Keuntungan Menikah Berbeda Suku

Selasa, 05 Juli 2016 10:03 WIB

Indonesia adalah negeri yang sangat majemuk. Di negeri kita ini terdapat aneka ragam sukubangsa dengan budaya, bahasa, dan seringkali juga agama, yang berbeda. Dulu masing-masing suku tinggal di kampung atau negerinya masing-masing.

Berkat kemajuan dan perkembangan zaman, banyak orang yang merantau, pergi meninggalkan kampung halamannya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, atau untuk menuntut ilmu, di negeri orang. Pada zaman sekarang orang dari berbagai sukubangsa sudah sering saling bertemu dan bergaul.

Pertemuan orang dari latarbelakang suku dan budaya yang berbeda dapat terjadi di mana saja: sekolah, kampus, tempat kerja, bahkan di perantauan. Pergaulan kaum muda-mudi dari latarbelakang yang berbeda tidak jarang kemudian berlanjut dengan hubungan yang lebih jauh dan resmi, yaitu pernikahan.

Pada zaman globalisasi yang tidak mengenal batas ini, kebanyakan dari umat manusia telah banyak perubahan baik secara fisik, gaya hidup serta intelektualitas. Ini tidak lain karena perkembangan asimilasi serta persilangan secara konversi.

Melihat perkembangan negeri khatulistiwa yang memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) besar dan juga sumber daya manusia terbesar ke empat di dunia, sudah sepatutnya persatuan Indonesia harus dijaga dari segala kapasitas yang telah tersedia itu.

Berkembangnya teknologi transportasi dan komunikasi telah banyak membantu manusia dalam melakukan interaksi sosial dengan masyarakat baru dan budaya yang baru. Dengan semakin mudahnya akses ke berbagai tempat, kemungkinan berpindahnya sekelompok manusia ke daerah baru pun semakin besar. Kesenjangan kualitas hidup antara tempat asal dan tujuan seringkali menjadi alasan hijrahnya seorang manusia. Entah untuk meraih pendidikan atau untuk mengembangkan karir.

Dampaknya, masyarakat hilir mudik berdatangan. Masyarakat dengan berlatar belakang berbagai suku dan bangsa campur aduk menjadi satu di suatu tempat. Tak sedikit yang tinggal dalam waktu yang lama sehingga banyak interaksi dengan masyarakat lokal dan rekan-rekannya. Dari sini tak jarang terjadilah yang namanya pernikahan antar suku dikarenakan cinta lokasi.

Kalau kamu lupa (atau belum tahu?), Indonesia memiliki lebih dari 360 jenis kelompok etnis yang tersebar di seluruh wilayah negeri ini. Sebagai negara yang terbentuk dari banyaknya suku bangsa, baik itu suku asli maupun suku pendatang, cinta mungkin saja hadir tanpa memandang siapa nenek moyang mereka.

Si mata besar bisa jadi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari si mata sipit, dan si rambut lurus lebih suka membelai rambut ikal yang bergelombang. Tapi, apa yang terjadi kalau dua hati yang terbungkus nilai-nilai budaya yang berbeda, tidak bisa bersatu karena larangan adat yang mengikat?

Sadar bahwa etnis adalah satu syarat yang dilihat oleh orang Indonesia dalam memilih pasangan. Etnisitas juga merupakan salah satu faktor terbentuknya kepribadian seseorang. Selain itu, Indonesia sendiri memiliki budaya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelompok.

Tafsir Surat al Hujurat [10]: Kenapa Allah Menciptakan Manusia Berbeda-Beda? Dan Apa Kemuliaan yang Sebenarnya Menurut Al Quran?

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13)

Para ahli tafsir menyebutkan bahwa ayat di atas adalah melarang untuk berbangga diri dengan menggunakan nasab, maka maksud dari ayat “dari seorang laki-laki dan seorang perempuan” adalah Adam dan Hawa.

Maknanya adalah Kami menciptakan kalian dari ayah dan ibu yang sama tanpa ada perbedaan antara yang berkulit putih dan hitam serta yang Arab dan non-Arab dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk saling memuliakan diri kepada yang lainnya tapi agar kalian saling mengenal sehingga sebagian kalian bisa mengenal sebagaian lainnya.

Dan, dengan begitu sempurnalah urusan sosial kalian dan hubungan kalian menjadi baik. Inilah tujuan kenapa Allah menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk membanggakan diri dengan nasab atau dengan ayah dan ibu kalian.

Komunikasi Antarbudaya dalam Pernikahan Beda Suku
Realitas budaya berpengaruh dan berperan dalam komunikasi. Terdapat koordinasi antara budaya dengan komunikasi, budaya mempengaruhi komunikasi dan komunikasi mempengaruhi budaya. Ringkasnya, budaya diciptakan, dibentuk, ditransmisikan dan dipelajari melalui komunikasi; sebaliknya praktik-praktik komunikasi diciptakan, dibentuk dan ditransmisikan melalui budaya (Rahardjo, 2005: 49-51).

Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang berbeda kebudayaan (pernikahan campuran) tidaklah gampang dan berjalan mulus, banyak tantangan yang harus mereka hadapai ketika mereka memutuskan untuk menikah. Kemesraan hubungan pertemanan dapat menjadi awal pernikahan campuran.

Kaum perempuan memilih menikah dengan pasangan campuran karena merasa memiliki minat yang sama dengan pasangannya. Ketertarikan fisik, kesukaan akan hiburan yang sama dan bahkan kesamaan sosial ekonomi juga merupakan alasan pemilihan pasangan. Alasan yang menyebut tertarik karena ’ras pasangan’ cenderung kurang dibandingkan karena alasan ’nonras’ (Lewis, Yancey, and Bletzer 1997). Artinya, sama seperti pasangan pada umumnya, pasangan pernikahan campuran tertarik pada pasangannya karena memandang atas kesamaan diantara mereka, dibandingkan atas perbedaannya.

Keuntungan menikah berbeda suku
Banyak keuntungan kalau menikah dengan beda suku, kita lihat dari bibit saja akan melahirkan ras baru, mameh that pastinyan campuran Aceh dan suku Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Bugis, ceudah rupawan pastinya. Belum lagi bisa menghindari penyakit keturunan yang diakibatkan terlalu dekatnya darah kita seandainya kita menikah dengan suku sendiri yang mungkin pertalian darahnya terlalu dekat.

Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189).

Oleh Muhammad Ichsan, S.Pd.
Pegiat Komunitas Historia Adat Aceh (KHAA), dan Alumni FKIP Sejarah, Unsyiah, Aceh.

Editor:Kamal Usandi
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77