Uang Jasa Pelayanan Tak Dibayar, Puluhan Dokter dan Perawat Mogok, Rumah Sakit Tutup

Uang Jasa Pelayanan Tak Dibayar, Puluhan Dokter dan Perawat Mogok, Rumah Sakit Tutup
Para dokter dan perawat mogok kerja. Pelayanan RSUD lumpuh. (foto: Prokal/jpnn.com)
Kamis, 22 Desember 2016 18:44 WIB
NUNUKAN – Para dokter dan perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan mogok kerja. Akibatnya, pelayanan di RSUD lumpuh. Selama dokter dan perawat mogok, pelayanan di bagian poli RSUD terpaksa tutup.

Para dokter dan perawat mogok kerja karena uang jasa pelayanan (jaspel) selama 6 bulan belum juga dibayarkan manajemen RSUD Nunukan.

“Iya, tutup sementara. Masalahnya sedang dibahas dalam pertemuan. Hanya ada miss komunikasi saja ini,” ujar salah seorang petugas kesehatan yang ditemui di ruangan poli RSUD Nunukan, seperti dilansir Prokal, Kamis (22/12).

Dokter Jamri Pranata, salah satu tenaga medis yang menuntut haknya membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan, uang jaspel mulai Maret hingga September 2016 ini menjadi tuntutan rekan-rekannya.

Sebelum mogok kerja, pihaknya telah melakukan komunikasi dengan bagian keuangan RSUD Nunukan. Hanya saja, jawaban yang diterima tidak pernah memuaskan.

“Masalah ini sudah lama sebenarnya. Tapi, kami masih melakukan komunikasi dengan baik untuk menghindari hal yang tidak baik. Dan mogok hari ini puncaknya,” ujar dokter spesialis saraf ini saat ditemui Radar Nunukan usai mengikuti rapat pertemuan dengan seluruh perwakilan tenaga medis dengan manajemen RSUD Nunukan kemarin.

Direktur RSUD Nunukan, dr Dulman mengatakan, kejadian ini sebenarnya hanya persoalan komunikasi. Dari hasil pertemuan tadi, sudah diputuskan untuk dilakukan pembayaran.

Soal keterlambatan, dr Dulman tak menampiknya. Sebab, proses pencairannya harus melalui prosedur yang ditentukan. Apa lagi klaim pembayaran pasien selama ini lebih banyak berasal dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Malam ini (kemarin malam, red) sudah dicairkan ke masing-masing rekening tenaga medis. Ini hanya soal bersabar saja. Jika mengikuti kemauan saya, setiap bulan itu dicairkan. Sebab memang hak mereka. Tapi itu tidak bisa. Saya juga pernah merasakan hal yang sama. Ada prosedur yang harus dilalui,” ujarnya.

Meskipun pelayanan di poli tutup, namun dari pantauan, pelayanan medis lainnya tetap berjalan normal. Khususnya untuk pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ruang operasi dan pelayanan apotek.

“Tidak semuanya tutup. Hanya pelayanan di poli saja yang tutup,” kata dokter spesialis kandungan ini.

Di tempat yang sama, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nunukan H Andi Mutamir menyayangkan persoalan yang setiap tahun ini dipermasalahkan. Apa lagi sampai mengganggu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Seharusnya dari awal sudah diperhatikan hak tenaga medis ini.

“Saya berharap pelayanan rumah sakit tetap berjalan. Jangan dibiarkan tanpa ada penyelesaian. Kasihan masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan. Saya harap instansi terkait serius menangani persoalan jaspel ini agar tidak terulang kembali di tahun depan,” harapnya.(pjs)

Editor:wawan k
Sumber:tribunnews.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/