Dihadang Awan 'Tsunami', 5 Pesawat Tunda Mendarat dan Berputar-putar di Angkasa Makassar

Dihadang Awan Tsunami, 5 Pesawat Tunda Mendarat dan Berputar-putar di Angkasa Makassar
Awan komulonimbus di angkasa Kota Makassar. (tribunnews)
Rabu, 02 Januari 2019 16:58 WIB
MAKASSAR - Awan menyerupai gelombang tsunami (awan kumulonimbus) menutup Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (2/1/2019). Akibatnya, lima pesawat terpaksa menunda pendaratan di Bandara Hasanuddin dan berputar-putar di angkasa Makassar sekitar 20 menit.

Dikutip dari tribunnews.com, hal itu disampaikan oleh General Manager AirNav Indonesia cabang Makassar Air Traffic Service Centre (MATSC), Novy Pantaryanto saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (2/1/2019).

''Saat awan kumulonimbus menggulung di langit Kota Makassar, Selasa (1/1/2019) sore, ada lima pesawat mengalami penundaan mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.''

''Sehingga, pesawat itu berputar-putar terlebih dahulu di atas sekitar 15 hingga 20 menit lalu mendarat setelah cuaca mulai membaik,'' ungkap Novy.

Novy mengatakan, awan berbentuk gelombang tsunami tersebut merupakan awan yang sangat berbahaya.

Dalam gumpalan awan kumulonimbus itu terdapat partikel-partikel petir, es dan lain-lainnya yang sangat membahayakan bagi penerbangan.

Awan kumulonimbus inilah yang paling dihindari oleh pilot, karena di dalam awan itu juga terdapat pusaran angin.

''Sangat mengerikan itu awan kumulonimbus. Kalau kita liat angin puting beliung, ekor angin itu ada di dalam awan kumulonimbus.''

''Awan ini juga dapat membekukan mesin pesawat, karena di dalamnya terdapat banyak partikel-partikel es.''

''Terdapat partikel petir dan sebagainya di dalam awan itu,'' terangnya.

Meski awan kumulonimbus dianggap membahayakan bagi penerbangan, kata Novy, pihaknya telah memiliki alat radar cuaca pada rute penerbangan yang bisa melacak cuaca hingga radius 100 km. Sehingga, jika terlihat awan kumulonimbus pada radar, pihaknya langsung menyampaikannya dan pilot akan membelokkan pesawat hingga 15 derajat.

''Tidak ada pilot yang berani menembus awan kumulonimbus. Jadi kita memiliki radar cuaca dan berkoordinasi dengan BMKG.''

''Sehingga data dari BMKG yang diperoleh terkait cuaca buruk akan disampaikan kepada pilot.''

''Jadi cuaca buruk yang terjadi, aman bagi lalulintas penerbangan,'' terangnya.

Novy menambahkan, awan kumulonimbus berada di ketinggian 1.000 hingga 15.000 kaki.

Sehingga untuk penerbangan 30.000 hingga 40.000 kaki aman bagi pesawat.

''Jadi lalulintas penerbangan aman, jika ada cuaca buruk yang mengancam,'' tambahnya. ***

Editor:hasan b
Sumber:tribunnews.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77