Sebut Indonesia Sudah Lama Tak Berdaulat, Kwik Kian Gie: Hanya 3 Presiden RI Berani Lawan Asing

Sebut Indonesia Sudah Lama Tak Berdaulat, Kwik Kian Gie: Hanya 3 Presiden RI Berani Lawan Asing
Kwik Kian Gie. (jarrak.id)
Jum'at, 05 April 2019 09:32 WIB
JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) Kwik Kian Gie, mengatakan, hanya tiga Presiden RI yang berani melawan intervensi asing, yakni Soekarno, Soeharto dan Gus Dur.

Dikutip dari tribunnews.com, Kwik mengungkapkan hal itu pada acara Indonesia Business Forum, Rabu (3/4/2019) dengan tema ''Benarkah Asing Kuasai Bandara dan Pelabuhan Kita?''.

Mulanya, pembawa acara bertanya soal perusahaan asing yang telah menguasai bandar dan pelabuhan. ''Dengan masuknya investasi asing di proyek penting di negeri ini, pengolaan penting di negeri ini, apakah benar ini tidak akan menganggu kedaulatan, Pak Kwik?'' ujar pembawa acara.

Kwik Kian Gie lalu mengatakan asing yang masuk ke negara Indonesia bisa dibagi menjadi dua, yakni untung rugi secara komersial dan untung rugi secara kedaulatan.

''Jadi kita harus membedakan untung rugi secara komersial dan kedaulatan,'' ujar Kwik.

''Secara untung rugi itu kan investor asing di-invite dengan karpet merah oleh karena sangat dibutuhkan,'' sambungnya.

Kwik lalu bercerita pengalamannnya menghadapi perusahaan maupun pimpinan asing.

''Saya akan cerita dua pengalaman, yang pertama dari mulutnya Pak Adam Malik. Almarhum bercerita pada saya bahwa waktu Indonesia pertama kali, ini bukan zaman Pak Jokowi, ini zaman Pak Harto.''

''Pertama kali invite investor asing itu City Bank mau masuk, City Bank mau masuk silahkan tapi harus sekarang juga mendepositokan uangmu di dalam negeri sambil menunggu izin keluar.''

''Dia mendepositokan uang tingkat bunganya tinggi sekali waktu itu, dia izin. Izinnya satu tahun lebih baru keluar, waktu izin keluar dan dia beroperasi uangnya sudah kembali, bagian terbesar dari bunga yang dibayar oleh pemerintah jadi hampir 0.''

''Sesudah itu karena nama besar, masyarakat percaya menabung di sana, tabungan itulah yang dipakai untuk membiayai perusahaan-perusahaan Amerika, jadi perusahaan Amerika beroperasi dibiayai oleh bangsa Indonesia, dipimpin oleh orang asing. Ini Pak Adam Malik.''

Sementara cerita kedua, adalah pengalaman soal perusahaan Jerman yang berada di Indonesia.

''Pengalaman saya sendiri pernah ke agen tunggal dari pabrik televisi, lancar semua, bank yang memberi kredit pada saya adalah European Asian Bank,'' ujar Kwik.

''Kan kontrak-kontrak kalau sudah habis kontraknya diperpanjang selama masih beres, loh ini kan beres, saya bayar bunga terus? Iya tapi kan dana yang saya berikan kredit kepada Anda diberikan ke perusahaan Jerman di bumi Indonesia, ini semua kenyataan.''

Menteri era Pak Harto ini lalu bercerita soal keuntungan perusaahaan asing di Indonesia.

''Sekarang mengenai cost benefit, perusahaan asing yang di sini itu kita lihat perincian neraca dan perincian rugi labanya itu kan per omzet.''

''Jadi omzet itu kan uang yang masuk dari penjualan kemudian omzet satu tahun, 6 bulan, atau 3 bulan kita bagi habis berapa rupiah bahan baku listrik, berapa ini, berapa ini, perbandingannya seperti apa, yang sangat-sangat besar itu perusahaan yang milik orang asing, jadi ditinjau cost benefit apa mesti diusir semua? Tidak.''

