Cerita Pejuang Cut Meutia, Jilbab, dan Foto di Uang Rupiah Baru

Cerita Pejuang Cut Meutia, Jilbab, dan Foto di Uang Rupiah Baru
Uang rupiah baru ternyata ramah bagi penyandang difabel. (Via: instagram.com/vathmawatilegow
Sabtu, 24 Desember 2016 11:52 WIB

JAKARTA - Terbitnya uang rupiah baru ternyata memicu kehebohan. Pro dan kontra muncul. Sebagian masyarakat menyambut baik. Sebagian lainnya mengkritik kelahiran rupiah baru tersebut.

Mereka yang menyambut baik kehadiran rupiah baru menilai uang tersebut memiliki sistem keamanan terbaik di dunia. Bahkan, banyak yang menyebutnya lebih keren dari Euro, mata uang Eropa.

Sementara mereka yang mengkritik menganggap uang baru itu mirip Yuan, mata uang China. Ada juga yang menyentil soal gambar pahlawan Cut Meutia di uang kertas pecahan 1.000 rupiah. 

Salah seorang netizen, melalui akun media sosialnya menyinggung gambar Cut Meutia yang tak mengenakan jilbab. Dia beranggapan Cut Meutia adalah seorang perempuan muslim dari Serambi Mekah yang seharusnya menutup aurat, termasuk menutup rambut dan kepala dengan jilbab.

"Cut Meutia, ahli agama & ahli strategi. Bukan ahli agama bila tak menutup aurat.#lelah," tulis netizen berinisial DE dalam akun Twitter-nya.

Tulisan itu sontak menuai sorotan. Bahkan, cucu dan cicit Cut Meutia angkat bicara.

Sang cucu, dari anak tunggal Cut Meutia bernama Teuku Radja Sabi, Teuku Rusli (77), kepada Liputan6.com menceritakan bagaimana sosok sang nenek yang merupakan pahlawan wanita pemberani itu.

"Kulitnya putih kuning, rambut panjang sampai tumit. Kalau dia mandi mencuci rambutnya, ada sandaran untuk menjemur rambutnya sampai kering. Dia itu sangat cantik, makanya bernama Meutia, artinya permata," ujar Teuku Rusli dari kediamannya, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (23/12/2016).

Soal jilbab yang disinggung seorang netizen, Teuku Rusli mengatakan bahwa orang Aceh dulu tidak mengenal jilbab.

"Mengenai jilbab, orang Aceh tidak kenal kata-kata jilbab, yang ada tutup kepala seperti di Sumatera Barat. Kain atau selendang panjang dililit ke bawah dagunya, kemudian selendang ditarik ujungnya, dikedepankan atau dibelakangkan, sehingga kepalanya tertutup," ujar ayah Dara Meutia Uning ini.

Teuku Rusli, yang mengaku baru pulang ziarah dari Aceh pada April lalu, meminta agar gambar sang nenek di uang rupiah baru tidak dipermasalahkan. Pasalnya, tidak pernah ada satu pun gambar, lukisan atau foto yang memperlihatkan sosok Cut Meutia hingga saat ini.

Keluarga Cut Meutia, yang merupakan kalangan bangsawan, sebagaimana masyarakat Aceh dulu sangat melarang foto, gambar, atau lukisan. Hal ini terkait kepercayaan di Aceh bahwa orang tidak boleh dilukis, difoto apalagi dibuatkan patung.  

"Sama seperti di daerah lain. Karena itu gambarnya (Cut Meutia) tidak ada sama sekali," ujar Rusli.

Dia sendiri mengaku mengetahui sosok sang nenek dari cerita keluarganya yang pernah hidup bersama Cut Meutia.

Menurut Rusli, Cut Meutia tidak memiliki foto atau lukisan sama sekali karena tidak pernah berhasil ditangkap oleh Belanda. Ia berjuang di dalam hutan hingga akhirnya tertembak dan gugur dalam pertempuran.

Jika saja Belanda berhasil menangkap Cut Meutia, ujar Rusli, kemungkinan besar neneknya itu memiliki foto atau gambar seperti pahlawan-pahlawan Aceh lain yang pernah ditangkap Belanda. Karena Belanda lah yang memfoto atau menggambar mereka. 

"Jadi kalau foto saja tidak jelas, mengapa kita ribut-ribut soal jilbab? Jadi kenapa marah-marah, tidak ada fotonya," kata Rusli.

Terkait gambar Cut Meutia di uang rupiah, Teuku Rusli punya cerita. Dia mengatakan, dulu orang dari Bank Indonesia pernah datang ke Lhokseumawe, Aceh untuk menggali informasi tentang Cut Meutia. Mereka bertemu dengan kakak Teuku Rusli, Cut Zuraida.

"Lalu difotolah kakak saya itu, disanggul, dikira-kira aja (seperti Cut Meutia)," ungkap Rusli.

Menurut dia, jika tim dari BI berniat buruk bisa saja mereka membuat gambar yang lain untuk sosok Cut Meutia, karena tidak adanya foto sang Pahlawan. Namun, hal itu tak terjadi. Mereka mencari keluarga Cut Meutia hingga akhirnya memiliki gambaran tentang sosok Pahlawan Nasional itu.

Mahir Bermain Pedang

Teuku Rusli mengungkapkan, neneknya merupakan perempuan pemberani, pejuang tangguh, jago main pedang, dan sangat anti penjajah. Sang nenek tidak ingin hidup aman dan bersenang-senang di dalam kehidupan kebangsawanannya, sementara rakyatnya dijajah bangsa asing.

Cut Meutia memilih berangkat ke hutan bersama ayah dan saudara-sauadaranya, mengangkat pedang, dan memimpin pasukan masing-masing untuk melawan Belanda.

Bahkan Cut Meutia pergi bertempur tak lama setelah melahirkan dan sembuh dari sakit lumpuh yang dideritanya selama 8 bulan. Setelah Cut Meutia gugur tertembak peluru Belanda dalam pertempuran, perjuangannya kemudian dilanjutkan anak tunggalnya, Teuku Radja Sabi.

Menurut Teuku Rusli, keberanian Cut Meutia ini pun membuat Sang Proklamator, Bung Hatta, menamai anak pertamanya, Meutia.

Mengingat jasa sang Pahlawan, Teuku Rusli pun meminta agar pemerintah baik pusat maupun daerah, memperhatikan makam Cut Meutia.

Rusli mengatakan, makam neneknya berada di hutan belantara dan tidak ada perbaikan sama sekali. Bahkan jalan menuju ke makam tersebut tidak ada. 

Editor:Kamal Usandi
Sumber:liputan6.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/