Cerbung Bagian ke-35

Nikah Siri: Bagi Siti yang Penting Bayinya Ada yang Bertanggungjawab

Nikah Siri: Bagi Siti yang Penting Bayinya Ada yang Bertanggungjawab
Kamis, 22 Desember 2016 19:22 WIB
Penulis: Indra Wedhasmara

SEJAK, Siti dinikahi Rusman secara Siri, hubungannya dengan Rizal pun berangsur terseok-seok, hanya sesekali saja keduanya saling bertanya kabar melalui hp. Siti sendiri pun tak ingin lagi kisah-kisah terindah asmaranya bersama Rizal terkilasbalik. Dia sekarang mencoba memposisikan diri sebagai seorang isteri, yang harus menjaga marwah dan kehormatannya. Kendatipun, keberadaan itu sangat bertolakbelakang.

Bagaimana mungkin, sepasang suami isteri harus dan mesti hidup berpisah tak serumah. Memang aneh, tetapi itulah kenyataannya. Sebab sejak keduanya terikat sebagai suami isteri melalui pernikahan Siri, Rusman sama sekali tak pernah mengunjungi Siti. Bertanya kabar pun tidak. Keterikatan Rusman hanya tetap rutin memberikan nafkah lahir. Itu saja, dan tak lebih dari itu.

Bagi Siti sendiri memang realita itu tak menjadi masalah, yang penting baginya bayi dalam rahimnya ada yang bertanggungjawab. Hanya itu, ke depannya dia akan menerima apa adanya dan akan bagaimana kelak akhir tujuan hidupnya.Terserah nanti. Sebab itulah, mengapa dia fokus menjaga dan memelihara kandungannya dengan baik sampai dia melahirkan dan dia tak memikirkan yang lainnya lagi.

Mengapa, secara rutin dia tetap memeriksakan kandungannya ke Bidan Hainun yang kebetulan kediaman sang bidan tak beberapa jauh dari rumahnya. Sejauh ini kondisi kandungannya sehat. Baginya itulah yang terpenting, dia sehat dan bayinya juga sehat.

Gema Suara Azan Subuh, baru saja sirna dari menara sebuah mesjid yang tak jauh dari rumah. Dia pun baru saja usai Sholat, terduduk sesaat di bibir ranjang. Gundukan perutnya yang buncit bagaikan sarang anai-anai itu bagaikan tertumpu di pangkuannya. Jika bidan Hainun mengatakan dia sehat, memang tampak sehat. Tubuhnya yang semula agak kurus kini mulai berisi, sehingga rona wajahnya yang mulus bersih memancarkan kecantikan seperti bias rona wajahnya dahulu. Apalagi lesung pipit dipipinya yang sesekali berlubang ketika dia tersenyum, semakin memunculkan keelokan yang alami.

Sesaat dia tegak dengan sedikit susah payah. Untuk mengimbangi perutnya dia terpaksa menopangkan sebelah tangan di pinggul. Sambil melangkah tertatih bagaikan itik pulang ke kandang, dia menuju ke ruang tengah.

‘’Bik, nanti kita Plaza ya, ada yang mau Siti beli’’ dia menyapa Bik Ijah yang tengah berada di dapur.

‘’Beli apa lagi….?’’ jawab Bik Ijah segera keluar dari dapur dan menghampiri Siti yang duduk di kursi meja makan di ruang tengah.

‘’Siti rasa, kebutuhan untuk persalinan nanti masih ada yang kurang’’

‘’Kemarin kan baru saja mborong’’

‘’Sepertinya, masih ada lagi yang diperlukan. Popok, gurita bayi, sarung tangan, kaki. Rasanya, kok baru sedikit Bik’’

‘’Biar Bibik aja yang beliin.Siti kan sudah agak berat begitu’’

‘’Tak apalah Bik, kata orang. Perempuan hamil itu harus banyak bergerak, agar melahirkan nanti tak susah’’

‘’Yo….wesssssss…!, terserah wae lah. Bibik, ngekor aja’’.

Kata Bik Ijah sambil memajukan bibirnya dua senti kea rah Siti yang cepat menjulurkan lidahnya. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya…

Cerita Selanjutnya...

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77