Jubir Polri Nan Urang Awak Ini, Ternyata Cucu Sastrawan Kawakan Aman Datuk Madjoindo

Jubir Polri Nan Urang Awak Ini, Ternyata Cucu Sastrawan Kawakan Aman Datuk Madjoindo
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar. (Foto: kriminalitas.com)
Rabu, 04 Mei 2016 18:42 WIB

TUTUR bahasanya jelas. Selalu bisa memberikan logika hukum yang mudah dimengerti ketika memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan dari kalangan jurnalis. Begitulah sosok Irjen Boy Rafli Amar, mantan Kapolda Banten yang kini menjabat sebagai Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Polri menggantikan Irjen Anton Charliyan yang jadi Kapolda Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar).  

Kepiawaiannya bertutur kata, menjelaskan berbagai hal menyangkut institusi Polri kepada pers dan publik menunjukkan ia sangat menguasai public speaking. Bagai tuo silek, ia mahir bersilat lidah, menangkis ‘serangan’ bertubi-tubi dari pihak luar yang ingin menjatuhkan Polri atau sekadar menguji ketangguhannya berbicara kepada publik.

Penunjukan Irjen Boy Rafli Amar sebagai Kadiv Humas Polri, oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti tertuang dalam surat telegram rahasia Nomor ST/936/V/2016 tanggal 14 April 2016. Mantan Kapolda Banten, 17 Desember 2014 – 14 April 2016 ini, dilantik Kapolri Jenderal Badrodin Haiti beserta sejumlah perwira tinggi Polri lainnya mengemban tugas baru pada 21 April 2016 lalu, di Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pria berdarah Sumatera Barat bernama lengkap Boy Rafli Amar ini lahir di Jakarta, 25 Maret 1965. Ayah Boy berasal dari Solok sedangkan ibunya dari Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat.

Mantan Kapoltabes Padang pada 2008 ini mengawali karirnya sebagai polisi di Akademi Kepolisian (Akpol) pada 1988 sebagai Inspektur Dua (Ipda). Sejak 1991, pangkatnya naik setingkat menjadi Inspektur Satu (Iptu).

Sejak saat itu, karirnya terus menanjak, hingga pada 999 dengan pangkat melati satu di pundaknya atau Komisaris. Di tahun itu pula, pria penggemar gado-gado ini berangkat ke Bosnia sebagai Wakil Komandan Kontingen Garuda XIV. Boy merasakan sejumlah pengalaman mengesankan saat bertugas selama satu tahun di negara itu. Ia memiliki banyak teman dari berbagai negara dan bisa bertukar pikiran.

Tak banyak yang tahu jika ayah da putra kelahiran Jakarta, pada 1965 ini cucu salah satu sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka, yaitu Aman Datuk Madjoindo. Nama besar Aman dengan karyanya, Si Doel Anak Betawi, menjadi pendorong semangatnya untuk melanjutkan kariernya.

Boy , yang pernah menjabat Direskrim Polda Maluku Utara pada 2008 ini mengaku memiliki banyak pengalaman tak terlupakan dengan mendiang sang kakek, yang telah dipanggil menghadap Sang Pencipta saat Boy berusia enam tahun.

“Saya ingat betul, ketika almarhum mengurus ayam-ayam jago peliharaannya. Beliau selalu menyempatkan diri untuk mengurus semua ayam jago kesayangannya, saat ada waktu luang,” cerita Boy antusias.

Menurut Boy, kakeknya merupakan pribadi yang tidak banyak bicara kepada cucu-cucunya. Ia pun tidak banyak menuntut kepada sang kakek layaknya anak-anak lain yang selalu bertingkah manja kepada kakek-neneknya.

Suatu ketika, ia dinobatkan menyandang gelar Adat Minangkabau Datuak Rangkayo Basa dari Suku Koto, Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar). Gelar itu, menurut Boy artinya orang yang memiliki kekayaan dalam segi bahasa.

“Jadi gelar itu merupakan gelar turun temurun, dan saya kini menyandang gelar tersebut. Datuk itu sendiri merupakan sebutan orang sana (Sumatera Barat) untuk pemuka adat, sedangkan Rangkayo Basa adalah orang kaya bahasa, jadi apabila digabungkan memiliki arti pemuka adat yang pandai berbahasa atau memiliki kamus kosa kata yang luas,” tutur suami dari Irnawati ini.

Jubir ‘Lihai’ Polri

Mantan Karopenmas Divisi Humas Polri pada 2010 ini mengaku jika dirinya tidak belajar secara khusus untuk menjadi seorang ahli public speaking, khususnya berbicara kepada para jurnalis terkait hal-hal yang krusial dan perlu disampaikan kepada pers menyangkut isu-isu di institusi Polri.

“Tidak ada pembelajaran khusus untuk itu, tapi yang jelas, prinsip saya adalah mencoba untuk memahami kebutuhan wartawan,” kata Boy sebagaimana dilansir kriminalitas.com di Mabes Polri.

Boy ternyata memiliki pandangan tersendiri terhadap wartawan. Ia menilai, juru warta ini perlu sesuatu yang lebih dari sekadar informasi. Makanya, Boy berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh informasi yang up to date, mudah dipahami, dan memiliki banyak manfaat.

Itulah yang menjadikan dasar mengapa Boy amat dekat dengan para wartawan. Selain itu, Boy juga berusaha untuk memilah informasi mana saja yang layak untuk dikonsumsi publik dan penting untuk diinformasikan kepada khalayak.

“Learning by doing“, menjadi salah satu prinsip yang selalu Boy pegang erat. Menurutnya, kemampuannya dalam mengolah kata-kata yang runtut dalam setiap pertemuannya merupakan hasil konkrit dari pengaplikasian prinsipnya tersebut.

“Tidak ada yang bisa memungkiri, apabila kita terus belajar dari kesalahan, niscaya kita di ke depannya akan terus menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari,” ungkapnya.

Saat ditanya hobi, mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya pada 2009 ini mengaku memiliki hobi jogging dan bersepeda. Menurutnya hobinya itu selain murah, olahraga tersebut menyehatkan badan. (kriminalitas.com/Rendy Nurhalim)

Editor:Calva
Sumber:kriminalitas.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/