Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Pesta Mewah Victoria Beckham Rayakan Ultah ke-50
Umum
23 jam yang lalu
Pesta Mewah Victoria Beckham Rayakan Ultah ke-50
2
Inara Rusli dan Virgoun Berdamai demi Anak
Nasional
24 jam yang lalu
Inara Rusli dan Virgoun Berdamai demi Anak
3
Iqbaal Ramadhan Berbagi Karya dan Kegiatan Terbaru Lewat Saluran WhatsApp Khusus
Nasional
24 jam yang lalu
Iqbaal Ramadhan Berbagi Karya dan Kegiatan Terbaru Lewat Saluran WhatsApp Khusus
4
Mauricio Souza Sebut Permainan Madura United FC Berkembang
Sepakbola
23 jam yang lalu
Mauricio Souza Sebut Permainan Madura United FC Berkembang
5
Simen Lyngbo Akui Timnas U 23 Indonesia Makin Kuat
Olahraga
23 jam yang lalu
Simen Lyngbo Akui Timnas U 23 Indonesia Makin Kuat
6
Persija Jakarta Nodai Pesta HUT Barito
Olahraga
23 jam yang lalu
Persija Jakarta Nodai Pesta HUT Barito
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/

Permohonan Aborsi Ditolak MA, Bocah 10 Tahun Akhirnya Melahirkan

Permohonan Aborsi Ditolak MA, Bocah 10 Tahun Akhirnya Melahirkan
(detik.com)
Jum'at, 18 Agustus 2017 16:05 WIB
NEW DELHI - Seorang bocah berusia 10 tahun di India, hamil setelah menjadi korban pemerkosaan. Pihak keluarga sempat mengajukan permohonan ke Mahkamah Agung (MA) untuk melakukan aborsi, namun MA menolaknya.

Bocah malang itu akhirnya melahirkan seorang bayi perempuan. Namun, dia tidak sadar telah melahirkan. Sepanjang kehamilan, ia menyangka bahwa ada batu besar di dalam perutnya.

Bayi seberat 2,5 kg itu dilahirkan melalui operasi sesar di Chandigarh, pada 17 Agustus pukul 09:22 (10:52 WIB).

Si jabang bayi dan ibunya yang masih bocah itu dalam keadaan sehat, kata seorang pejabat kepada BBC.

Bocah perempuan itu diduga diperkosa berulang kali oleh pamannya sepanjang tujuh bulan. Tersangka pemerkosa sudah ditahan.

Kehamilannya diketahui bulan lalu, tatkala ia mengeluhkan sakit di perutnya dan orang tuanya memeriksakannya ke rumah sakit.

Bulan lalu Mahkamah Agung menolak permohonan untuk mengizinkan aborsi baginya dengan dasar bahwa kehamilannya sudah terlalu lanjut, dan para dokter mengatakan bahwa aborsi pada kehamilan lebih dari 32 pekan, 'terlalu berisiko.'

Berikut ini adalah laporan wartawan BBC Geeta Pandey yang beberapa waktu lalu mengunjungi kota Chandigarh di utara India untuk menulis kisahnya.

''Banyak kasus kehamilan remaja yang melibatkan anak usia 14 hingga 15 tahun, namun ini kasus pertama yang saya lihat melibatkan seorang anak usia 10 tahun,'' kata Mahavir Singh, dari Otoritas Layanan Hukum Negara Bagian Chandigarh.

Singh terlibat dalam kasus yang mengejutkan Kota Chandigarh dan seluruh India. Di sana ada seorang anak perempuan berusia 10 tahun yang hamil setelah diduga berulang kali diperkosa oleh seorang anggota keluarga.

Anggota keluarga itu saat ini dipenjara, menunggu waktu persidangan.

Anak perempuan itu tadinya anak yang bahagia yang gampang tersenyum. Dia pemalu dan tidak terlalu banyak bicara. Bahasa Inggris dan matematika adalah mata pelajaran favorit siswa kelas enam ini.

