10 Ribu Anak Pengungsi Asal Timur Tengah Hilang di Eropa, Jadi Korban Eksploitasi Seksual

10 Ribu Anak Pengungsi Asal Timur Tengah Hilang di Eropa, Jadi Korban Eksploitasi Seksual
Dua orang anak pengungsi asal Suriah tertawa saat difoto, anak pengungsi ini terlihat berada di sekitar stasiun Budapest's Keleti. (tempo.co)
Minggu, 31 Januari 2016 20:55 WIB
STOCKHLOM - Badan Intelijen Kriminal Uni Eropa mengeluarkan laporan tentang situasi anak-anak pengungsi atau imigran di Eropa. Laporan itu menyebutkan sedikitnya 10 ribu anak-anak yang berstatus pengungsi tanpa pendamping (orang tua atau keluarga) telah hilang setelah mereka tiba di Eropa.

Menurut Kepala Staf Europol (kepolisian Eropa) Brian Donald, ribuan anak yang rentan itu hilang setelah mereka menjalani registrasi oleh badan resmi pemerintah.

Lembaga internasional nonpemerintah untuk anak-anak, Save The Children, melaporkan sekitar 26 ribu anak-anak tanpa pendamping telah masuk ke Eropa tahun lalu. Adapun Europol meyakini, 27 persen dari jutaan pendatang di Eropa tahun lalu adalah anak-anak.

Brian Donald seperti diberitakan Guardian, Sabtu, 30 Januari 2016, mengatakan tercatat 5.000 anak pengungsi tanpa pendamping hilang di Italia dan 1.000 anak pengungsi tanpa pendamping hilang di Swedia.

Pada Oktober lalu, pejabat di Trelleborg, selatan Swedia, mengungkap hilangnya anak-anak itu. Namun, Swedia memiliki informasi yang sangat sedikit tentang apa yang sesungguhnya terjadi atas hilangnya anak-anak itu.

Di Inggris, jumlah anak-anak pengungsi tanpa pendamping yang hilang naik dua kali lipat tahun lalu. Sebagai gambaran, lebih dari 900 anak-anak pencari suaka di Inggris telah hilang dalam lima tahun terakhir. Namun sejak Januari hingga September 2015, anak-anak yang hilang mencapai 340 jiwa. Menurut Freedom of Information, sepertiga dari 340 anak-anak itu masih dalam status hilang dan berisiko jadi korban eksploitasi dan radikalisasi.

Lalu kenapa ribuan anak-anak itu menghilang? Dugaannya, anak-anak pengungsi tanpa didampingi orang tua atau keluarganya menjadi korban perdagangan manusia dan eksploitasi seksual. Donald membenarkan bahwa Europol telah menerima sejumlah bukti bahwa anak-anak pengungsi tanpa pendamping di Eropa telah menjadi korban eksploitasi seksual.

Polisi juga menemukan bukti bahwa gangster telah menyelundupkan mereka dan menjadikan mereka pekerja seks dan perbudakan di Uni Eropa. Kabar baiknya, data-data mafia perdagangan manusia dan eksploitasi anak-anak untuk perbudakan telah dimiliki polisi.

"Satu nama yang aktif melakukan penyelundupan manusia telah muncul di file kami terkait dengan penyelundupan imigran," kata Donald.

Masalah anak-anak pengungsi tanpa pendamping menjadi isu yang paling dikhawatirkan selama ini. Dan, kekhawatiran banyak pihak akhirnya terjadi.***

Editor:sanbas
Sumber:tempo.co
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/