Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Jordi, Elkan dan Yance Absen di Laga Lawan Vietnam
Olahraga
22 jam yang lalu
Jordi, Elkan dan Yance Absen di Laga Lawan Vietnam
2
Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Road Race Championship 2025
Olahraga
22 jam yang lalu
Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Road Race Championship 2025
3
Hadiah Ramadan Milo Untuk Suporter Persis Solo
Olahraga
23 jam yang lalu
Hadiah Ramadan Milo Untuk Suporter Persis Solo
4
PSIS Tetap Optimistis Ke Championship Series
Olahraga
23 jam yang lalu
PSIS Tetap Optimistis Ke Championship Series
5
PERBASI Gelar Seleknas untuk Bentuk Timnas Basket 5on5 Putri U-18 di Bali
Olahraga
21 jam yang lalu
PERBASI Gelar Seleknas untuk Bentuk Timnas Basket 5on5 Putri U-18 di Bali
6
Usher Menikah Diam-diam, Kejutkan Keluarga dan Fans
Umum
20 jam yang lalu
Usher Menikah Diam-diam, Kejutkan Keluarga dan Fans

Beginilah Ulasan Perbedaan dan Persamaan antara UN, PISA dan TIMSS

Beginilah Ulasan Perbedaan dan Persamaan antara UN, PISA dan TIMSS
Penulis : Yandri Usar, S.Pd, Guru SDN 03 Balai-Balai, Kota Padang Panjang.
Jum'at, 08 Maret 2019 23:23 WIB
Pada artikel yang singkat kali ini, ada beberapa variabel yang ingin penulis kupas untuk kita ketahui bersama, diantaranya adalah beberapa hal yang berkaitan dengan persamaan dan perbedaan antara UN, PISA dan TIMMS. Penulis tertarik membahas tema ini karena, masih ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik yang terkadang belum dipahami secara detail terkait dengan perbedaan dan persamaannya. Hal pertama yang akan dibahas adalah Ujian Nasional (UN), seperti kita ketahui UN adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan pendidikan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh badan standar nasional pendidikan (BSNP) dan pusat penilaian Pendidikan (Puspendik). Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) disebut Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).

Sementara itu, USBN merupakan kegiatan pengukuran capaian kompetensi siswa yang dilakukan sekolah untuk seluruh mata pelajaran dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yang bertujuan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar, kecuali mata pelajaran muatan lokal. Istilah berstandar nasional dalam USBN dimaksudkan; 1) soal USBN disusun berdasarkan kisi-kisi yang berlaku secara nasional. Kisi-kisi dikembangkan berdasarkan standar isi yang diturunkan menjadi kompetensi dasar sesuai dengan kurikulum yang diterapkan; 2) soal USBN memiliki soal dari pusat sebanyak 20-25%, kecuali untuk mata pelajaran yang ditetapkan di dalam POS USBN; dan 3) USBN dilaksanakan dengan mengacu kepada POS USBN yang ditetapkan BSNP.

Sedangkan USBN itu sendiri terdiri dari 3 level, yaitu: level-1 (pemahaman) sebanyak 25-30%, level-2 (aplikasi) sebanyak 50-60%, level-3 (penalaran) sebanyak 10-15%. Soal level-3 yang menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skills (HOTS). Dalam penyusunan soal, yang menjadi acuan adalah kisi-kisi USBN yang disusun berdasarkan kriteria pencapaian Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan kurikulum yang berlaku.

Namun, kisi-kisi USBN hanya merupakan awal dari pengembangan soal USBN, beberapa langkah yang perlu ditempuh untuk memperoleh soal USBN yang berkualitas adalah; 1. Penyusunan indikator soal; 2. Penulisan soal; 3. Penelaahan Soal; 4. Perakitan soal.

Selanjutnya yang kedua adalah Programme for International Student Assessment (PISA) adalah penilaian siswa skala besar/internasional yang disponsori oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). PISA bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Pelaksanaannya, setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak di seluruh dunia diberikan tes. Tes ini bersifat diagnostik dengan salah satu manfaatnya adalah memberikan informasi yang berguna untuk perbaikan sistem pendidikan.

PISA bertujuan untuk memonitor dan membandingkan hasil sistem pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan siswa usia 15 tahun dalam literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains. Soal matematika PISA memmiliki tiga komponen, yaitu konten, konteks, dan proses. Konten matematika dalam PISA terdiri dari; 1. Perubahan dan Hubungan (Change and Relationships); 2. Ruang dan Bentuk (Space and shape); 3. Bilangan (Quantity); 4. Ketidakpastian dan Data (Uncertainty and data). Konteks matematika dalam PISA terdiri dari: 1. Pribadi (Personal); 2. Pekerjaan (Occupational); 3. Umum (Societal); 4. Ilmiah (Scientific). Proses matematika pada PISA terdiri dari; 1. mampu merumuskan masalah secara matematika; 2. Mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam matematika; 3. Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil dari suatu proses matematika. Soal PISA memiliki tingkatan dari level 1 hingga level 6.

Untuk yang ketiga Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) adalah studi internasional tentang kecenderungan atau arah atau perkembangan matematika dan sains. Studi ini diselenggarakan oleh International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) yaitu sebuah asosiasi internasional untuk menilai prestasi dalam pendidikan. TIMSS bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran matematika dan sains. TIMSS diselenggarakan setiap 4 tahun sekali. Salah satu kegiatan TIMSS adalah menguji kemampuan matematika siswa kelas 4 SD (Sekolah Dasar) dan kelas 8 SMP (Sekolah Menengah Pertama). Kerangka penilaian TIMSS untuk siswa SD dan SMP terbagi atas dua dimensi, yaitu dimensi konten dan dimensi kognitif dengan memperhatikan kurikulum yang berlaku di negara bersangkutan. Konten terdiri dari ; 1. Bilangan; 2. Geometri/Pengukuran; 3.Penyajian data. Kognitif terdiri dari 1. Pengetahuan; 2. Penerapan 3. Penalaran.

Dari uraian di atas, UN dan TIMSS mempunyai persamaan yaitu sama-sama menilai kemampuan kognitif pada level pengetahuan dan pemahaman, aplikasi dan penalaran, serta konten atau lingkup materi yang diujikan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Namun UN dan PISA memiiki perbedaan, PISA menilai kemampuan kognitif mencakup komponen proses dan konten yang diuji mengacu pada penerapan matematika dalam kehidupan. PISA dan TIMSS menghadirkan soal yang membutuhkan penyelesaian tidak hanya sekedar mengingat namun lebih menganalisa dan memecahkan masalah. Hasil study PISA dan TIMSS menunjukkan peringkat Indonesia masih rendah dari negara lain. Oleh sebab itu, soal HOTS pada UN dari tahun ke tahun selalu meningkat.

Selain itu, pemerintah sangat mengharapkan agar siswa-siswa kita didorong dan dibiasakan untuk berpikir di tingkat orde yang lebih tinggi. Sehingga, nantinya generasi mendatang siap dalam menghadapi tantangan abad 21 yang menuntut kompetensi berfikir kritis, kreatif, berkomunikasi dan berkolaborasi.(**)

Editor:Jontra
Kategori:Ragam
wwwwww