Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
21 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
23 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
3
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
20 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
4
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
Olahraga
20 jam yang lalu
Ilhamsyah Bersyukur Menit Bermain Bertambah
5
Tekad Bangkit Super Elang Jawan Raih Tiga Poin
Olahraga
20 jam yang lalu
Tekad Bangkit Super Elang Jawan Raih Tiga Poin
6
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
20 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
https://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/

Berada di Tiga Lempeng Dunia, Sumbar Rawan Gempa Bumi, Begini Analisa 5 Tahun Belakangan

Minggu, 05 Juni 2016 20:05 WIB
Penulis: Rahmat Triyono (Kepala BMKG Padang Panjang)

Karena BMKG mengeluarkan berita peringatan dini tsunami dengan status waspada untuk 6 kabupaten pesisir Sumbar, yaitu kabupaten Pesisir Selatan, Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Agam dan Pasaman Barat, serta status siaga untuk kabupaten kepulauan Mentawai, kemuadian gempabumi kuat kembali terjadi pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 05:56:01 WIB dengan kekuatan 6.5 SR pada lokasi 79 Km Barat Daya Pesisir Selatan dan kedalaman 72 Km.

Berdasarkan parameter gempabumi, kejadian gempabumi ini disebabkan oleh aktivitas subduksi penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia. Berdasarkan peta guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan intensitas gempabumi di sekitar Painan V-VI MMI (III SIG-BMKG), Padang IV MMI (II SIG-BMKG), dan Padang Panjang III-IV MMI (II SIG-BMKG). Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat yang diterima BMKG bahwa gempabumi dirasakan cukup kuat di Painan, Padang dan Padang Panjang. Dampak gempabumi ini berdasarkan laporan dari BPBD Propinsi Sumatera Barat, menyebabkan 1.955 rumah masyarakat mengalami kerusakan dan menimbulkan korban 18 orang terluka.

Dalam lima tahun terakhir ini, berdasarkan catatan seismograph hasil analisa BMKG Padang Panjang dapat disimpulkan bahwa tingginya frekuensi kejadian gempabumi di Sumatera khususnya Sumatera Barat disebabkan karena wilayah Sumatera Barat terdapat tiga sumber ancaman gempabumi, yaitu; pertama didaerah subduksi pertemuan antar lempeng tektonik India-Australia dengan lempeng Eurasia yang berjarak sekitar 250 km dari garis pantai pesisir barat Sumatera.

Kedua didaerah sesar Mentawai yang berjaraknya sekitar 120 km dari garis pantai Sumatera Barat, dan yang ketiga adalah sumber ancaman gempabumi yang ada didaratan Sumatera yang sering disebut sesar Sumatera, sesar ini memanjang dari provinsi Lampung sampai ke provinsi Aceh sepanjang +/- 1900 km dan melewati beberapa kabupaten di Sumatera Barat antara lain : Kab. Solok Selatan, kab. Solok, kab. Tanah Datar, kota Padang Panjang, kota Bukit Tinggi, kab Agam dan kabupaten Pasaman.

Tentunya ancaman bencana gempabumi yang bersumber dari sesar Sumatera ini tidak dapat diabaikan begitu saja, sejarah mencatat kejadian gempabumi tahun 2007 terjadi dalam kurun waktu 2 jam terjadi 2 kali gempabumi merusak dengan pusat gempa di 0.55 LS , 100.47 BT (16 km Barat Daya Batu Sangkar) dengan kekuatan 6.4 SR dan di 0.47?LS , 100.49? BT (11 km Barat Daya Batu Sangkar) dengan kekuatan 6.3 SR yang telah menelan korban jiwa sebanyak 67 orang dan 826 orang korban luka serta 43.719 kerusakan bangunan di Bukittinggi, Padang Panjang, Payakumbuh dan Solok.

Dalam 5 tahun terakhir ini, dari tahun 2011 sampai dengan awal tahun 2016 tercatat kejadian gempabumi di wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya sebanyak 1617 gempabumi, 135 diantaranya gempabumi dengan kekuatan diatas 5.0 SR, 94 gempabumi dirasakan dan beberapa diantaranya adalah gempabumi merusak.

Diantara kejadian gempabumi merusak adalah gempabumi tanggal 11 September 2014 yang mengguncang kota Padang Panjang dan Batusangkar – Kabupaten Tanah Datar dengan lokasi sekitar 14 km Barat Daya Batusangkar, Sumatera Barat dan kedalaman 10 km.

Gempabumi utama terjadi akibat aktivitas tektonik pada patahan Sumatera, tepatnya pada segmen Sianok, dimana mekanisme fokus yang terbentuk dari gempabumi tersebut adalah sesar mendatar kekanan. Gempabumi Batusangkar dengan magnitude 5.0 SR ini diikuti oleh 19 gempabumi susulan. Gempabumi ini dirasakan maksimum V MMI di Padang Panjang dan Batusangkar, III – IV MMI di Bukittinggi, dan II – III MMI di Padang Pariaman.

