berada di atas Segmen Sianok yang merupakan jalur patahan aktif, yang bisa mengeluarkan energinya kapan saja. Oleh karena itu, pembangunan di Bukittinggi harus ramah lingkungan dan berbasis mitigasi bencana,” ungkapnya.

Zul Ifkar memperkirakan, saat ini kawasan Pasar Atas hanya memiliki 5 hingga 10 persen resapan air, karena dari Jam Gadang, Pasar Wisata hingga ke Pasar Lereng, semuanya telah diaspal dan dibeton, sehingga tidak ada lagi titik resapan air di kawasan tersebut.

Ironisnya kondisi ini diperparah dengan banyaknya warga dan pihak swasta yang menggali sumur di kawasan Pasar Atas, akibat banyaknya warga yang kecewa atas pelayanan PDAM yang dinilai kurang mengakomodir kebutuhan warga. Oleh karena itu, membangun taman hijau dinilainya sebuah keniscayaan dan sangat mutlak harus dilakukan.

“Jika hujan lebat, lihatlah ke Janjang 40. Itu airnya meluncur deras ke bawah seperti air bah. Ini diakibatkan tidak adanya resapan air. Jika ada resapan, sebagian airnya tertahan dan meresap, baru sisanya akan mengalir. Setiap detik, warga di kawasan ini terancam bahaya. Tapi itu tak pernah terpikir oleh pemerintah,” jelasnya.

Ia memberikan solusi kepada pemerintah agar mampu membongkar sebagian aspal dan beton di kawasan Pasar Atas, dan membangun spot taman hijau, agar bisa menjadi penyeimbang. Menurutnya, Jalan Minangkabau bisa dijadikan spot taman hijau dan harus steril dari kendaraan bermotor.

“Untuk membangun, harus mengacu pada filosofi. Misalnya, apa tujuan Pemerintah Belanda membangun banyak tangga di kawasan Pasar Atas. Itukan fungsinya agar tidak ada kendaraan di Pasar Atas, dan kawasan Pasar Atas memang harus dijadikan taman hijau. Banyaknya kendaraan di Pasar Atas juga akan mempengaruhi daya dukung tanah, yang semakin lama akan semakin menurun,” ungkap Zul Ifkar.

Zul Ifkar menilai, pengabaian mitigasi bencana dalam pembangunan di Kota Bukittinggi merupakan bentuk degradasi nilai-nilai luhur Minangkabau. Menurut Zul Ifkar, pemerintah terlalu bangga dengan masa lalu dengan banyaknya peninggalan-peninggalan bersejarah, sementara filosofi sejarah itu sendiri kurang dipahami dengan baik, bahkan justru cenderung diabaikan oleh pihak yang berkompeten menangani persoalan ini, pungkasnya.(**)

Kategori:Bukittinggi, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/