Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Internasional
3 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
2
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
2 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
3
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
2 jam yang lalu
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
1 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
https://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77

Kasihan... Bocah Yatim Piatu Dihajar Ibu Angkat, Kepala Dipukul, Disiram Air Panas

Kasihan... Bocah Yatim Piatu Dihajar Ibu Angkat, Kepala Dipukul, Disiram Air Panas
Bilur-bilur tanda penganiayaan di punggung DA. (foto: Polresta Banjarmasin for Radar Banjarmasin/jpnn.com)
Jum'at, 18 November 2016 10:05 WIB
BANJARMASIN -  Fitria Rahayu (31) tergolong perempuan sadis. Dia tega menghantam anak angkatnya pakai palu, memukulnya, bahkan menyiramnya dengan air panas.

Perbuatan keji tersebut telah dilakukannya selama dua tahun terakhir ini.

DA, bocah berusia 8 tahun ini, mendapat perlakuan sadis selama bertahun-tahun dan tak seorang pun yang mengetahuinya, di rumah kontrakan keluarga itu di Jalan Padat Karya Komplek Purnama II, Banjarmasin Utara.

Aksi keji ibu angkat tersebut baru diketahui Rabu (16/11/2016) lalu sekitar pukul 11 siang.

Saat itu korban melintas di kawasan kompleks, tanpa sengaja bertemu dengan Hidayati (60), tante korban, saudara dari almarhumah ibunya, di depan rumahnya.

Hidayati pun langsung memanggil dan memeluk serta terheran melihat wajah dan kepala korban yang terlihat banyak luka.

“Iya, Ma (sebutan kepada Hidayati, red) ini saya,” cerita Hidayati sambil meneteskan air mata menirukan apa yang diucapkan DA.

“Sayang, kenapa wajahnya seperti itu, tapi dia tidak menjawab. Lalu saya elus kepalanya, dia meringis kesakitan. Nah saya panik, langsung saya bawa masuk ke dalam rumah,” jelasnya seperti diberitakan Radar Banjarmasin.

Di dalam rumah, Hidayati langsung memeriksa seluruh badan DA. Hidayati tambah kaget setelah mengetahui sekujur badan dan kepala DA mengalami bekas luka melepuh dan memar-memar.

“Saya tanya lagi dia sebabnya, tak menjawab dan memilih diam. Lalu dia memilih ingin pulang ke rumah diantar suami saya. Nah setelah diantar pulang dia minta turunkan di depan jalur rumahnya, DA malah kembali dan berlari menuju ke arah suami saya dan dia jadi ketakutan,” ujar Hidayati.

Dari sana, lalu suami Hidayati memutuskan membawa DA ke Kantor Kelurahan dan bersama aparat di sana dia diajak komunikasi. DA akhirnya menceritakan segala yang dialaminya.

Hidayati mengaku, baru tahu korban tinggal bersama ibu angkatnya meski mereka satu kompleks.

Beberapa kali Hidayati bertamu untuk menitip bekal untuk DA, tetapi ibu angkatnya selalu mengatakan korban sedang belajar di dalam kamar atau istrahat. Hidayati hanya bisa sampai di luar rumah.

"Bahkan beberapa kali ke rumahnya, pemberian saya ditolak. Dia bilang dia dan suaminya sanggup saja membiayai DA dan ini sudah tanggung jawab dia," tuturnya.

Hidayati mengutuk berat perbuatan pelaku, ia tak terima keponakanya diperlakukan seperti itu.

"Dia anak yatim piatu, almarhum mamanya adik bungsu saya. Dia sejak berusia sekitar 3 tahun ditinggalkan kedua orang tuanya," katanya.

Menurutnya kejadian ini membuat dirinya terpukul. Menyesal, dirinya dan keluarga besarnya memberikan hak asuh ke keluarga tersebut.

"Dulu dia diasuh oleh adik saya yang lain, selanjutnya diasuh oleh saudara saya yang lain di Palangkaraya. Nah dari situ si pelaku meminta dan menyanggupi untuk merawat korban, karena dia tak bisa mendapatkan anak," cetusnya.

Terpisah Fahridah, istri ketua RT 60 Syaiful Anwar, menceritakan kebetulan dirinya yang mendampingi DA bersama Hidayati (60) melaporkan ke Unit PPA Satreskrim Polresta Banjarmasin.

Pelaku sudah hampir tiga tahun ini menjadi warganya dan rumah yang ditempatinya adalah rumah kontrakan.

Sedangkan M Eldi, suaminya jarang di rumah. Dia bekerja di Sei Danau.

Dikatakan Fahridah, pelaku dikenal warga cukup ramah dan supel. Setelah mendengar kejadian ini warga tak menyangka bahwa pelaku ternyata memiliki sifat keji.

"Saya saja merinding melihat kondisi tubuh korban, tak tega saya lihatnya. Ada ya seorang perempuan yang saya nilai baik dan ramah tega menganiaya seorang anak, apalagi dia anak yatim piatu," ujar Fahridah.

Ditambahkan tetangga seberang rumah korban, DA memang jarang keluar rumah. Keluar pun terkecuali berangkat sekolah dan setelah pulang berdiam di dalam rumah saja.

"Saya tahu kalau DA adalah anak angkat, saya sering lihat saudara perempuan yang tua bermain bersama anak di kompleks ini," ujarnya yang enggan namanya ditulis di media.

Diungkapkanya beberapa bulan lalu, DA pernah masuk dan opname di Rumah Sakit Ansari Saleh, selama sepuluh hari.

"Kami warga di komplek menjenguknya ke rumah sakit, pelaku bilang kalau korban mengalami kecelakaan, badannya terkena air panas ketika membuat mie," ujarnya.(jpnn)

Editor:wawan k
Sumber:jpnn.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77