Seorang Pria di Karanganyar Tinggal di Tengah Hutan bersama Istri dan 2 Anaknya yang Masih Bocah

Seorang Pria di Karanganyar Tinggal di Tengah Hutan bersama Istri dan 2 Anaknya yang Masih Bocah
Gubug milik keluarga Budianto di daerah Plesungan, Karanganyar. (tribunnews.com) 
Sabtu, 16 Desember 2017 22:33 WIB
KARANGANYAR - Budianto (34) tinggal bersama istri dan kedua anaknya yang masih bocah di rumah pohon di tengah hutan, di Plesungan, Karanganyar. Mereka tinggal di rumah pohon berukuran 3 x 2,5 meter yang terbuat dari bambu, setinggi 4 meter dari atas tanah.

Di bawah rumah pohon itu terdapat dapur sederhana menggunakan kayu bakar, tempat menjemur pakaian, hingga tempat bermain ayunan buatan sendiri yang digunakan bermain anak-anak.Budianto memiliki seorang istri, Marmi (36) dan dua anak bernama Kharisma Ayu Soraya (10) dan Redi Geby Hidayah (9).

Marmi mengawali cerita bahwa dirinya sudah tinggal di rumah pohon tersebut sejak beberapa bulan lalu.

''Sudah 6 bulan lalu, sejak habis lebaran. Diajak oleh suami tinggal di sini,'' jelasnya.

Perempuan asli Desa Tragan Karanganyar itu menjelaskan bila mereka hidup di rumah pohon tersebut karena sang suami tak lagi mau bersosialisasi dengan masyarakat.Disebut tak mau bersosialisasi karena sebenarnya keluarga ini memiliki sebuah rumah pribadi di daerah Plesungan Karanganyar tapi sang suami tak mau tinggal di sana.

Selain itu, menurut Marmi ada hubungan tak harmonis antara suaminya dengan adik Marmi.

Hal itu, lanjutnya, dikarenakan adik Marmi pernah menyuruh Budianto untuk menyekolahkan kedua anaknya.

''Adik saya malah pernah bilang kalau ndak mau disekolahkan, dibawa pergi ke hutan saja. Eh beneran sama suami dibawa pergi ke sini,'' jelasnya.

Untuk membangun rumah pohon ini pun, ia menjelaskan bila semuanya telah ditanggung oleh lurah setempat.

''Jadi kami terima sudah beres. Pengerjaan kira-kira sebulan,'' papar Marmi.

Lebih jauh Marmi memaparkan, sebenarnya perilaku suaminya normal saat awal-awal membangun rumah tangga.

Namun hal itu berubah semenjak suaminya diajak merantau oleh temannya selama setahun.

''Dulu kerja di meubel, lalu pernah diajak kerja di luar jawa tahun 2008 hingga 2009. Setelah pulang itu jadi berbeda. Mengurangi sosialisasi kepada masyarakat dan lain-lain,'' ungkap Marmi.

Keanehan demi keanehan terus dirasakan oleh Marmi dan anak-anaknya, hingga akhirnya sebagai puncaknya, saat Budianto melarang kedua anaknya sekolah.

Selain tak mengizinkan sekolah, dirinya tak mau lagi tinggal di rumah keluarganya.''Suami saya sudah tinggal setahun di hutan. Lalu anak-anak saya diajak, ya akhirnya saya pasrah dan ikut,'' ujar dia.

Budianto, saat ditanya perihal keputusannya untuk tinggal di hutan, enggan memberi jawaban spesifik.

Meski begitu saat ditanya tentang mengapa dia melarang anak-anaknya sekolah, ia menjelaskan bila dirinya tak melarang, tapi karena keterbatasan uang.

''Saya dan istri saya pemulung, jadi lumayan susah menyekolahkan,'' jelasnya.

Lebih jauh Budianto mengatakan selama tinggal di hutan, dirinya menyebut tak pernah merasa tidak nyaman.

Ia menuturkan dirinya tak masalah tinggal di rumah pohon itu walau di sana banyak nyamuk, lipan bahkan kalajengking.''Ya paling yang kecil-kecil itu, saya singkirkan saja bisa,'' katanya.

Terkait masa depan, Budi menjelaskan bila pihak Polres Karanganyar sudah berjanji untuk membuatkan sebuah rumah baru yang dekat dengan masyarakat.

Ia pun menjelaskan bila dirinya dan keluarga sudah setuju untuk pindah ke rumah buatan Polres itu.

''Tapi belum tahun kapan dibangunnya. Saya menunggu saja,'' ujar Budianto.

Sekretaris Desa Plesungan, Yulianto, menjelaskan bila pihaknya telah melakukan pendekatan bagi keluarga tersebut.Namun hingga saat ini masih nihil karena menurutnya Budianto susah diajak komunikasi.

''Tapi kami tetap terus memberikan pendekatan kepada yang bersangkutan agar mau pulang atau tidak tinggal di sana lagi,'' ujar Yulianto.***

Editor:hasan b
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77