''Tapi hitunglah cost benefit. Karena waktu saya jadi Menko saya menerima limpahan dari dua Menko zaman Pak Harto, Hartarto (Menko saat itu) mengatakan pada saya you mempunyai tugas yang mission imposible.''

''Karena listrik menjual pada Amerika, menjual pada PLN dengan harga tiga kali lipat, pada orang Indonesia tapi langsung digadaikan pada Amerika. Itu kerugiannya 30 miliar. Saya tahu sebelumnya, tapi ini kan koruptif.''

Pembawa acara lalu kembali bertanya apakah hal itu bisa menganggangu kedaulatan.

''Berarti Pak Kwik mengatakan mengganggu kedaulatan dengan contoh yang ada?'' tanya pembawa acara.

''Jelas, karena koruptif kan merong-rong kita semua,'' jawab Kwik,

Lalu, Kwik menegaskan hanya ada tiga Presiden RI yang berani bertarung melawan asing untuk kedaulatan rakyat.

''Tapi kini, yang saya amati tidak ada, kecuali Bung Karno dan Pak Harto, Gus Dur. Tidak ada presiden yang berani perang, ini dadaku mana dadamu, tidak.''

''Bicara berargumentasi, berbantahan saja tidak berani, ada apa?'' ujar Kwik.

Amerika Pernah Bermanuver

Sebelumnya, Kwik Kian Gie juga sempat membeberkan bahwa Amerika Serikat pernah bermanuver ke Indonesia.

Informasi itu ia lontarkan menanggapi pernyataan Prabowo Subianto soal Kedaulatan Indonesia saat debat Pilpres Keempat, pada Sabtu (30/3/2019).

Kwik mulanya menerangkan soal asing yang dianggap mulai merongrong kedaulatan Indonesia.

Ia juga bercerita pernah diserang oleh orang-orang Indonesia sendiri saat mendebat Exxonmobil perpanjang blok Cepu.

''Waktu saya berkelahi dengan Exxonmobil urusan blok Cepu yang ingin diperpanjang saya tidak mau, saya dikeroyok oleh stafnya Exxonmobil yang diwakili oleh vice president-nya yang terbang dari Houston semua staf Indonesia, semua keroyok saya dengan argumentasi yang tidak masuk akal,'' ujar Kwik dalam acara Indonesia Business Forum, Rabu (3/4/2019).

Kwik lalu mengatakan bahwa Indonesia sudah tidak memiliki kedaulatan karena banyak dikuasai oleh asing.

''Saudara something wrong? Memang negara kita sedang dirong-rong, kalau dikasih waktu lebih banyak saya bisa menjelaskan bahwa kita sudah tidak punya kedaulatan,'' tambahnya.

Kwik Kian Gie lalu bercerita bahwa di era kepemimpinan Presiden Megawati, Indonesia pernah akan diajak perang oleh Amerika. Manuver itu dilakukan Amerika melalui jalur udara yang tidak terdeteksi oleh radar.

''Waktu Presiden Megawati, Panglima TNI melaporkan pada sidang kabinet, Mandala Air Lines mengenali ada 2 pesawat F18 di udara,'' ujar Kwik.

''Pemerintah kita tidak tahu, radar tidak tahu, dia yang melaporkan pada Angkatan Udara.''

''Naik cuma 1 F-16 karena yang lain diembargo, F18 Amerika mulai mengadakan manuver itu internasional dikenal, manuver mau ajak perang, senjatanya mulai keluar.''

Saat itu, Kwik mengatakan Indonesia tidak ingin berperang dan hanya memberikan peringatan kepada pesawat Amerika tersebut.

''Indonesia cuma mengatakan tidak kami cuma memberitahu Anda masuk di wilayah kami.''

''Memang kami mengawal kapal perang, ini kenyataan semua ini, jadi kita sudah lama tidak berdaulat,'' tambahnya.

Di akhir komentarnya, Kwik menyinggung soal pernyataan Prabowo pada negara yang tak berdaulat.

''Pak Prabowo itu betul, Pak Prabowo betul,'' tegas Kwik.***

Editor:hasan b
Sumber:tribunnews.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/