Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
2
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
15 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
3
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Sumatera Barat
14 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
4
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
4 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
5
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
Umum
4 jam yang lalu
Ria Ricis Resmi Jadi Janda, Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak
6
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Nasional
3 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/
Home  /  Berita  /  Umum

 Konsep Tak Matang, Pagelaran Seni dan Budaya di Jam Gadang Juga Menuai Kritik dari Pengunjung

 Konsep Tak Matang, Pagelaran Seni dan Budaya di Jam Gadang Juga Menuai Kritik dari Pengunjung
Pengunjung berdesak - desakan di Taman Jam Gadang menyaksikan pertunjukan kesenian dan budaya tradisional Minangkabau, Sabtu 12 Maret 2016.
Minggu, 13 Maret 2016 19:12 WIB
Penulis: jontra
BUKITTINGGI -  Penampilan pagelaran seni dan budaya Minangkabau yang menampilkan Tari Piring dan Randai di kawasan Jam Gadang Bukittinggi pada Sabtu 12 Maret 2016 malam, ternyata menuai kritikan dari sejumlah pengunjung. Banyak pengunjung yang menilai pagelaran ini tidak terkonsep dengan baik.

“ Kita bisa saksikan, tidak ada panggung untuk penampil seperti penari. Akibatnya, para pengunjung saling berdesakan untuk menonton. Yang berdiri di depan terlihat nyaman bisa nonton. Sementara yang di belakang cuma bisa melihat punggung penonton aja. Seharusnya, panitia memikirkan hal ini, karena dampak pertunjukan ini menurut hemat saya cukup besar bagi promosi wisata Bukittinggi,” ujar Doni (35), salah seorang pengunjung asal Kota Padang.

Doni mengaku, pada awalnya tertarik untuk melihat pagelaran ini. Namun dirinya sedikit telat sampai di Jam Gadang, dirinya tidak mendapat tempat yang strategis untuk menonton, sehingga akhirnya membatalkan untuk menonton acara tersebut.

Seorang pengunjung asal Bangkinang, Ayu (29)juga mengaku sedikit kecewa dengan panitia. Ia harus berdesakan dengan penonton lain hanya untuk menonton pagelaran tersebut.

“Harusnya ada berupa pembatas antara penonton dengan peserta, apakah dari tali atau yang lainnya. Ternyata tidak. Penonton dengan peserta tari sama-sama harus menjaga jarak. Saya sempat terdorong ke penari karena ada yang mendorong dari belakang,” sebut Ayu.

Tak hanya itu, beberapa fotografer juga mengeluhkan lampu penerangan yang minim. Bahkan beberapa lampu sorot ditempatkan arah Jam Gadang, sehingga tidak memungkinkan bagi fotografer memotret kegiatan dengan latar Jam Gadang.

Menyikapi hal ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bukittinggi, Melfi Abra mengakui jika kegiatan yang dilakukan ini bersifat dadakan, dan masih banyak ditemui kekurangan yang harus dibenahi.

“Inikan baru pertama dilakukan dan sifatnya dadakan. Setelah ini kami akan evaluasi agar kegiatan nantinya lebih sempurna lagi, termasuk permasalahan lampu. Untuk setiap malam Minggu, kami akan menyuguhkan pertunjukan seni dan budaya di Jam Gadang. Jadi siapa yang ingin tampil, silahkan, tapi konsepnya tetap tradisional,” ungkapnya.(**)

Kategori:Bukittinggi, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/