Untuk Satu Nama

Selasa, 28 Agustus 2012 16:09 WIB
Penulis: Dadang Hidayat
Untuk Satu Nama
PEKAN Olahraga Nasional (PON) yang sudah digelar tujuh belas kali telah mampu menjadi momentum bagi setiap daerah untuk memacu pembangunan, khususnya bagi daerah yang sedang berkembang.


Sejak dimulainya PON tahun 1948 di Solo, semangat pesta olahraga terbesar di tanah air tersebut telah melahirkan kantong-kantong atlet baru bagi Indonesia. Ambil contoh Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur yang menjadi tuan rumah PON terakhir. Kedua daerah tanpa disadari telah memberi warna bagi kemajuan di dunia olahraga tanah air, baik dari pelahiran atlet maupun dalam penyelenggaraan berbagai event olahraga.


PON secara fisik telah mendorong lahirnya fasilitas olahraga berskala nasional dan internasional. Pada PON Palembang, Jaka Baring Sport City lahir sebagai tempat penyelenggaraan pertandingan-pertandingan berskala internasional. Pada Sea Games 2011 lalu, Jaka Baring menjadi saksi bagaimana fasilitas yang dibangun saat penyelenggaraan PON tidak mengecewakan untuk pertandingan internasional.


Bagaimana dengan Riau? Kesiapan Riau sebenarnya sudah dimulai sejak ditetapkannya Riau sebagai tuan rumah PON, 12 Agustus 2006 lalu. Dan langkah-langkah tersebut juga diikuti dengan berbagai peraturan yang mendukung baik melalui Perda No 5 tahun 2008 tentang main stadium dan infrastruktur PON. Perda No 5 juga memberi ruang yang begitu panjang dalam persiapan infrastruktur melalui pendanaan tahun jamak APBD Riau.


Keberhasilan Riau mengalahkan Jawa Barat dan Jawa Tengah pada perebutan tuan rumah PON, telah melahirkan semangat besar bagi insan olahraga untuk bangkit dan membangun kembali kejayaan olahraga, dimana Riau merupakan gudangnya atlet- atlet berprestasi seperti di cabang olahraga angkat berat, angkat besi, menembak dan terakhir kembali menjadi gudangnya atlet dayung nasional. Persiapan Riau yang pada ekspose perebutan tuan rumah sudah mencapai 83 persen dimana fasilitas- fasilitas yang ada di Rumbai Sports Centre maupun fasilitas yang dimiliki kabupaten dan kota serta perusahaan merupakan garansi bagi tercapainya sukses penyelenggaraan.


Dalam perjalanan, persiapan Riau mengalami banyak tantangan, mulai adanya berbagai perubahan desain dan letak venue hingga penganggaran yang mulai tersendat. Tak cuma di bidang sarana dan prasarana, persiapan kepanitian dan kontingen juga mulai mengalami berbagai gesekan. Keterlibatan insan olahraga mulai tergerus oleh kepentingan politik dan pemerintahan, akibatnya, banyak program yang tidak sinkron dan berjalan sendiri-sendiri. Bahkan dua pekan menjelang pembukaan, masih banyak sarana dan prasarana yang belum mencapai seratus persen, begitu pula persiapan kepanitiaan. Dan yang paling mengenaskan tujuan akhir PON sebagai pembangkit ekonomi rakyat masih jauh panggang dari api.


Jika sudah begini, sanggupkah Riau mencapai catur sukses? Pertanyaan ini perlu kita berikan mengingat anggaran yang sudah tersedot mencapai triliunan rupiah. Angka yang besar jika dilihat dari total anggaran kesejahteraan rakyat yang sudah dikucurkan melalui APBD Riau selama ini. Dengan waktu yang hanya beberapa hari lagi, kita berharap Riau tetap mampu tampil gagah di kancah nasional seperti Burung Serindit yang melambangkan kebijaksanaan, keindahan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati dan kearifan orang Riau.


Kita berharap dengan kearifan Riau, semua pihak turut mendukung tercapainya tujuan penyelenggaraan PON. Untuk satu nama ''Riau'', semua pihak harus mampu mengembalikan kepercayaan negara kepada daerah ini dengan menanggalkan baju kepentingan pribadi maupun golongan. Dan secara bersama-sama mendorong suksesnya Riau sebagai tuan rumah. Tak saatnya lagi hanya mampu bertanya, namun harus berbuat sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tanggal 11 September 2012 akan menjadi saksi sejarah, apakah Riau benar-benar bisa dipercaya mengemban amanat nasional dan itu ditandai dengan suksesnya PON. ***

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77