Begini Kronologi Terkuaknya Kebohongan 'Ilmuwan' Dwi Hartanto

Begini Kronologi Terkuaknya Kebohongan Ilmuwan Dwi Hartanto
Dwi Hartanto. (tribunnews.com)
Senin, 09 Oktober 2017 15:10 WIB
JAKARTA - Kebohongan besar Dwi Hartanto akhirnya terkuak. Dia pun kemudian mengakui kebohongannya dan minta maaf serta berjanji tak akan mengulangi.

Ilmuwan yang tengah menempuh pendidikan di negeri kincir angin itu sebelumnya mengklaim sebagai kandidat profesor di Technische Universitet (TU) Delft, Belanda, serta diminta untuk mengembangkan pesawat jet tempur generasi ke enam.

Aksi tipu-tipu dilakukan Dwi Hartanto sebetulnya telah diketahui lama oleh rekannya sesama warga Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda. Bahkan, teman-temannya telah mengingatkan Dwi untuk menghentikan aksi kehohongannya.

''Teman-teman DH yang mengetahui latar belakangnya sudah tahu lama. Hanya mereka tidak bisa speak up. Perlu courage,'' kata Deden Rukmana, anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) saat dihubungi merdeka.com melalui email [email protected], Senin (9/10).

Menurut Deden, amarah kolega terhadap Dwi Hartanto memuncak hingga memberikan informasi mengenai sepak terjang pria yang sempat dijuluki sempat dijuluki sebagai The Next BJ Habibie kepada anggota grup I-4 yang tergabung dalam grup aplikasi WhatApss. Informasi mengenai kebohongan Dwi kemudian ditelusuri anggota I-4 dengan membentuk tim dengan Deden salah satu anggotanya.

''Rasa kebanggaan dan kekaguman saya terhadap Dwi Hartanto 'terganggu' ketika saya menerima rangkaian pesan dari WA group Pengurus I-4 yang membahas tentang yang bersangkutan. Pada tanggal 10 September 2017 lalu, salah seorang anggota pengurus I-4 secara terpisah mengirimkan dua dokumen lengkap berisikan investigasi terhadap beragam klaim yang dibuat oleh Dwi Hartanto,'' tulis Deden dalam akun Facebook-nya seperti dikutip merdeka.com.

Dalam tulisannya Deden menyebut, dokumen pertama terdiri 33 halamam berisikan beragam foto-foto aktivitas Dwi Hartanto termasuk dari halaman Facebook-nya, link ke berbagai website tentangnya. Termasuk transkrip wawancara dengan Mata Najwa pada bulan Oktober 2016 hingga korespondensi email dengan beberapa pihak untuk mengklarifikasi aktivitas yang diklaim oleh Dwi Hartanto.

''Dokumen kedua sebanyak 8 halaman berisikan ringkasan investigasi terhadap klaim yang dibuat oleh Dwi Hartanto termasuk latar belakang S1, usia, roket militer, PhD in Aerospace, Professorship in Aerospace, Technical Director di bidang rocket technology and aerospace engineering, interview dengan media international, dan kompetisi riset,'' kata Deden, yang merupakan professor dan koordinator program Urban Studies and Planning Savannah State University, Amerika Serikat ini.

Deden melanjutkan, kedua dokumen tersebut disiapkan oleh beberapa teman Indonesia di TU Delft yang mengenal Dwi Hartanto secara pribadi. Rekan-rekan Dwi Hartanto lantas mencari cara untuk menghentikan aksi penipuan publik ini dengan menghubungi Deden hingga ditulisnya melalui akun media facebooknya.

''Saya menilai mereka sebagai pihak yang mengetahui kebohongan publik yang dilakukan oleh Dwi Hartanto dan menginginkan agar kebohongan ini dihentikan. Mereka sudah menemui Dwi Hartanto dan memintanya agar meluruskan segala kebohongannya tetapi tidak ditanggapi dengan serius oleh yang bersangkutan,'' kata Deden.

Dwi Hartanto sendiri telah menyampaikan permohonan maafnya. Dia mengakui memberikan informasi yang tidak benar, tak akurat dan cenderung melebih-lebihkan. Khususnya soal prestasinya di bidang dirgantara dan keilmuan soal roket.

''Saya minta maaf yang sebesar-besarnya,'' kata Dwi seperti dimuat dalam halaman PPI Delft.

Beberapa klarifikasi yang disampaikan Dwi Hartanto antara lain soal latar belakangnya. Dwi mengaku dia bukanlah lulusan Institut Teknologi Tokyo, Jepang. Namun lulus S1 dari Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Dwi juga menjelaskan dirinya memang benar menempuh S2 dan S3 di TU Delft.

''Posisi saya yang benar adalah kandidat Doktoral di TU Delft. Informasi mengenai posisi saya sebagai Post-Doctoral maupun Assitant Professor adalah tidak benar,'' beber Dwi.

Tak benar juga dia adalah kandidat doktor di bidang space tecnology and rocket science. Yang benar adalah di bidang Interactive Intelligence (Departemen Intelligent System).***

Editor:hasan b
Sumber:merdeka.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/