Cerbung Bagian-8

Nikah Siri: Abang Sudah Minta Maaf

Nikah Siri: Abang Sudah Minta Maaf
Jum'at, 25 November 2016 06:00 WIB
Penulis: Indra Wedhasmara

MUNGKIN emosi jiwa yang selama ini tersumbat, terhambur habis mencuat ke luar.

‘’Masih belum yakin….?’’ suara Rusman seperti bernada ketegasan.

‘’Yahhh, Siti mencoba untuk yakin dan percaya saat ini’’

‘’Kok saat ini…?’’

‘’Yahhh, kan belum tau saat nanti,’’ Siti menebar senyum.

‘’Ohhh, iya. Siti mau pesan makan apa. Minum……?’’ Rusman memutar nomor telepon disebelahnya.

‘’Minum juss jeruk saja lah’’  ujar Siti yang tampak tak canggung lagi, karena persoalan yang selama ini menghadang bathinnya telah usai tanpa rintangan. Rusman lalu memesan minuman lalu tegak.

‘’Duduk sebentar ya, abang mau cek dulu ke ruang pertemuan apakah peserta  sudah pada kumpul,’’ Rusman segera beranjak ke luar dan Siti tampak begitu tenang. Karena, bagaimanapun urusannya dengan Rusman sudah selesai dan seterusnya dia tak terusik lagi dengan ultimatum soal pinangan dari keluarganya. Apalagi dari guratan wajah Rusman tadi, seperti ada bias keiklasan dan kesungguhan yang merona di situ, semakin tenanglah jiwanya. Sesaat pelayan hotel masuk membawa minuman dan meletakkan di meja kecil disebelah Siti.

‘’Silahkan Bu’’ kata pelayan lelaki tanggung dengan menebar senyum lalu beranjak ke luar.  Siti, segera mereguk juss.

Lama Rusman baru muncul. Dia segera saja duduk seperti semula di sebelah Siti.

‘’Masih ada waktu setengah jam lagi, begitu pun pun kalau Siti mau balik, abang tak menahan. Kalau pun masih ingin di sini. Abang pun tak menampik,’’ kata Rusman sambil tersenyum simpul.

‘’Kita memang sudah lama tak ketemu, walaupun waktu masa remaja sering sekali. Bahkan, meskipun sama-sama di Pekanbaru, anehnya kita pun tak pernah bersua’’

‘’Itu semua gara-gara abang juga. Coba sebelumnya abang tak macam-macam sama Siti, tentu kita bisa saling kunjung, karena tak ada masalah. Karena abang yang cari masalah, maka seperti itulah kejadiannya. Kita bagaikan bermusuhan saja, padahal sebenarnya hubungan keluarga kita begitu dekatnya‘’ wajah Siti seperti dipulas rona cemberut.

‘’Ya, sudah. Janganlah diulangi lagi. Abangkansudah minta maaf. Kedepannya, hendaknya hubungan kekeluargaan kita bisa kembali harmonis’’ Rusman menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal.

‘’Bang, baiknya Siti mohon diri dulu nanti Emak cemas pula di rumah’’ Siti tegak diikuti Rusman melangkah menuju pintu, tetapi mendadak saja langkah Siti terhenti, benaknya terasa pusing dan lutut seketika goyah. Nyaris dia hoyong ingin terjatuh. Cepat Rusman memegang kedua bahu Siti.

‘’Kenapa Siti….?’’ tanya Rusman

‘’Tak tau lah, kok terasa goyang pandangan Siti,’’ Siti merasakan detak jantungnya memukul keras menghentak ke dinding rongga dada. Aliran darah seolah membuncah panas tak tentu arah ke setiap urat nadinya.

‘’Istirahat dulu Siti di sini, nanti kalau dipaksa pulang, bisa terjadi apa-apa pula di jalan,’’ kata Rusman, Siti bagaikan pasrah dan mengangguk lemah. Tubuhnya begitu terasa lunglai, debaran jantungnya pun berdenyut bagaikan tak terkendali. Bagaikan limpahan air bah pada bendungan yang pecah. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/