Ustaz Ku Wie Han, Jadi Mualaf Setelah Baca Surat Al Ikhlas

Ustaz Ku Wie Han, Jadi Mualaf Setelah Baca Surat Al Ikhlas
Ustaz Ku Wie Han usai mengisi tausiyah di Cibabat Park, Kota Cimahi, Ahad (20/5). (tribunnews)
Selasa, 22 Mei 2018 11:54 WIB
CIMAHI - Allah SWT memberikan hidayah kepada orang dikehendakinya melalui cara yang tidak disangka-sangka. Ku Wie Han merupakan salah seorang yang beruntung mendapatkan hidayah tersebut.

Setelah masuk Islam, Ku Wie Han berrsungguh-sunguh mendalami ilmunya tentang agama yang diridhai Allah SWT tersebut, hingga akhirnya menjadi pendakwah. Aktivitas mulia itu terus dijalaninya hingga saat ini.

Dikutip dari tribunnews.com, saat membuka ceramahnya, ustaz bertubuh tinggi dan berkulit putih itu kerap menggunakan bahasa Mandarin, kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda agar jemaahnya mengerti yang dia ucapkan. Itulah ciri khas Ustaz Ku Wie Han, pria asal Kota Bandung itu.

Ustaz keturunan etnis Tionghoa ini fasih membacakan dalil-dalil dari Alquran maupun hadits.

Pria yang telah mengganti namanya menjadi Muhammad Karim Abdurrahman ini telah masuk Islam sejak 30 tahun yang lalu atau ketika usianya menginjak 18 tahun.

Bisa menganut Agama Islam bagi Ustaz Ku Wie Han merupakan suatu hidayah yang mampu membawanya ke kehidupan yang lebih tenang.

Ketenangan itu didapatnya setelah dirinya bisa membaca dan memahami setiap bacaan kitab suci umat Islam, yakni Alquran.

''Saya mendapat hidayah setelah keluar SMA, setelah ayah saya sakit keras dan masuk Rumah Sakit Borromeus waktu saya kelas 2 SMA tahun 1988,'' ujar Ustaz Ku Wie Han saat ditemui Tribun Jabar usai mengisi tausiyah di Cibabat Park, Kota Cimahi, Ahad (20/5/2018).

Saat itu, sang ayah mengalami sakit keras karena menderita penyakit diabetes dan komplikasi hingga koma selama tiga bulan di rumah sakit.

Melihat ayah tercintanya terkapar di rumah sakit tidak sadarkan diri selama itu, Ustaz Ku Wie Han mengerti bahwa manusia tidak berdaya saat berhadapan dengan maut.

''Dari situ saya ingin mencari pegangan hidup yang ada pada agama, mungkin selama ini saya kurang bersyukur karena saat itu belum mengenal Allah,'' ujar pria berusia 49 tahun ini.

Jauh sebelum menjadi mualaf, pria ini menganggap semuanya bisa diselesaikan dengan uang ataupun yang dia punya ketika hidup di dunia, sehingga melupakan Sang Pencipta.

Ia baru mengerti bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia merupakan kehendak Sang Pencipta, sehingga dirinya ingin mencari jalan hidup yang seharusnya ia tempuh.

''Jadi saya ingin belajar agama yang bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan waktu saya belum masuk Islam,'' ujar pria berkacamata ini.

Kemudian tak lama setelah dirinya mengalami keresahan itu, ayah tercintanya meninggal hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari agama yang cocok untuk dirinya.

Dalam pencarian tersebut, ia tak hanya mempelajari agam Islam saja, Ustaz Ku Wie Han mengaku mempelajari semua ajaran agama.

''Karena dulu saya sekolah Nasrani, saya banyak belajar Al-Kitab seperti perjanjian lama, perjanjian baru dan saya pelajari semuanya,'' katanya.

Namun, niat untuk mempelajari ajaran Islam itu terbuka setelah bertemu dengan pamannya yang lebih dulu telah menjadi mualaf yakni H Muhammad Yamin atau Yong Yun Kyang yang tinggal di Sumedang.

Saat pamannya pulang dari Singapura, ia dibawakan sebuah kitab yang belum pernah ia baca sebelumnya atau kitab terakhir yang ia baca.

''Kitab itu judulnya dalam bahasa mandarin, ternyata Alquran. Waktu itu saya belum tahu itu Quran atau Islam kemudian saya pelajari,'' katanya.

Saat pertama kali membuka Alquran untuk dipelajari, ia mengaku membuka juz 30, tepatnya halaman terakhir yang isinya surat-surat pendek.

Kemudian ia tertarik pada satu surat yang judulnya Ike Lyang Se dalam bahasa mandarin atau dalam bahasa Indonesia keikhlasan dan itu merupakan surat Al-Ikhlas.

Surat itulah yang membuat dirinya tertarik untuk masuk Islam.

''Ternyata isinya sangat luar biasa, hingga saya tertegun. Di situ dikatakan bagaimana Islam memperkenalkan Allah-nya, bahwa Allah itu satu Esa dan dijelaskan Esa itu segala sesuatu hanya bergantung kepadanya. Jadi tidak ada satupun yang tidak bergantung kepada dia (Allah),'' jelasnya.

Dalam Islam khususnya pada surat tersebut, kata dia, ternyata Tuhan-nya dijelaskan sangat detail dan jelas, sehingga dirinya tertegun dan tertarik untuk menganut dan belajar agama Islam.

Kemudian pamannya memberikan petunjuk, dia disuruh menemui seorang ulama dan waktu itu ia belajar agama Islam di salah satu pondok pesantren persatuan Islam di Pajagalan, Kota Bandung.

Dalam proses belajarnya ia mengaku, pertama kalinya belajar tentang rukun Islam dan rukun iman kemudian semua tentang Islam.

Butuh waktu 10 tahun dirinya untuk memperdalam semua tentang Islam, hingga akhirnya dipercaya untuk menyampaikan atau berdakwah.

''Setelah lebih dari 10 tahun saya baru berani menyampaikan (berdakwah) sebelum itu hanya berani ke individu,'' ujar Ustaz Ku Wie Han.***

Editor:hasan b
Sumber:tribunnews.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77