Dia suka menggambar dan cukup bertalenta. Dia sangat suka menonton acara kartun favoritnya Chhoti Anandi (Si kecil Anandi) dan Shin Chan. Dia suka ayam dan ikan dan es krim.

Namun pada 28 Juli, Mahkamah Agung India menolak petisi -yang diajukan atas namanya- agar dia bisa melakukan aborsi, dengan alasan bahwa dengan usia kehamilan 32 minggu, janinnya sudah berkembang.

Satu panel dokter telah menyarankan bahwa aborsi pada tahap ini akan ''terlalu berisiko'' untuk anak perempuan itu, dan janinnya ''berkembang sehat''.

Hukum India tidak mengizinkan aborsi setelah kandungan berusia 20 minggu kecuali dokter menyatakan hidup sang ibu dalam bahaya.

Namun belakangan, pengadilan telah menerima beberapa petisi, banyak dari penyintas pemerkosaan anak, yang ingin mengaborsi kehamilan di atas 20 minggu. Di banyak kasus, kehamilan-kehamilan ini terlambat diketahui karena anak-anak itu tidak menyadari kondisi mereka.

Dalam kasus anak 10 tahun ini juga, kehamilan baru disadari tiga minggu lalu saat dia mengeluh sakit di perut bagian bawahnya dan ibunya membawanya ke dokter.

Seseorang yang kerap berinteraksi dengan anak perempuan itu mengatakan: ''Dia sangat lugu dan tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya.''

Orang tuanya juga tidak menyadari tanda-tanda kehamilan, mungkin karena dia "anak yang sehat dan cukup gemuk". Selain itu, mereka tidak dapat membayangkan bahkan di mimpi terburuk mereka bahwa anak perempuan mereka akan hamil di usia 10 tahun.

Anak itu belum diberitahu mengenai kehamilannya, dan yang harus berurusan dengannya, berbicara dengannya seperti menginjak cangkang telur. Dia diberitahukan bahwa ada batu besar di perutnya dan tonjolan itu ada karena itu.

Dia sedang diet khusus yang terdiri atas telur, susu, buah-buahan, ikan dan ayam dan dia sepertinya menikmati semua perhatian ekstra.

Namun belakangan, polisi, pekerja sosial dan konselor keluar masuk rumahnya, dan sebuah sirkus media berada di luar rumahnya.

''Dia mungkin tidak mengerti masalah sebenarnya, dalamnya situasi yang ada, namun saya kira dia punya gambaran saat ini,'' kata seorang pejabat senior ke BBC.

Orang tuanya berjuang menghadapi situasi yang ada. Keluarganya miskin dan tinggal di sebuah flat satu kamar yang sesak. Ayahnya bekerja sebagai pegawai pemerintah dan ibunya pembantu rumah tangga.

Polwan Pratibha Kumari, yang menyelidiki kasus ini, mendeskripsikan mereka sebagai ''keluarga yang sangat baik, yang sangat sederhana sehingga tidak menyadari apa yang dilakukan pria ini ke anak perempuan mereka''.

Orangtuanya, kata Kumari, sangat putus asa. ''Ibunya tidak pernah berbicara dengan saya tanpa menangis. Ayahnya berkata bahwa dia merasa anaknya dibunuh.''

Apa yang membuat situasi mereka lebih buruk adalah, sejak berita pemerkosaan dan kehamilan menjadi tajuk berita, mereka diburu oleh para jurnalis.

''Saat ayah sang anak datang ke saya, dia berkata bahwa masalah terbesarnya adalah pers. Dia berkata banyak wartawan di luar rumahnya setiap saat dan privasinya dilanggar,'' kata Neil Roberts, ketua Komite Kesejahteraan Anak kepada BBC.

Perhatian media membuat anak itu akan mendapat perawatan medis terbaik dan berhak mengklaim kompensasi uang dari pemerintah.

