Kisah Pilu Safari Manusia di India, Para Turis Tonton Suku Primitif yang Tidak Berpakaian

Kisah Pilu Safari Manusia di India, Para Turis Tonton Suku Primitif yang Tidak Berpakaian
Dua orang Suku Jarawa duduk dan berdiri di pinggir jalan tanpa busana. (detik.com)
Selasa, 08 Desember 2015 09:11 WIB
ANDAMAN - Safari adalah kegiatan bertualang di alam liar, naik mobil dan melihat satwa liar dari dekat. Tapi di India, ada yang namanya safari manusia dengan suku-suku asli yang berkulit hitam legam dan ditonton orang-orang. Berikut, kisahnya.

Ini suatu kisah pilu Suku Jarawa di Pulau Andaman, India. Ketika melintasi hutan tempat pemukimannya, yang bernama hutan Jarawa, masyarakat setempat membuka kaca dan melihat orang-orang Suku Jarawa, sebagian tidak berpakaian, di pinggir jalan. Itulah yang disebut safari manusia.

Survival International, suatu organisasi asal Inggris yang peduli akan keberlangsungan hidup suku-suku yang terancam punah, menolak keras akan safari manusia tersebut. Dikutip dari situs resminya, Selasa (8/12/2015) mereka gencar menghapus kegiatan safari manusia dengan mengirimkan surat ke pemerintah India dan mengajak serta masyarakat dunia.

Kisahnya begini, Pulau Andaman yang berada di Teluk Benggala adalah rumah dari empat suku dan salah satunya Suku Jarawa. Mereka sudah ribuan tahun menetap di sana, sebelum masyarakat India berdatangan, membuka lahan perkebunan dan pertanian dan hidup menetap.

Suku Jarawa punya perbedaan fisik yang mencolok dengan masyarakat India. Mereka berkulit hitam legam, berambut ikal dan tinggi yang tampilan fisiknya seperti suku-suku Afrika. Mereka hidup dengan berburu dan berkebun.

Sekitar tahun 1960-an, masyarakat India mulau bertransmigrasi ke Pulau Andaman. Ketika itu, Suku Jarawa masih malu-malu dan memilih bersembunyi di hutan. Barulah di tahun 1998, kabar dari orang-orang Suku Jarawa terdengar karena berani menampakkan diri dan berinteraksi.

Sayang beribu sayang, Suku Jarawa malah menjadi 'tamu' di tanahnya sendiri. Hutan mereka tereksploitasi dengan dijadikan perkebunan dan pertanian. Pemukiman-pemukiman mereka dipinggirkan dan kehilangan tempat tinggal karena pohon-pohon ditebang. Yang lebih mirisnya, orang-orang Suku Jarawa malah dikenalkan dengan minuman alkohol dan seks bebas. Kabar yang lebih mengejutkan, pelecehan seksual kerap terjadi pada perempuan Suku Jarawa.

Dari tahun 1999 sampai 2006, jadi tahun-tahun paling kelam. Orang-orang Suku Jarawa terkena wabah penyakit campak (yang mereka tidak tahu) sampai menyebabkan meninggal dunia. Celakanya, pemerintah India cuek bebek dan dibiarkan begitu saja.

Orang-orang Suku Jarawa tidak bisa berbuat apa-apa. Tanah hilang, perkebunan hilang dan mereka sulit bersaing dengan para pendatang. Mereka pun menjadi peminta-minta dan mengharapkan belas kasih.

Di National Highway 223 atau yang dikenal Andaman Trunk Road, terdapat jalan raya yang menembus hutan Jarawa. Hutan yang jadi tempat terakhir Suku Jarawa untuk tinggal. Di pinggir-pinggir jalan, orang-orang Suku Jarawa akan duduk-duduk melihat mobil yang berlalu-lalang. Lalu yang dilakukan oleh orang-orang di dalam mobil, melihat mereka layaknya sedang bersafari. Safari manusia, bukan hewan.

Malah, turis yang datang juga diajak untuk ikut kegiatan tersebut yang seolah menjadi atraksi wisata. Tapi tetap saja, itu belum cukup untuk menyelamatkan Suku Jarawa dan malah mendatangkan banyak kecaman.

Survival International, sebenarnya sudah menyuarakan untuk menjaga keberlangsungan hidup Suku Jarawa sejak lama. Tahun 2010, pemerintah India berjanji untuk menyelamatkan Suku Jarawa. Mereka berencana untuk membawa beberapa Suku Jarawa hidup di kota atau desa di India. Namun Suku Jarawa sendiri tidak mau dan memilih untuk tinggal di tempat mereka. Alhasil, Suku Jarawa pun mendapat cap primitif karena juga tidak mau menerima teknologi.

Tahun 2015 ini, kabarnya pemerintah Andaman sudah memlarang kegiatan safari manusia. Meski masih ada saja beberapa yang melakukannya, cara tersebut dianggap sudah benar. Tapi alangkah lebih baiknya, pemerintah India lebih serius untuk menjaga dan memberikan kehidupan yang layak untuk Suku Jarawa.

Berilah mereka lahan untuk hidup. Suplailah bibit-bibit tanaman dan dokter untuk merawat mereka. Jagalah kelestarian hutan, karena hutanlah sebenar-benarnya tempat tinggal Suku Jarawa. Asal tahu saja, Suku Jarawa kini hanya tersisa 400 orang yang menjadikan mereka sebagai salah satu suku terancam punah.

Survival International pun menggalang donasi untuk Suku Jarawa. Siapapun, bisa mendonasikan uang yang informasinya ada di situs resminya dan menyuarakan hidup Suku Jarawa. Jangan ada lagi yang namanya safari manusia!***

Editor:sanbas
Sumber:detik.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/