Revolusi Pendidikan Menuju Peradaban Keemasan

Revolusi Pendidikan Menuju Peradaban Keemasan
Wulan Citra Dewi
Kamis, 16 Maret 2017 15:25 WIB
Penulis: Wulan Citra Dewi
Semakin pekatnya malam, menandakan fajar akan segera datang. Begitulah kiranya ungkapan yang tepat dikemukakan dalam menilik betapa karut marutnya dunia pendidikan saat ini. Ya,  tidak terelakkan dan harus kita akui bahwa dunia pendidikan kita memang dalam jurang kehancuran. Gelap, kelam, begitu mengerikan. Ini terlihat dari out put pendidikan itu sendiri. Sudah jamak kita saksikan saat ini, berbagai penyimpangan bahkan kriminalitas pasti melibatkan generasi muda, kaum pelajar. Narkoba, miras, prostitusi, free sex atau pergaulan bebas, aborsi, tawuran, sampai pembunuhan tidak lepas dari aset penerus peradaban bangsa bahkan dunia ini. tidak adakah harapan?

Sebagaimana ungkapan di atas, begitupun harapan yang layak kita anyam untuk menjadi kenyataan. Bahwa, semakin rusaknya dunia pendidikan saat ini, maka ini menunjukkan akan ada kebangkitan dan perubahan menuju kegemilangan. Kondisi karut marut ini pasti akan berubah menjadi keadaan yang kondusif dan membanggakan. Masih ada harapan di masa depan. Yakin!

Geliat perubahan itu kian hari kian nyata kemilau cahayanya. Begitupun keharumannya, kian waktu kian semerbak wanginya. Ini bukan khayalan, tapi ini impian yang semakin terlihat jelas goresan wujud nyatanya. Dunia telah menyaksikan, gaung perubahan itu tidak dapat dibendung. Justru terus bergulir bak bola salju yang terus membesar.

Salah satu indikasinya sudah terlihat. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) bekerjasama dengan Divisi Muslimah Kantor Pusat Hizbut Tahrir, sukses menyelenggarakan Konferensi Perempuan Internasional, di Balai Sudirman, Jakarta, pada 11 Maret 2017 lalu. sebanyak 1700 lebih tokoh perempuan berpengaruh yang berasal dari dalam dan luar negeri tumpah ruah dalam perhelatan spektakuler tersebut. Mereka antusia meyimak orasi para pembicara yang mengangkat tema ”Khilafah dan Pendidikan, Menghidupkan Kembali Abad Keemasan.”  Para pembicara yang berasal dari Indonesia, Inggris, Malaysia, Palestina, Belanda, Turki dan negara lainnya, menguak tuntas problem pendidikan global. Selain itu, mereka juga menjelaskan secara tuntas tentang bahaya sekulerisasi pendidikan sebagai pintu masuk penjajahan barat di negeri-negeri Islam dan bagaimana Islam menawarkan konsep pendidikan terbaik untuk mengatasinya. (riaupos.co)

Masyaallah, bukankah perhelatan tersebut menjadi gambaran nyata bahwa perubahan itu adalah niscaya? Agenda Internasional ini pun menyedot banyak perhatian media massa dan kalangan intelektual yang peduli pendidikan. Konten acara menjadi viral yang terus diulas dan banyak dipublikasikan pasca acara. Dukungan nyata pun muncul dari salah satu peserta asal Riau. Azriyeni (Dosen di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Pekanbaru) menyambut baik dan sepakat dengan tawaran sistem pendidikan Islam dalam institusi Khilafah.

Azriyeni menyimpulkan, setidaknya ada tiga hal yang bisa kita lakukan hari ini.  pertama memperbaiki aqidah umat muslim. Kedua, mengajak seluruh elemen di masyarakat agar taat syariah Islam. ketiga, mengintegrasikan pendidikan dengan syariah Isam. ”Sudah saatnya kita sebagai muslim harus punya tanggung jawab mengembalikan pendidikan berdasarkan syariah Islam seperti pernah terjadi pada masa kegemilangan islam dahulu,” ujarnya. (riaupo.co)

Lihatlah, betapa nyata terlihat bagaimana geliat perubahan itu menembus akal dan pikiran setiap manusia. Tidak terkecuali kalangan intelektual. Karut marutnya pendidikan yang diakibatkan oleh sekulerisme memang tidak layak untuk dipertahankan. Sudah cukup lama, pasca runtuhnya intitusi islam (Daulah Khilafah) pada 3 Maret 1924 M umat terus dijejali dan dipaksa untuk menerima ide-ide sekulerisme yang terbukti rusak dan merusak. Tidakkah jengah hati kita menyaksikan generasi muda yang terus melaju pada kemerosotan moral, akhlak, dan rasa kemanusiaan? Tidakkah kita rindu pada sosok-sosok ilmuan yang cerdas, bertakwa hanya kepada Allah Swt. berakhlak mulia, serta menebar maslahat bagi alam semesta?

Kini abadnya telah tiba! Tidak ada alasan bagi kita untuk berpangku tangan dalam gelombang perubahan ini. inilah saatnya, setiap kita berkontribusi nyata untuk mewujudkan harapan dan cita-cita manusia, terwujudnya peradaban emas, peradaban gemilang. Indonesia bahkan dunia menjadi saksi, bahwa sekulerisme telah gagal melahirkan output pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan hakiki. Sebaliknya, sekulerisme justru mengeksploitasi segala potensi generasi untuk semakin memperkuat hegemoninya semata. hasilnya, generasi menjadi amoral, labil, individualisme dan matrealisme. Semua hanya diukur dari standar materi. Maka, sudah saatnya seluruh elemen bahu membahu untuk bergerak bersama dalam mewujudkan revolusi pendidikan menuju peradaban keemasan di bawah naungan daulah Khilafah ‘ala minhajjin nubuah. Allahuakbar!***

Wulan Citra Dewi, S.Pd adalah anggota Lajnah Fa’liyah MHTI Riau

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/