Cerbung Titipan Doa Seorang Kekasih

Cemburu Bermula Cinta (2)

Cemburu Bermula Cinta (2)
Titipan Doa Seorang Kekasih
Senin, 28 November 2016 06:00 WIB
Penulis: Syarifuddin Kasem

Lalu Syarief pun masuk ke Balee Musala, yaitu kelas yang belajar di musala. Ia mencoba bergabung dengan mereka, dan belajar bersama. Tapi ketika ustaz yang mengajar di balai tersebut datang, dan melihat ada Syarief di dalam, ustaz berkata kepada Syarief.

“Tolong… mengajar di kelas saya sebentar ya, saya ada keperluan penting di luar.”
“Saya mengajar? gak mungkin ustaz!”
“Gak papa.”
Maka ustaz pergi, kelihatannya buru-buru, maka Syarief terpaksa harus mengajar. Ia berpikir bagaimana saya mengajar, apa lagi belum ada persiapan.
Syarief duduk dengan wibawa yang tinggi, layaknya seorang ustaz. Hatinya mulai berdebar, karena malam ini adalah malam pertama ia mengajar kitab, biasanya ia hanya mengajar Iqrak, dan Alquran di setiap sorenya bersama Aisya di TPA. Maka Para santri-santri kelas tersebut pun duduk mengelilinginya, baik laki-laki atau perempuan, lalu ia pun mengajar.


***


Ustaz Hasan yang baru saja tiba, beliau langsung ke balainya, yaitu Balee Angen. Barulah Aisya bangun dari dekat Rajul, dan mengambil kitab-kitab kakaknya, yaitu Syarief yang masih tersusun di tempat duduknya untuk ia letakkan di depannya, supaya tidak hilang. Hatinya mulai khawatir, karena kak Syarief belum kembali, tadi ia kira kak Syarief hanya ke kamar mandi sebentar. Maka Ustaz Hasan mulai mengajar santri-santrinya, yang beliau dahului dengan Basmalah.


***

Sedang asik Syarief mengajar, sementara di depannya ada seorang wanita yang mengenakan gamis dan hijab berwarna putih. Ia terlihat sangat cantik, apalagi ia berkacamata, sehingga nampaknya sangat dewasa. Namanya Naila. Ia selalu bertanya kepada Syarief, yang malam ini sudah jadi gurunya, sehingga tatapan Syarief sering tertuju kepada Naila.

Syarief tau, Bahwa Naila adalah santriwati yang paling pandai di Balee Musala, karena terlihat dari pertanyaannya yang sangat berbobot. Akhirnya jam sudah menunjuki pukul 9:30 malam, waktu belajar sudah berakhir untuk Balee Musala, Syarief menutupnya dengan “Wallahu a’lam bish-shawab,” dan Shalawat, lalu para santri bersalaman dengannya dan pulang.

Suasana pesantren mulai sunyi, karena santri-santri kelas Tajhizi, Bajuri, mereka sudah pulang. Syarief juga hendak pulang, tapi ia harus menunggu Aisya, lalu ia  keluar dari Mushalla, dan ia melihat Naila
masih duduk sendirian di depan musala.
“Kenapa gak pulang?” tanya Syarief
“Nunggu Mista, belum keluar!“ jawabnya
Pas banget punya teman, pikir Syarief, karena ia juga harus menunggu Aisya keluar, maka Syarief pun duduk di samping Naila, dengan sopan dan menjaga wibawanya sebagai guru Naila, walau hanya satu malam.

15 menit kemudian, Mista dan Aisya pun keluar bersama teman-temannya yang lain, namun ketika mereka melewati musala, Mista tersenyum melihat Naila bersama Syarief, semantara Aisya hatinya sangat terhentak, bagai petir di siang hari, ketika ia melihat Syarief sedang duduk bersama Naila, hatinya merintih “Pantesan titip kitab sama saya, dan ternyata mau ketemuan sama wanita itu, kakak pikir, Aisya ini pembantu kakak apa? Mengertilah kak, Aisya suka sama kakak!”

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/