Indonesia Kembali Impor 500.000 Ton Beras, Ini Alasan Jokowi

Indonesia Kembali Impor 500.000 Ton Beras, Ini Alasan Jokowi
Selasa, 16 Januari 2018 14:03 WIB
JAKARTA - Pemerintah Indonesia kembali melakukan impor 500.000 ton beras sebagai untuk memperkuat cadangan nasional. Penambahan cadangan berguna untuk menstabilkan harga beras di pasar.

"Itu ( impor beras) untuk memperkuat cadangan beras kita agar tidak terjadi gejolak harga di daerah-daerah," ujar Jokowi di sela kunjungan kerjanya di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (15/1/2018).

Ketentuan soal cadangan beras di Indonesia itu mematok pada FAO. Organisasi sayap PBB yang mengurusi soal pangan itu merekomendasikan cadangan beras untuk negara seperti Indonesia 1,1 juta hingga 1,8 juta ton.

Sementara itu, cadangan beras pangan Indonesia pada pertengahan Januari 2018 jauh di bawah itu sehingga dibutuhkan penambahan cadangan. Di sisi lain, panen beras di Indonesia baru dimulai pertengahan Februari 2018 dan berakhir pada Maret 2018 (panen raya).

Total konsumsi beras per tahun di Indonesia 37.700.000 ton. Artinya, konsumsi beras per bulan mencapai sekitar 3,1 juta ton. Hitung-hitungan pemerintah pun, 500.000 ton beras hasil impor itu akan menjadi cadangan sekitar satu hingga dua pekan saja. Jika merujuk pada waktu panen, impor beras itu pun diyakini tidak akan "memukul" petani.

Satgas Pangan

Sementara itu, Kepala Satgas Pangan Polri Irjen Setyo Wasisto memastikan tidak ada penimbunan stok beras di tingkat produsen ataupun distributor. Menurut dia, kelangkaan stok beras yang berujung impor disebabkan kecilnya hasil panen.

"Kami mendapatkan memang di lapangan ada panen. Namun, panennya tidak panen raya (besar jumlahnya)," ujar Setyo, yang juga Kepala Divisi Humas Polri, Senin (15/1/2018) malam.

Setyo mengatakan, pedagang beras juga kekurangan stok di pasaran. Pedagang sudah tidak berani menimbun beras karena takut kualitasnya rusak. Selain itu, ada ancaman pidana bagi orang yang sengaja menimbun beras.

Saat ini, yang bisa diharapkan adalah ketersediaan beras di Bulog. Namun, jumlahnya tidak mencukupi. "Bulog itu kemarin terakhir menyampaikan ada 900.000 ton," kata Setyo.

Sementara itu, kebutuhan masyarakat Indonesia per bulannya sekitar 2,5 ton beras. Jumlah beras di Bulog tentunya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan beras selama sebulan ke depan. "Fakta di lapangan di Jakarta stok cukup, tetapi di beberapa daerah kurang," kata Setyo.

Setyo mengatakan, di tingkat hulu, harga gabah sudah mulai naik hingga Rp 7.000. Kenaikan harga tersebut memang positif untuk petani, namun terjadi kenaikan harga juga di tingkat selanjutnya, yakni penggiling padi.

Meski begitu, Setyo memastikan Satgas Pangan akan menyelidiki juga apakah ada aspek hukum yang dilanggar dari kurangnya stok beras tersebut. "Kalaupun ada yang menimbun, pasti kami tangkap," katanya. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:kompas.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/