Senyuman Ku Lukisan Mu (1)
Penulis: Syarifuddin Kasem
Tiba-tiba terdengar suara kaki yang berjalan cepat di luar yang menuju pintu rumah, mereka pun sama-sama melihat ke arah tersebut, ternyata Bu Aini yang terlihat buru-buru masuk ke rumah dengan deraian air mata, lalu beliau cepat-cepat masuk ke kamarnya.
Hati Syarief dan Aisya penuh tanya, ada apa dengan Ibu? Aisya pun menutup kitabnya, dan meletakkannya di pangkuan Syarief, lalu ia masuk ke kamar untuk menemui Bu Aini.
Tak lama kemudian, Aisya kembali, ia kembali duduk di samping Syarief dengan senyum ceria.
“Kak, Aisya dapat juara umum lagi kak!”
Syarief hanya diam dengan menunduk, sehingga membuat Aisya heran, kenapa Syarief tidak tersenyum dengan prestasinya?
“Kak, kakak kenapa?” tanya Aisya.
“Kakak malu sama Aisya!“ kata Syarief dengan nada lemah.
“Kenapa kakak malu?“ tanya Aisya sambil mengerutkan keningnya.
“Karena hari ini kakak dicintai oleh seorang wanita yang lebih pandai dari pada kakak.“
Aisya menghela nafasnya, ia berfikir kenapa Syarief berpikiran begitu, padahal ia ikhlas mencintainya.
“Kakak... pantaskah Aisya mencintai mereka? Tidak kan...?” tegas Aisya
“Dulu kakak yang bilang, kalau kita itu sama, bahkan Aisya yakin kalau kita itu memang sama, cuma kakak itu pandai agama, kakak itu calon Ustaz, dan Aisya yakin besok kakak akan menjadi seorang Ustaz, sejaligus kakak juga akan mendapatkan juara satu kak” lanjut Aisya.
“Kakak Ustaz?” tanya Syarief.
“Ia, Kakak Ustaz!” jawab Aisya meyakinkan.
Namun Syarief masih berfikir akankah aku menjadi seorang Ustaz, sementara di pesantren saja tidak betah lama.
“Tapi..., tapi hari ini kakak ingin membuat Aisya bangga dengan kakak dan kakak ingin membuat Aisya tersenyum karena kakak, tapi kenyataannya, tiada suatu pun yang bisa Aisya banggakan dari kakak“ kata Syarief.
Aisya menggumam “Kakak... apakah kakak merasa kalau Aisya masih belum cukup bangga? Aisya sudah sangat bangga kak, hari ini Aisya dicintai oleh anak seorang Ustaz dan dia pun akan menjadi Ustaz.”
“Dan apakah kakak berfikir hari ini Aisya belum cukup tersenyum karena kakak? Seperti yang pernah Aisya bilang sama kakak, kalau selama Aisya tingggal di sini, tiada malam yang tiada Aisya tangisi, Aisya rindu ibu kandung Aisya, seakan-akan Aisya ingin berlari dan mendekapinya, bahkan saat-saat ini Aisya ingin ibu tau kalau Aisya di sini mendapat juara satu, tapi tangisan itu telah hilang selama Allah mempertemukan Aisya dengan kakak, dan selama hati Aisya dicintai oleh kakak, jadi senyuman Aisya hari ini adalah lukisan karya dari kakak, kakak yang ajarkan Aisya tersenyum” lanjut Aisya.
Syarief pun menghelakan nafas panjangnya, seraya menjawab kata-kata Aisya “Ya sudah kalau Aisya sudah bisa tersenyum karena kakak!, Berilah senyumanmu itu kepada semua orang, tapi tetap berikan cintamu itu kepada satu orang!“
Aisya pun menganggukkan kepalanya sambil melontarkan senyumannya kepada Syarief
“Kakak pulang dulu ya, oia nanti Aisya ngajarkan?” Tanya Syarief sambil bangun
“Ia ngajar, hati-hati ya, kak!”
Syarief pulang dengan hatinya bahagia, karena kehadirannya bisa memberi manfaat bagi Aisya.
Kategori | : | Ragam |