Sebelum Hindu Masuk, Makanan Pokok Penduduk Indonesia Bukan Beras, Tapi Ini

Sebelum Hindu Masuk, Makanan Pokok Penduduk Indonesia Bukan Beras, Tapi Ini
Kebun sagu. (int)
Kamis, 31 Desember 2015 14:01 WIB
SORONG - Ternyata, beras bukanlah tanaman asli Indonesia meskipun saat ini beras masih menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia dan bisa membuat gaduh saat harganya tinggi.

Menurut peneliti sagu Indonesia, Prof Nadirman Haska, sagu ternyata telah ada dan menjadi makanan pokok penduduk nusantara jauh sebelum beras masuk ke Indonesia saat dibawa oleh orang India, beberapa abad silam.

Hal ini dibuktikan oleh relief atau pahatan di Candi Borobudur tentang palma kehidupan yakni ada nyiur (kelapa), lontar, aren dan sagu. Candi Borobudur merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Budha di Indonesia

"Sagu itu makanan asli Indonesia. Itu terpahat jelas di relief Candi Borobudur. Saat kerajaan Hindu masuk, orang India bawa beras ke sini," Kata Nadirman Lokasi Pabrik Sagu Perhutani di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat, Kamis (31/12/2015).

Secara Antropologi, masyarakat Jawa menyebut beras dengan istilah sego dan masyarakat Sunda menyebut beras dengan sebutan sangu. Sego atau sangu dalam bahasa sesungguhnya ialah sagu.

"Dari awal kita sebelum makan nasi, kita sudah makan sagu," Ujarnya.

Fakta sejarah itu tak lepas dari cadangan pohon sagu alami yang bisa menjadi sumber karbohidrat alternatif, pengganti beras. Indonesia memiliki 1,4 juta hektar (ha) lahan sagu yang tersebar di hutan tropis Sumatera, Kalimantan, Maluku hingga Papua. Namun, Papua dan Papua Barat menyimpan cadangan 1,2 juta ha.

Sayangnya, baru 5% cadangan sagu yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dan produk olahan makanan. Padahal, sagu bisa diolah menjadi makanan lezat seperti siomay, mpek-mpek, bakso hingga papeda.

"Dari sagu yang ada di Indonesia, 95% merupakan sagu yang tumbuh alami," tambahnya.

Lanjut Nadirman, Jepang dinilai sebagai negara di dunia yang peduli dan bersemangat meneliti tentang khasiat sagu. Kondisi bukan tanpa sebab. Tentara Jepang saat kalah berperang di Indonesia, ada yang melarikan diri ke hutan di daerah Halmahera, Maluku. Di sana, Tentara Jepang mampu bertahan hidup di tengah hutan hampir 35 tahun hanya mengandalkan makanan dari sagu.

"Saat ditemukan tahun 1982, dia (Tentara Jepang) sudah hidup di dalam Hutan di Halmahera selama 35 tahun," tutur Nadirman.

Selain itu, Jepang paham bila sagu bakal menjadi produk pangan alternatif di tengah terbatasnya dan menurunnya stok pangan dunia seperti beras di akhir abad 21.

"Akhir abad 21, sagu menjadi salah satu alternatif sumber pangan Indonesia. Indonesia sendiri bisa menjadi pemasok sagu terbesar di dunia,'' kata Nadirman.***

Editor:sanbas
Sumber:detik.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/