Namun publisitas yang tidak diinginkan itu membuat keluarga ini dalam kesedihan yang luar biasa. Banyak wartawan yang datang ke rumah mereka saat sang ayah sedang bekerja dan berhasil masuk dengan mengklaim sebagai pekerja sosial.

Karena terduga pemerkosa adalah sepupu sang ibu, sebagian bahkan mempertanyakan apakah dia sadar sedang diperlakukan tidak pantas dan, mungkin, setuju. ''Bagaimana dia tidak sadar kalau anaknya hamil selama tujuh bulan?'' Tanya mereka.

Hal ini sangat mengganggu keluarga ini, dan sang ayah marah dan pahit.

''Saya ingin dia dihukum keras. Dia harus diberikan hukuman mati atau dipenjara seumur hidupnya. Dia telah mengakui kejahatan itu. Namun dia tidak pernah minta maaf ke kami,'' dia mengatakan itu kepada saya dalam pembicaraan telepon singkat.

Sebelum memutus telepon, dia menanyakan, ''Mengapa anda mengiklankan kasus anak perempuan saya? Pers telah membuat ini menjadi bisnis.''

Getty Images Aktivis mengatakan 50% dari pelaku kekerasan seksual mengenal anak atau ''orang yang dipercaya dan merawat''.

Kemarahannya dijustifikasi meskipun ada hukum yang secara terang-terangan melarang jurnalis membuka identitas penyintas pemerkosaan dan anak-anak korban kejahatan, banyak orang yang berhasil menguak dan mengidentifikasi keluarga karena nama terduga pemerkosa dilaporkan secara besar-besaran oleh pers di India.

Sekarang tetangga dan rekan kerjanya tahu. Kemungkinan teman-teman sekolah anak itu juga tahu.

Seorang jurnalis lokal, yang bertemu dengan keluarga di awal berita ini keluar, mengatakan bahwa orang tuanya sangat khawatir dengan masa depan anak perempuan itu dan stigma yang akan dihadapinya saat dewasa. Sang ayah juga juga mengkhawatirkan kesehatannya.

Uji medis sejauh ini menunjukkan kesehatannya ''bagus'' meski dia menderita ''anemia ringan''.

Namun ada kekhawatiran lain. Anak perempuan itu lahir dengan lobang di jantungnya, yang disumbat pada 2013. Meski tim dokter mengatakan hal itu tidak akan mengganggu kehamilannya, faktanya dia tetap terlalu muda untuk melahirkan.

Setiap tahun, 45.000 perempuan dewasa tewas saat melahirkan di India. Resiko anak perempuan berusia 15 tahun tewas saat melahirkan dua setengah kali lebih tinggi daripada perempuan di atas 20 tahun. Dokter mengatakan resikonya bahkan lebih tinggi untuk seseorang yang masih berusia 10 tahun.

Kekhwaatiran itu dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung, namun majelis hakim tetap memutuskan bahwa kehamilan harus dilanjutkan.

Jadi apa yang akan terjadi selanjutnya? Pihak yang mengetahui mengatakan bahwa bayi akan lahir pada pertengahan September dan dokter telah memutuskan bahwa kelahiran akan menggunakan proses Caesar. Jika ada komplikasi, bayi dapat dilahirkan lebih cepat.

Karena keluarga anak perempuan itu mengatakan mereka tidak mau mengurus bayi itu, bayi yang baru lahir akan diurus oleh komite kesejahteraan anak hingga siap diadopsi.

Pakar medis mengatakan bahwa anak 10 tahun itu kemungkinan akan menderita trauma mental dan akan butuh waktu bertahun-tahun untuk konsultasi dengan psikolog anak.

''Kami tidak tahu apa yang akan terjadi dengannya," kata seorang pekerja hak anak. "Dapatkah anak 10 tahun melahirkan? Apakah itu mengancam jiwanya? Kami berdoa tidak ada hal buruk yang terjadi padanya.''***

Editor:hasan b
Sumber:detik.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/