Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Bernard van Aert Resmi Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
14 jam yang lalu
Bernard van Aert Resmi Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
2
PERBASI Panggil 14 Pemain untuk Ikut TC Tahap Kedua Timnas Basket U-18 Putri di Bali
Olahraga
13 jam yang lalu
PERBASI Panggil 14 Pemain untuk Ikut TC Tahap Kedua Timnas Basket U-18 Putri di Bali
3
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
Olahraga
3 jam yang lalu
PT Pertamina Siap Dukung PB Percasi Lahirkan Pecatur Andal
4
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
Olahraga
2 jam yang lalu
Susanto Megaranto Kalah, IM Gilbert Elroy Tarigan Bermain Remis
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/

Puluhan Polisi Sempat Halangi Keluarga Ganti Kafan, Begini Kondisi Jenazah Siyono yang Tewas Setelah Ditangkap Densus 88 di Masjid

Puluhan Polisi Sempat Halangi Keluarga Ganti Kafan, Begini Kondisi Jenazah Siyono yang Tewas Setelah Ditangkap Densus 88 di Masjid
Densus 88
Minggu, 13 Maret 2016 17:34 WIB
JAKARTA - Siyono, 33 tahun, terduga teroris yang ditangkap di Klaten, Jawa Tengah, meninggal pada Jumat siang (11/3/2016). Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya ayah lima anak yang ditangkap Densus 88 di masjid sebelah rumahnya pada Selasa malam lalu.

Menurut kuasa hukum pihak keluarga Siyono, Sri Kalono, kondisi jenazah Siyono terlihat berbeda jika dibandingkan dengan jenazah pada umumnya yang meninggal secara wajar.

“Kedua matanya lebam. Separuh dahi sampai pelipis kanan menghitam. Bibirnya bengkak dan ada sisa darah yang mengering. Kedua kakinya juga menghitam dari paha sampai mata kaki,” kata Kalono, yang turut menyaksikan proses penggantian kain kafan Siyono, Minggu dinihari (13/3).

Siyono adalah warga Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. Lelaki 33 tahun itu ditangkap anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror seusai menunaikan salat magrib di masjid sebelah rumahnya pada Selasa lalu. Pada Jumat siang, ayah lima anak itu dikabarkan meninggal diduga saat proses pemeriksaan oleh penyidik Densus 88.

Sejatinya Siyono sudah dikafani dan dimasukkan dalam peti mati saat dipulangkan dari Jakarta menggunakan mobil ambulans. Sesampainya di rumah duka pada Ahad, sekitar pukul 01.00, keluarganya meminta kain kafan Siyono diganti dan dikuburkan tanpa peti. Perbedaan pendapat itu sempat membuat ribuan pelayat dan puluhan polisi bersitegang selama hampir satu jam.

Meski menduga ada kejanggalan di balik kematian Siyono, Kalono mengaku tidak bisa menyimpulkan apa penyebab lebam, bengkak, dan menghitamnya sebagian anggota tubuh Siyono. Apakah juga ditemukan bekas tembakan, Kalono mengaku tidak tahu. “Sebab, pihak keluarga tidak mengizinkan untuk membuka kain yang membungkus dari dada hingga perut,” kata Kalono.

Menurut Kalono, keengganan pihak keluarga membuka kain penutup dada hingga perut jenazah Siyono karena sudah ada semacam instruksi dari kepolisian sebelum proses penggantian kain kafan itu. “Lagi pula tujuannya hanya mengganti kain kafan yang sudah dipastikan halal karena dibeli dengan uang sendiri, bukan untuk mencari tahu penyebab meninggalnya,” kata Kalono.

Bukan hanya penyebab kematian Siyono yang terkesan janggal. Kabar ihwal meninggalnya Siyono juga tidak disampaikan secara transparan. Ayah Siyono, Marso, mengaku mendengar kabar terakhir anak bungsunya itu pada Jumat petang lalu dari percakapan seorang tak dikenal yang berdiri tak jauh dari rumahnya. Orang itu sedang menelepon menggunakan telepon seluler. “Sing ngabari wae ora bloko (yang mengabarkan saja tidak secara terus terang),” kata Marso.***

Editor:sanbas
Sumber:tempo.co
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/