Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kondisi Tukul Arwana Mulai Membaik Menuju Kesembuhan
Umum
22 jam yang lalu
Kondisi Tukul Arwana Mulai Membaik Menuju Kesembuhan
2
Gebrakan Menpora Dito Bangkitkan Industri Olahraga dan Prestasi Olahraga Bola Voli Indonesia
Olahraga
23 jam yang lalu
Gebrakan Menpora Dito Bangkitkan Industri Olahraga dan Prestasi Olahraga Bola Voli Indonesia
3
Film Dokumenter tentang Kisah Celine Dion Segera Tayang
Umum
22 jam yang lalu
Film Dokumenter tentang Kisah Celine Dion Segera Tayang
4
Red Sparks Incar Wilda Siti Nurfadhilah
Olahraga
24 jam yang lalu
Red Sparks Incar Wilda Siti Nurfadhilah
5
Buku tentang Sejarah The Beatles Laris Usai Rilis Film Beatles
Umum
22 jam yang lalu
Buku tentang Sejarah The Beatles Laris Usai Rilis Film Beatles
6
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
2 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/

DMSI Prediksi Harga Sawit Terus Melorot, Ini Penyebabnya

DMSI Prediksi Harga Sawit Terus Melorot, Ini Penyebabnya
Tandan buah segar sawit. (int)
Minggu, 03 Januari 2016 18:06 WIB
JAKARTA - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menyatakan industri sawit masih akan menghadapi tantangan berat tahun ini. ”Tantangan itu terutama dari segi harga,” kata Ketua Umum DMSI Derom Bangun, Minggu, 3 Januari 2016.

Derom menyatakan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tahun ini tak akan lebih dari US$ 650 per metrik ton. Penyebabnya adalah harga minyak dunia yang terus merosot. “Harga minyak bumi sekarang kecenderungannya sudah di bawah US$ 35 per barel, maka harga bahan bakar lain akan ikut merosot,” tuturnya.

Ia menjelaskan, turunnya harga minyak bumi akan membuat negara maju mengurangi konsumsi biofuel. Dengan begitu, penyerapan minyak nabati untuk bahan bakar akan berkurang. Akibatnya, produksi minyak nabati, termasuk yang berasal dari sawit, rapeseed, biji bunga matahari, hingga kedelai, hanya akan terserap untuk kebutuhan pangan. Turunnya permintaan inilah yang diprediksi bakal menekan harga.

Bagaimanapun, Derom optimis secara umum industri minyak sawit nasional tetap bertahan. Alasannya, penggunaan biodiesel di Indonesia akan semakin besar bila program pencampuran biodiesel hingga 20 persen (B20) mulai dijalankan tahun depan. “Karena itu, pemerintah harus konsisten menerapkan program ini,” ujarnya.

Tantangan lain yang akan dihadapi industri sawit Indonesia adalah iklim. Cuaca panas akibat El Nino tahun lalu diprediksi akan berdampak menyusutnya volume buah sawit pada masa panen tahun ini. “Akibatnya, produksi CPO ada kemungkinan akan turun sekitar 500 ribu ton,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono. Meski, penurunan itu tak terlalu signifikan mengingat produksi CPO tahun lalu mencapai sekitar 33 juta ton.***

Editor:sanbas
Sumber:tempo.co
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/