Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Internasional
2 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
2
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
51 menit yang lalu
Okto Sebut Sudah 9 Atlet Lolos ke Olimpiade 2024 Paris
3
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
37 menit yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
16 menit yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
https://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77

Industri Sawit Indonesia Terancam Korea, China dan Malaysia

Industri Sawit Indonesia Terancam Korea, China dan Malaysia
Kebun kelapa sawit. (nitiswara.com)
Selasa, 05 Januari 2016 09:43 WIB
JAKARTA - Kepala Departemen Lingkungan Sawit Watch Carlo Nainggolan mengatakan  belum lama ini, Cina dan Korea Selatan sudah mulai masuk dalam sektor industri kelapa sawit, terutama di wilayah ekspansi baru. Selain itu, Malaysia juga mulai merambah pada sektor yang sama.

Hal ini kata Carlo tentu memberikan ancaman tersendiri bagi industri sawit di Indonesia. “Tekanan yang paling menguat adalah pada sektor produksi hilir, di mana kemungkinan besar Malaysia akan menjadi sangat dominan dalam sektor ini,” katanya kepada Tempo, Selasa 5  Januari 2015.

Carlo menilai banyak faktor turunan sawit yang bisa dimanfaatkan selain biofuel yang bisa dimanfaatkan negara lain. Sayangnya, Indonesia masih lebih banyak fokus di sektor biofuel.

Dalam konteks produksi biofuel ini, pemerintah melalui skema CSF (CPO Support Funds) sebetulnya telah berkomitmen untuk mendorong percepatan dan pertumbuhan sektor ini, dengan fokus utama pasar di dalam negeri, beberapa negara ASEAN, serta Asia Timur hingga Cina. Penyerapan hasil produksi turunan minyak sawit untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri ini di satu sisi akan mampu menyeimbangkan kelebihan produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak mentah sawit sehingga tekanan terhadap harga mampu dikurangi.

Namun, di sisi lain, kesiapan industri biofuel sendiri masih cukup rentan. Terutama di bidang teknologi produksi yang secara mayoritas masih dikontrol oleh grup besar, terutama Wilmar  sebagai pemain utama di sektor ini serta beberapa perusahaan lainnya.

Dalam riset Macro Effect Biofuel yang dilakukan oleh Sawit Watch pada 2008-2009 dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan termasuk Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), kelemahan utama dalam proses produksi dan penyerapan biofuel ini adalah kesiapan infrastruktur termasuk jalur distribusi dan mesin kendaraan yang nantinya akan memakai bahan bakar ini.

“Persoalan yang paling krusial adalah terkait dengan nilai atau harga keekonomian dari biofuel ini, subsidi pemerintah terhadap bahan bakar fosil yang masih cukup besar masih menjadi persoalan utama, sehingga harga biofuel di pasaran masih cukup mahal jika dibandingkan dengan harga BBM lainnya,” kata Carlo.***

Editor:sanbas
Sumber:tempo.co
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77