Home  /  Berita  /  Umum
Warga Pabatungan Cemas Karena Tanah Bergerak

Puluhan Rumah Rusak, Tanah dan Jalan Bergeser, Siswa Takut Sekolah

Puluhan Rumah Rusak, Tanah dan Jalan Bergeser, Siswa Takut Sekolah
SDN 04 Taeh Bukik yang rusak karena tanah bergerak
Selasa, 01 Desember 2015 08:47 WIB
Penulis: Trinanda
LIMAPULUH KOTA- Puluhan rumah permanen alami kerusakan, dinding, pondasi hingga lantai rumah retak tak beraturan. Tanah dan jalan bergeser hingga merusak lapisan aspal. Meski belum menimbulkan rengkahan tanah yang lebih besar, namun pergeseran tanah di kawasan Jorong Pabatungan, Nagari Taeh Bukik, terus terjadi secara perlahan.

Kawasan pemukiman warga di Jorong Pabatungan, Nagari Taeh berada dilereng gunung Bungsu, Kecamatan Payakumbuh, Limapuluh Kota. Sementara disisi lainnya terdapat lembah kawasan persawahan dengan kemiringan cukup tajam. Kondisi itulah yang sangat rawan terjadinya pergeseran tanah dinagari asal mantan Bupati Limapuluh Kota, Alis Marajo tersebut. Kondisi terparah, berada di pinggir-pinggir tebing curam disepanjang jorong.

Sedikitnya 20 unit rumah alami kerusakan pada dinding dan lantai. Sementara sekitar 4 unit rumah mengalami kondisi terparah. Sebab tidak mungkin lagi ditempati akibat dinding yang rawan rubuh. Selain Rumah yang mengalami keretakan, satu unit rumah sederhana berdinding kayu milik, Pendri, 42. Rumah yang tepat berada dibawah lereng tebing tersebut, tertimpa reruntuhan tanah. Sebuah kamar rumah hancur, tidak bisa ditempati akibat tertimbun longsor yang terjadi, Sabtu(28/11) malam. Peristiwannya terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, Sabtu malam kemarin. Saat itu hujan lebat yang turun sejak sore harinya, sudah mulai teduh. pendri bersama istrinya terpaksa harus meninggalkan rumah akibat longsor menimpa rumah mereka.

"Beruntung kami terbangun mendengar bunyi-bunyi pergerakan tanah dan akar pepohonan yang bergerak terbawa tanah. Setelah dilihat keluar, ternyata tanah sudah bergerak. Sehingga saya dan suami serta anak-anak berlarian keluar meninggalkan rumah, "kisah Siska Putri Yanti, 34, kepada Wartawan, Senin(30/11) kemarin.

Satu keluarga yang lolos dari bencana tersebut, sangat bersyukur bisa mengetahui gejala sebelum terjadi longsor. Sementara tetangga yang juga mendengar ada pergerakan tanah dan mendengar gemuruh longsor menimpa rumah keluarga ini, berpekikan menyangka tetangga mereka tidak selamat. "Namun setelah melihat kami sekeluarga selamat, tetangga mulai tenang. Sejak malam itu, kami sekeluarga tinggal dirumah milik salah seorang keluarga disana,"sebut Ibu rumah tangga ini, sambil menunjuk rumah permanen yang berjarak hanya sekitar 50 meter dari lokasi terjadi longsor.

Entah apa hendak dibuat, warga Jorong Pabatungan sangat cemas. Jika hujan mengguyur, warga mulai gelisah. Sebab tanah yang labil dikawasan tersebut yang terus bergerak,"Kita cemas setiap kali datang hujan, jangan-jangan nanti pergerakan tanah menjadi lebih cepat,"tambah Siska

Hal yang sama juga dirasakan oleh keluarga Efrijon, 45. Rumah tempat tinggalnya bersama mertua dan duakeluarga kerabat istrinya di Jorong Pabatungan juga rusak parah, sangat rawan ditempati. Karena Berada dibibir tebing yang curam. 3 keluarga yang tinggal satu rumah ini terpaksa pindah ke gedung sekolah PAUD Lembah Bungsu. Sementara gedung PAUD yang hanya berukuran sekitar 5 X 6 meter itu, terkesan sangat sempit untuk menampung 3 keluarga dengan 9 orang anak yang masih kecil-kecil.

"Iyo kabaa le, rumah kami ndak mungkin dihuni le. Rotaknyo godang, tanah taruh manggarik. Samantaro ado urang tuo jo anak-anak, kami cameh tingga disitu, bialah disiko dulu,"ungkap Efrijon, warga jorong Pabatungan yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani "Tukang Kampo" Gambir ini. Terus menyusuri Jorong berpenduduk sekitar 700 jiwa tersebut, Wartawan didampingi Walinagari, Taehbukik, Kardimus Datuak Pangulu Bosa menyusuri sejumlah rumah yang mengalami kerusakan parah akibat pergeseran tanah. Kondisi kerusakan rumah juga terlihat di rumah, Yusri,62 dan Susilahayati, 36 serta rumah A. Datuak Pangka, 58 yang rusak. Bagian dapur, pintu dan kamar di rumah warga ini, cukup parah. Bahkan dinding rumah sudah terlihat menganga dan lantai yang tidak lagi rata akibat pergeseran tanah,

"Siapa yang tidak akan cemas, namun apa yang harus kami lakukan. Jika harus pindah, kami tidak punya tempat lain untuk pindah,"ungkap A Datuak Pangka yang juga Ketua Bamus Nagari Taehbukik ini. Siswa Takut Kesekolah Wajar jika siswa SDN 04 Taehbukik di Jorong Pabatungan, takut datang kesekolah mereka. Sebab posisi bangunan sekolah yang berada paling dipinggir tebing juga mengalami pergeseran tanah. Gedung sekolah terlihat retak, pergeseran tanah terlihat jelas di halaman sekolah.

"Kami tidak meliburkan sekolah, hanya saja tidak beberapa orang murid yang hadir tadi pagi. Ada yang datang hanya dua orang hingga 4 orang saja dimasing-masing kelas yang hadir. Sehingga kami suruh pulang saja. Hanya kelas VI yang semuanya hadir,"ungkap Kepala Sekolah SDN 04, Efnita Warlis dan pengawas sekolah, Efrison, kemarin.

Menurut Kepsek, sepertinya para orang tua sangat cemas membiarkan anak mereka datang kesekolah. Karena lokasi sekolah memang berada dibibir tebing. Lereng tebing cukup curam dengan kemungkinan sangat besar mengalami longsor atau pergerakan tanah dengan cepat."Mudah-mudahan tidak terjadi,"sebut Kepsek.
Sementara itu, Walinagari Taehbukik, Kardimus Datuak Pangulu Bosa, menyebutkan, sudah menghimbau warga untuk pindah ketempat yang lebih aman. Namun warga memilih untuk tetap bertahan. Pemerintah Nagari Taehbukik bersama BPBD dan Dinas Sosial sudah menyiapkan lokasi pengungsian di Kuaro, persisnya di lapangan pendaratan terbang layang, Jorong Bukiktopuang.

"Jika warga mau pindah ke tempat pengungsian, semua sarana akan disediakan, seperti air bersih, listrik, MCK dan dapur umum. Hanya saja sampai saat ini warga masih memilih untuk bertahan dirumah mereka masing-masing, hanya sebagian kecil saja yang pindah ke jorong yang lebih aman,"terang Walnag.**

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77