Gempabumi ini menimbulkan korban luka dan kerusakan bangunan di sejumlah daerah di Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar. Data kerusakan di Kabupaten Tanah Datar meliputi : 35 unit rumah rusak ringan, 4 sarana pendidikan rusak ringan, 4 sarana ibadah rusak ringan, sedangkan jumlah korban luka ringan sebanyak 2 orang. Sedangkan di Padang Panjang 4 rumah rusak ringan, 3 sekolah rusak ringan, 2 rumah sakit rusak ringan dan 1 rumah sakit rusak sedang serta korban luka ringan sebanyak 2 orang.

Dari 1617 kejadian gempabumi diwilayah Sumatera Barat dan sekitarnya bila dirata-rata maka dapat disimpulkan setiap tahunnya diwilayah ini terjadi gempabumi sebanyak 323 kali, itu berarti hampir setiap hari diwilayah Sumatera Barat diguncang gempabumi walaupun kekuatannya kurang dari 5.0 SR, dari 1617 kali kejadian gempabumi ini 135 diantaranya adalah gempabumi significant dengan kekuatan diatas 5.0 SR dan bila dirata-rata maka dapat disimpulkan setiap tahunnya diwilayah Sumatera Barat dan sekitarnya terjadi sekitar 25 kali kejadian gempabumi dengan kekuatan diatas 5.0 SR.

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa di daerah ini aktivitas tektoniknya sangat tinggi bila dibandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya dikarenakan di Sumatera terdapat tiga ancaman sumber gempabumi.

Kejadian gempabumi merusak baru saja kita rasakan adalah gempabumi 2 Juni 2016 di Pesisir Selatan dengan kekuatan 6.5 SR. Gempabumi ini dirasakan IV – V MMI di Painan, Sipora, Solok, Solok Selatan, Muko – Muko dan Padang, III – IV MMI di Pariaman, Agam, Batusangkar, 50 Kota, Padang Panjang, dan Bukittinggi, dan II MMI di Dumai dan Pekanbaru.

Gempabumi ini menyebabkan 1.954 rumah rusak dengan rincian : 80 unit rusak berat, 443 unit rusak sedang, 1.431 unit rusak ringan. Selain kerusakan bangunan, beberapa orang juga menderita luka ringan hingga sedang di Painan dan Padang.

Tingkatkan upaya mitigasi dengan bagunan aman terhadap gempabumi

Belajar dari beberapa kejadian gempabumi antara lain: kejadian gempabumi tanggal 2 Juni 2016 yang berpusat 79 km Barat Daya Pesisir Selatan dengan kekuatan 6.5 SR dan gempabumi ini tidak berpotensi tsunami , namun gempabumi ini menyebabkan 1954 rumah mengalami kerusakan.

Lebih jauh lagi kita meninjau gempabumi tanggal 16 Agustus 2009 dengan kekuatan 6.9 SR dan gempabumi tanggal 30 September 2009 dengan kekuatan 7.6 SR yang kedua gempabumi tersebut menyebabkan kerusakan banyak bangunan dan menimbulkan banyak korban jiwa serta membangkitkan tsunami kecil di pantai Padang, Sumatera Barat.

Dilihat dari kondisi seperti ini tentunya perlu menjadi perhatian kita semua, bahwa sesungguhnya ancaman gempabumi di Sumatera tidak hanya bersumber dari Mentawai megathrust saja yang saat ini menjadi focus perhatian baik oleh pemetintah pusat, pemerintah kab/kota di Sumatera Barat, para kelompok siaga, LSM, para pemangku kebencanaan, masyarakat dll, tetapi sumber gempabumi pada sesar Sumatera juga harus menjadi perhatian kita semua.

Hal ini disebabkan karena mengingat gempabumi yang bersumber dari sesar Sumatera disamping gempabuminya bersumber di daratan Sumatera dekat dengan pemukiman penduduk juga karena kedalaman

Gempa ini masuk dalam katagori dangkal tidak harus dengan kekuatan yang besar maka dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan. Jangan sampai kita hanya fokus pada ancaman gempabumi Mentawai megathrust saja sedangkan ancaman gempabumi lainnya kita abaikan.

Saat ini segala upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman gempabumi megathrust Mentawai telah dilakukan oleh semua pihak baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota di Sumatera Barat juga para pemangku kebencanaan.

Namun, perhatian terhadap ancaman gempabumi yang bersumber dari daratan Sumatera sangat minim. Dengan sosialisasi dan edukasi pentingnya rumah aman gempa menjadi prioritas terhadap ancaman gempabumi. ***

Editor:Calva
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/