Perang Pecah di Gaza Beberapa Jam Setelah Donald Trump Umumkan Yerusalem Ibu Kota Israel

Perang Pecah di Gaza Beberapa Jam Setelah Donald Trump Umumkan Yerusalem Ibu Kota Israel
Kerusuhan di Jalur Gaza, beberapa jam setelah Donald Trump mengumumkan Yerusalem ibu kota Israel. (inilah.com)
Jum'at, 08 Desember 2017 08:53 WIB
GAZA - Perang pecah di Jalur Gaza, beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat mengumumkan secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Bentrokan antara rakyat Palestina dengan pasukan Israel terjadi di jalanan Bethlehem, Ramallah, Yerusalem, Kamis. Sementara Brigade Al-Tawheed melancarkan serangan roket ke arah militer Israel.

Tentara Israel langsung merespons serangan itu dengan mengerahkan tentaranya. Sebuah tank dan pesawat militer menyerang dua pos militer di Jalur Gaza.

''Milisi di Jalur Gaza itu menembakkan tiga roket dalam waktu berdekatan. Dua roket pertama jatuh di dekat wilayah Palestina pada sore hari (Kamis waktu setempat),'' ujar seorang juru bicara militer Israel.

Sirene tanda waspada dibunyikan di berbagai penjuru Israel seiring ketegangan yang semakin meningkat setelah pengumuman Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan segera memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Kota Suci itu.

Beberapa jam sebelumnya, kerusuhan berlangsung di jalanan Bethlehem, Ramallah dan Yerusalem. Warga Palestina yang memprotes keputusan Trump tersebut lansung disambut tentara Israel dengan menembakan peluru karet dan gas air mata. Tiga warga Palestina dilaporkan terluka dalam bentrokan itu.

Tanda-tanda kekerasan bakal pecah sudah terlihat beberapa jam setelah Trump mengumumkan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hari Kamis (07/12/2017), Faksi Hamas Palestina menyerukan rakyat Palestina, umat muslim, dan dunia Arab untuk melawan keputusan Trump tersebut dengan cara intifadah dan perlawanan lain.

Pemimpin Hamas yang baru terpilih Mei lalu, Ismail Haniyeh menyatakan bahwa keputusan Trump itu telah membunuh proses perdamaian Palestina-Israel.

Haniyeh mengatakan, pada hari Jumat (08/12/2017) Hamas akan berunjuk rasa besar-besaran dengan menyebut sebagai ''Hari Kemarahan'' atas keputusan Trump.

Isu pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel menjadi sorotan luas karena selama ini, Israel dan Palestina saling klaim Yerusalem sebagai ibu kota masing-masing negara.

Israel merebut Yerusalem saat perang Timur Tengah pada 1967. Namun masyarakat internasional tak mengakuinya.

Sejak Trump menjadi Presiden AS rencana pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel seringkali disampaikan. Juni lalu dia sempat menangguhkan dan Desember ini adalah batas waktu baginya untuk memutuskan.

UU Pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem diteken tahun 1995. Namun semua Presiden AS diberikan hak untuk menangguhkan setiap enam bulan sekali. Semua Presiden AS sebelumnya tidak berani menandatangani pemindahan tersebut. Pasalnya, isu ini sangat rawan yang bisa menyulut ketegangan baru di Timur Tengah. ***

Editor:hasan b
Sumber:inilah.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/